Hari Guru Nasional diperingati setiap tanggal 25 Nopember. Hari tersebut bertepatan dengan berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Tema Hari Guru tahun ini adalah “Serentak Berinovasi Wujudkan Merdeka Belajar”. Peringatan Hari Guru Nasional serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia. Dimeriahkan berbagai acara seperti lomba guru berprestasi, kepala sekolah berprestasi, lomba bidang olah raga, kesenian dan lain-lain.
Pada Webinar tahun 2020 lalu dijelaskan ciri-ciri guru yang hebat, yaitu 5K.
K pertama yaitu Karakter. Karakter yang harus dimiliki guru diantaranya kepribadian, kepedulian, sikap disiplin, integritas dll.
K kedua yaitu Kompetensi seperti keahlian, ketrampilan dll.
K ketiga yaitu kerjasama.
K keempat yaitu komunikasi.
K Kelima kreatifitas.
Terdengar enteng hanya lima K, tapi seiring perkembangan zaman sungguh semakin berat tugas seorang guru, hal ini dirasakan oleh penulis.
Begitu banyak tantangan yang dihadapi oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, baik sebagai pengajar maupun pendidik. Mengapa Demikian ?
Pengaruh perkembangan informasi yang tidak bisa dibendung, mudah diakses, dan sangat menarik untuk dijelajahi, memiliki sisi positif dan negatif terhadap perkembangan peserta didik. Karena itu, sebagai guru harus siap meminimalisir pengaruh negatif dengan membentengi dan membuat filter yang sangat kuat bahkan berlapis agar tidak mudah mencemari peserta didik.
Sisi positifnya, perkembangan dunia informasi berbasis internet sungguh sangat mendukung terlaksananya pembelajaran yang semakin baik. Dengan media dan sumber belajar yang lengkap dan mudah diakses, menyenangkan, membuat penasaran dan mampu menumbuhkan kreatifitas baik guru maupun siswa.
Disamping itu juga diharapkan mampu mengejar Learning Loss akibat covid 19, hal ini sesuai dengan kalimat “ajari anakmu sesuai Zamannya.”
Lantas, bagaimana dengan sisi negatif dari pengaruh perkembangnan teknologi informasi berbasis internet? Internet sangat cepat membawa pengaruh buruk khususnya terhadap kepribadian peserta didik.
Pertama Anak-anak asyik bermain game. Jam belajar menjadi berkurang, mereka menjadi malas untuk belajar. Seperti membaca buku, menghapal perkalian. Imbasnya, tidak jarang peserta didik tidak mampu memahami bacaan (literasi membaca, maupun literasi numerik).
Kedua, anak-anak merasa bebas untuk berbuat, dengan meniru apa yang dilihat sehingga bisa menjadi pelaku bullying (perundungan) ataupun korban bullying, seperti ujaran kebencian, kekerasan dan sampai kepada konten pornografi.
Bahkan yang lebih miris lagi, baru-baru ini seorang anak menendang seorang nenek. Siapakah yang salah, atau disalahkan? Anak-anak menggenggam HP setiap saat dari bangun tidur, hingga tidur lagi.
Apakah guru atau orang tua, atau pembuat konten yang tidak mendidik, tidak akan ada yang mau disalahkan. Dari sini tugas kita bersama untuk membuat filter pengaruh buruk dari internet terhadap perkembangan anak-anak sebagai generasi penerus, yang diharapkan menjadi generasi emas di masa yang akan datang. Ini tugas berat seorang guru, kita tidak bisa mengawasi mereka selama 24 jam, tapi kita bisa membekali mereka dengan literasi digital yang berisi memberikan pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan, menemukan, memanfaatkan, membuat, dan mengevaluasi informasi dari internet.
Bekerja sama dengan orang tua tentang batasan-batasan penggunaan HP, apalagi masih di Sekolah Dasar, menanamkan budaya malu dalam melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Memberikan efek jera dengan melarang membawa HP ke Sekolah, kecuali ada tugas tertentu. Menjalin hubungan baik dengan peserta didik, dan masih banyak kegiatan lain yang bisa dilakukan oleh guru demi meminimalisir dampak negatif dari kemajuan teknologi berbasis Internet.
Guru digugu dan ditiru, Selamat Hari Guru 2022 untuk semua guru di Indonesia, tetap semangat berjuang, berinovasi dan berkarakter demi mencetak generasi emas. Salam Merdeka Mengajar.
***
Penulis: Eni Yuhaeni,S.Pd (Guru SDN Pondok Cina 3)