
Swara Pendidikan.co.id (BANDUNG) – Ditengah kondisi pandemi Covid-19 yang sudah 8 bulan lebih di Indonesia tak mengurangi para pelajar untuk berinovasi, salah satunya dua pelajar SMA asal Bandung yang berhasil menciptakan aplikasi antidepresi yang dinamai Plong.
Aplikasi yang diciptakan oleh Farhan Mandito Wirarachman dan Ananda Safira Choirunissa, pelajar SMA Negeri 1 Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), ini juga mengantarkannya meraih medali perak dalam Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) Tahun 2020 di bidang game dan aplikasi.
Menurut penciptanya, aplikasi ini terinspirasi oleh salah satu teman disekolahnya yang pengidap gangguan mental sehingga sulit berkomunikasi. Mereka juga mengklaim, aplikasi kesehatan mental berbasis android dan ios ini mampu membantu mengurangi risiko depresi.
“Awalnya kami kesulitan membuat aplikasi ini karena COVID-19, karena seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Sehingga kami agak kesulitan untuk bertemu dan saling bertukar pikiran terkait gagasan inovasi ini,” ujar Ananda, kepada awak media, Jumat (12/12/2020).
“Alhamdulillah, setelah ada kelonggaran, akhirnya kita bisa bertemu dan bertukar pikiran, tapi tetap kita taati protokol kesehatan,” sambungnya.
Ananda mengaku butuh tiga bulan pengerjaannya. Mulai dari membuat konsep hingga menerjemahkannya ke visual sejak Juli 2020.
“Sekarang sudah masuk tahap penyempurnaan untuk bisa digunakan via android. Jadi bisa diakses dimana pun dan kapan pun,” katanya.
Dia juga menyebut, aplikasi Plong memiliki beberapa fitur. Mulai dari konseling, meditasi, relaksasi, jurnal bersyukur serta artikel kesehatan mental.
Karya mereka juga mendapat dukungan penuh pihak sekolah, dan sudah ada kerjasama dengan tenaga medis dari Rumah Sakit Jiwa Cisarua, Kabupaten Bandung Barat.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dedi Supandi, mengatakan lahirnya inovasi tersebut menjadi pelajaran berharga di tengah masa pandemi COVID-19 dengan dibatasinya berbagai aktivitas termasuk KBM tatap muka.
“Informasi dan telekomunikasi bukan lagi menjadi sebuah tawaran tapi itu sudah menjadi sebuah kebutuhan. Dengan pandemi ini kita berharap pola pembelajaran itu dengan status-status bahwa pembelajaran itu tidak harus berbicara dengan daring, tapi bagaimana menyampaikan pola kemampuan atau pengetahuan yang didapatkan dalam konteks yang faktual,” ujar Dedi dikutip dari antaranews.com.
Kadisdik Prov Jabar, juga memberikan apresiasi atas inovasi kedua pelajar tersebut yang dinilai sangat bermanfaat bagi masyarakat.
“Kami dari Dinas Pendidikan Provinsi Jabar berkomitmen dan terus mendorong berbagai inovasi yang dilahirkan para pelajar di Jabar untuk mewujudkan Jabar juara lahir bathin,” tutupnya. (gus)