Di SMPN 30 Depok, krisis air sedang melanda. Keran-keran di sekolah mati total gara-gara pipa bocor di Jalan Margonda. Tapi bagi Raul, siswa kelas 8B yang lebih dikenal karena kemampuan kaburnya dari pelajaran matematika, masalah air ini cuma bikin toilet makin bau.
Siang itu, dengan perut mules akibat jajan cilok abang-abang depan sekolah, Raul buru-buru nyelonong ke toilet lantai dua, yang konon “paling angker” menurut legenda sekolah.
Raul masuk ke bilik paling ujung, yang pintunya agak seret. Begitu pintu ditutup, tiba-tiba lantai toilet bergetar. Cahaya hijau menyala dari kloset. Ya, kloset! Raul panik. Tapi sebelum dia bisa kabur, tubuhnya tersedot ke dalam lubang waktu.
Saat sadar, dia masih di toilet yang sama, tapi suasananya berbeda. Bau sabun lemon menggantikan bau amonia. Di dinding bilik tertempel kertas bertuliskan: “Jawaban Ujian Matematika Kelas 8 Semester 1, 2025”
“Jackpot!” Raul nyengir lebar. Dia hafal semua jawaban—dari rumus lingkaran sampai persamaan linear.
Tapi begitu mau keluar, pintu bilik macet. Dia dorong, ketuk, bahkan nendang, tetap tak terbuka. Di dinding, muncul tulisan baru: “Untuk kembali, bilas kloset dengan air suci sekolah.”
Raul melongo. “Air suci? Air sekolah aja mati, bro!”
Sementara itu, di dunia nyata, Raul dinyatakan hilang. Bu Ira, guru BK sekaligus walasnya, panik. Kepala sekolah sampai memanggil polisi. Tapi yang paling penasaran adalah Cheryl, ketua Klub Sains kelas 8C, yang dikenal sebagai “Einstein-nya Depok”.
Cheryl curiga Raul tidak sengaja masuk ke anomali waktu setelah mendengar cerita teman-teman soal toilet angker. “Ini pasti portal temporal!” katanya, sambil membawa buku catatan penuh rumus fisika kuantum.
Cheryl dan dua anggota klub—Mira dan Janeet—mulai investigasi. Mereka menyusup ke toilet cowok sambil menutup hidung. Janeet, yang agak penakut, cuma berdiri di pintu sambil bisik, “Gue takut hantu, Cher.” Mira, yang lebih berani, menemukan coretan aneh di bilik ujung: simbol spiral dan tulisan H₂O.
“Ini petunjuk! Air adalah kuncinya!” seru Cheryl.
Tapi air di sekolah tidak ada. Cheryl mikir keras. “Kita harus nyalain pipa cadangan di ruang pompa!” Mereka bertiga lari ke gudang belakang sekolah yang penuh sarang laba-laba dan bau oli.
Di sana, mereka bertemu Pak Hasan, tukang kebun yang ternyata mantan teknisi air.
“Pipa cadangan? Bisa sih, tapi pompa ini butuh bensin, dan bensinnya habis!” keluh Pak Hasan.
Janeet, yang tiba-tiba punya ide cemerlang, bilang, “Gue punya sisa bensin dari motor mainan di rumah!” Dia lari pulang dan kembali dengan botol bekas Aqua berisi bensin.
Cheryl dan Mira memasang pompa. Tapi drama belum selesai—pipa cadangan bocor, dan air malah menyemprot muka mereka.
“Ini komedi apa action sih?!” teriak Mira, sambil mengelap muka.
Di dunia toilet waktu, Raul sudah putus asa. Dia nyanyi lagu dangdut buat hibur diri. Tapi tiba-tiba, kloset bergetar lagi. Air mulai mengalir! Raul buru-buru membilas kloset, dan slurp! dia tersedot balik ke dunia nyata. Ia mendarat di bilik toilet dengan muka pucat.
Saat keluar, dia bertemu Cheryl, Mira, dan Janeet yang basah kuyup.
“Kalian ngapain?!” tanya Raul bingung.
Cheryl nyerocos soal teori portal waktu, tapi Raul cuma garuk kepala.
“Gue cuma kebelet, Cher.”
Besoknya, Raul mengerjakan ujian matematika dengan percaya diri. Tapi ketika hasilnya keluar, nilainya 40. Ternyata, jawaban yang dia hafal dari toilet waktu adalah soal ujian tahun lalu.
“Toilet itu ngetroll gue!” keluh Raul.
Cheryl, yang sekarang jadi legenda sekolah karena “nyelametin” Raul, cuma ketawa.
“Lain kali, jangan masuk toilet sembarangan, Ul.”
Sementara itu, di bilik toilet ujung, cahaya hijau samar masih berkedip… menunggu korban berikutnya. **
*Arrahman, S.Pd – Guru SMPN 30 Depok




