A. Konsep Dasar Pemberdayaan Masyarakat Nelayan
Ada dua premis mayor yang kita bisa dijadikan dasar sebagai konsep pemberdayaan masyarakat yaitu kegagalan dan harapan (Friedman: 1992). Kegagalan dapat dimengerti sebagai gagalnya model-model pembangunan ekonomi dalam mengatasi problema kemiskinan dan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun harapan muncul karena tersedianya banyak alternatif seperti munculnya suasana demokratisasi, persamaan hak perempuan dan pria, kesempatan yang sama untuk setiap generasi dan pertumbuhan ekonomi yang menjanjikan. Kegagalan dan harapan merupakan cerminan dari nilai-nilai normatif dan moral. Keduannya akan sangat terasa pada tingkat individu dan kolektif. Sehingga pemberdayaan masyarakat secara esensi adalah nilai kolektif pemberdayaan individual. (Friedman: 1992)
Masyarakat nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/ binatang air/ tanaman. Jadi nelayan dapat dimengerti sebagai kelompok kerja yang tempat kerjanya dia air (Supriadi:2016). Sedangkan UU No.45 Tahun 2009 menjelaskan bahwa definisi nelayan orang yang mata pencahariaannya melakukan penangkapan ikan. Mulyadi (2005) membedakan kelompok nelayan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan.
B. Memberdayakan Masyarakat Nelayan
Saat ini banyak program pemberdayaan yang mengklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat (bottom up), tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki program-program yang dilaksanakan sehingga tidak aneh banyak program hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat nelayan. Memberdayakan masyarakat nelayan berarti menciptakan peluang bagi masyarakat pesisir untuk menentukan kebutuhannya, merencanakan dan melaksanakan kegiatannya, yang akhirnya menciptakan kemandirian permanen dalam kehidupan masyarakat itu sendiri.
Memberdayakan masyarakat nelayan tidaklah seperti memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat lainnya, karena disana terdapat banyak kelompok kehidupan masayarakat diantaranya:
- Masyarakat nelayan tangkap.
- Masyarakat nelayan pengumpul/bakul.
- Masayarakat nelayan buruh.
- Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh.
Setiap kelompok masyarakat tersebut haruslah mendapat penanganan dan perlakuan khusus sesuai dengan kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi mereka. Pemberdayaan masyarakat tangkap misalnya, mereka membutukan sarana penangkapan dan kepastian wilayah tangkap. Berbeda dengan kelompok masyarakat tambak, yang mereka butuhkan adalah modal kerja dan modal investasi, begitu juga untuk kelompok masyarakat pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap kelompok yang berbeda tersebut, menunjukkan keanekaragamanpola pemberdayaan yang akan diterapkan untuk setiap kelompok tersebut.
C. Konsep Alternatif Pembangunan Masyarakat Nelayan
Pembangunan masyarakat nelayan perlu dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi yang harus memperhatikan aspek spasial, yaitu pembangunan berwawasan lingkungan, pembangunan berbasis komunitas, pembangunan berpusat pada rakyat, pembangunan berkelanjutan dan pembangunan berbasis kelembagaan. Untuk mewujudkan pembangunan yang holistik tersebut diperlukan alternatif srategi, yaitu strategi yang berorientasi pada sumber daya atau Resource Base Strategy (RBS), yang meliputi ketersedian sumber daya, faktor keberhasilan serta proses belajar.
Pendekatan dalam RBS adalah strategi pengelolaan sumber daya lokal/pesisir dan kelautan yang berorientasi pada: kualitas, proses, kinerja, pengembangan, budaya, lingkungan (management by process) yang berdasarkan pada pembelajaran, kompetensi, keunggulan, berpikir sistematik, dan pengetahuan (knowledge based management).
Dengan demikian program pemberdayaan untuk masyarakat nelayan haruslah dirancang dengan tidak menyamaratakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya apalagi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Pemberdayaan masyarakat nelayan haruslah bersifat bottom up dan open menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. ***
Penulis : Dadan Zulkifli, MM (Dosen Sekolah Tinggi Perikanan)