Thursday, March 13, 2025

Belajar Seru dengan Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)

Penulis: Siti Zubaidah (Guru SDIT Bahrul Fikri,Depok. Bid. Studi Tematik)

 

Pembelajaran Jarak Jauh

Pandemi COVID-19 membawa banyak perubahan pada gaya belajar siswa maupun metode pembelajaran yang guru terapkan. Jika sebelum pandemi seorang guru dan siswa berada dalam ruangan yang sama dalam melakukan proses belajar mengajar, maka saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ),  guru dan siswa berada dalam ruangan yang berbeda atau terpisah dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi dan media lainnya.

Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19

Suka atau tidak suka, siap atau tidak siap, pembelajaran daring harus dilalui. Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar konvensional ke sistem daring terkesan cepat dan tanpa persiapan yang matang. Tapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi Covid-19.

Kegagapan pembelajaran daring pada masa awal pandemi pun kami alami, seperti bagaimana menghadirkan model pembelajaran yang sesuai kebutuhan, minat dan gaya belajar siswa dengan kondisi siswa jauh dari jangkauan guru. Ditambah lagi siswa yang kami hadapi adalah siswa kelas 1 yang butuh touching, bonding dan chemistry dengan gurunya.

Pernah suatu waktu salah satu siswa merajuk karena namanya tidak juga dipanggil guru saat Zoom Meet padahal sang anak merasa sudah menyebutkan nama dengan lantang, bukan karena guru tersebut sengaja namun memang salah satu kelemahan teknologi adalah intonasi suara, raut wajah dan gerakan tubuh relatif sulit dipahami guru. Juga pernah ada kejadian siswa yang mengikuti Zoom Meet sampai tertidur.

Model Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)

Melihat kondisi tersebut, kami memutar otak untuk menciptakan Pembelajaran Jarak Jauh yang aktif, kreatif, menarik, menyenangkan dan bermakna. Akhirnya kami memilih model pembelajaran bermain peran (role playing). Bertepatan pekan berikutnya kami sudah memasuki Tema 4 Sub Tema 3 Tentang “Keluarga Besarku.

Maka guru akan berperan sebagai salah satu anggota keluarga besar, yaitu nenek. Saat Zoom Meet dimulai, kamera belum dinyalakan, dan siswa pun bertanya-tanya mengapa kamera ibu guru tidak dinyalakan. Setelah selesai berdoa dan mulai masuk ke materi pembelajaran, guru menampakkan wajahnya yang sudah didandani seperti seorang nenek. Siswa pun tampak senang dan bersemangat mengikuti pembelajaran. Karena menampilkan tokoh nenek secara visual maka siswa menjadi mudah memahami konsep keluarga besar dan siapa saja yang termasuk anggota keluarga besar.

Memasuki tema baru atau akhir tema, untuk memberikan apersepsi ke siswa, kami pun menampilkan role playing (bermain peran). Misalnya pada Tema 6 “Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri”, Sub Tema 1 “Lingkungan Rumahku”, siswa diminta membawa perlengkapan kebersihan saat Zoom Meet dan pada hari berikutnya melalui LMS (Learning Manajement System), memberikan tugas tentang cara menjaga kebersihan lingkungan di rumah. Model pembelajaran ini kami nilai cukup efektif diterapkan pada siswa kelas rendah, karena karakteristik anak usia kelas rendah, yaitu kelas 1 – 3 masih memiliki kecenderungan belajar sesuatu yang konkrit, integratif, dan hierarkis.

1.  Konkrit

Siswa kelas rendah belajar dari apa yang dapat mereka lihat, dengar, raba dan dapat diotak atik.

2. Integratif

Siswa kelas rendah belajar sesuatu sebagai bagian yang utuh.

3. Hierarkis

Siswa kelas rendah belajar dari hal yang sederhana atau mudah ke hal yang sulit atau kompleks.

Menjadi guru di abad 21 adalah tantangan dimana kita harus berani bertanya, mencoba dan berkarya. Selamat bertanya, mencoba dan berkaya sahabat guru semua.***

 

RELATED ARTICLES

Most Popular