
Swara Pendidikan.co.id (DEPOK) – Ketua Komite SDN Ratujaya 1, Syafrudin menagih janji Wali Kota Depok, Mohammad Idris.
“Ketika itu, beliau pernah berjanji kepada kami, jika terpilih kembali akan menambah bangunan SDN Ratujaya 1 menjadi dua lantai,” ungkap Syafrudin kepada Pembina MP3I (Masyarakat Pemerhati Peduli Pendidikan Indonesia), Eman Sutriadi saat monitoring pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SDN Ratujaya 1, Selasa (5/10/21).
Dikatakan Syafrudin, SDN Ratu Jaya 1 merupakan sekolah pertama dan tertua yang ada di Kota Depok, tepatnya di Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan Cipayung.
“Sekolah ini sudah berdiri dari tahun 1938 sebelum merdeka. Dulu namanya sekolah Zending. Setelah merdeka berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR), dan di Orde Baru berubah menjadi SDN (Sekolah Dasar Negeri),” ungkapnya.
“Dulu dari mulai Kalimulya, Cilodong, bahkan Sawangan, semua sekolah di sini. Karena ini satu-satunya sekolah yang ada di Depok. Antusias warga juga tinggi untuk menyekolahkan anak-anaknya karena orangtua dan para leluhurnya sekolahnya di SDN Ratujaya 1 ini,” katanya.
[blockquote align=”none” author=”ironi memang, dengan 14 rombongan belajar (Rombel) dan jumlah siswa 462 siswa, SDN Ratujaya 1 hanya memiliki 4 ruang kelas belajar tanpa ruang guru dan ruang penunjang lainnya.”][/blockquote]
Ketua Komite itu menyebut, kondisi SDN Ratujaya 1 sebenarnya tidak representative karena hanya ada 4 ruang kelas. Proses KBM jadi tidak maksimal. Karena mereka harus mengatur jadwal KBM. Ini tentunya juga sangat mengganggu murid-murid.
oleh karenanya agar semua proses belajar mengajar tidak terganggu dan murid bisa belajar dengan waktu yang cukup tentunya harus ada solusi.
“Solusinya, ya ditambah, dari 4 lokal ditambah minimum dua lantai,” tandasnya.

Lebih jauh dikatakan Syafrudin, orang tua kami, kakek kami sudah berbuat, karena amanah Undang Undang bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat, dan ini sudah dilakukan oleh orang tua kami yaitu dengan menghibahkan tanahnya untuk sarana pendidikan dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Jadi kami sebagai warga biasa, sebagai masyarakat biasa sudah berkecimpung, bahkan bagian yang tidak diwakafkanpun kami berikan, kami pinjamkan, termasuk ruang guru yang dua lokalnya ini bukan bagian yang diwakafkan.
“Nah, sekarang yang saya minta, karena sekolah ini adalah sekolah negeri tentunya pemerintah daerah harus bertanggung jawab terkait sarana prasarana di SDN Ratujaya 1. Kalau itu bisa mudah, kenapa harus dipersulit,” katanya.
“Oleh karena itu, saya berharap dan menyampaikan kepada pemerintah Kota Depok, terutama pak Wali Kota, Mohammad idris yang pernah berjanji kepada kami, kalau beliau terpilih kembali, beliau akan menambah lokal ke atas. Jadi dua lantai. Itu janji beliau,” ungkap Syafrudin.
“Jadi harapan kami kepada pemerintah daerah Kota Depok untuk merealisasikan segera terkait perbaikan sarana prasarana yang ada di sekolah ini,” ujarnya.
Sangat ironi memang, dengan 14 rombongan belajar (Rombel) dan jumlah siswa 462 siswa, SDN Ratujaya 1 hanya memiliki 4 ruang kelas belajar tanpa ruang guru dan ruang penunjang lainnya. Padahal keinginan tersebut sudah pernah disampaikan dan diajukan ke Dinas pendidikan pada 2017 silam. (gus)