SWARA PENDIDIKAN.CO.ID, (DEPOK)
Banyak kalangan menilai kunci kesuksesan ditentukan oleh seberapa tinggi pendidikan seseorang. Tidak jarang parameter kesuksesan seseorang diukur dari selembar ijasah formal. Faktanya tidak melulu kesukesan itu ditentukan oleh tingginya jenjang pendidikan seseorang. Banyak juga orang sukses tanpa harus sekolah tinggi-tinggi.
Lalu seperti apa seseorang tanpa latar pendidikan formal bisa meraih kesuksesan? Berikut petikan wawancara Swara Pendidikan dengan Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok yang juga lulusan terbaik Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) tingkat I dan II angkatan Ke –XXXIX Ir. Herry Pansila Prabowo, MS.c disela acara lepas-sambut pejabat struktural dinas pendidikan kota Depok di Sasono Mulyo, Cilodong. Pada Kamis (30/7/2015).
Apakah untuk meraih kesuksesan harus kuliah terlebih dahulu?
Pada umumnya setiap orang berlomba mengejar pendidikan tinggi untuk meraih kesuksesan. Padahal tidak juga. Banyak orang yang sukses bukan berasal dari lulusan perguruan tinggi. Mereka yang sukses tanpa harus sekolah tinggi karena mereka memiliki mimpi di luar realitas. Mereka tidak menjadikan kemiskinan, kegagalan, kekurangan fisik dan lain-lain sebagai hambatan untuk meraih mimpi.
Banyak orang sukses berasal dari lulusan perguruan tinggi, tetapi tidak sedikit pula lulusan perguruan tinggi, gagal sukses disebabkan pertahanan mentalnya lemah. Mereka tidak berani menghadapi tantangan hidup dan khawatir yang berlebih jika harus menjalani sesuatu yang penuh dengan resiko. Hampir 10 juta lulusan dari perguruan tinggi yang menganggur.
Apa kuncinya sehingga mereka bisa sukses tanpa kuliah?
Sebetulnya kita harus mengetahui dulu perbedaan orang yang sukses tanpa mengenyam perguruan tinggi dengan mereka yang bersekolah tinggi namun tidak sesukses mereka atau pun belum sukses.
Mereka yang sukses tanpa perlu ijazah pendidikan tinggi ini sesungguhnya sangat pintar khususnya dalam bidang keahlian tertentu. Jiwa wirausaha/entrepreneurnya lebih kuat dibandingkan mahasiswa yang kebanyakan dari mereka hanya tahu teori saja. Dengan kemampuan yang dimiliki, mereka mampu membaca dan menciptakan peluang. Berbeda dengan mereka yang lulusan perguruan tinggi. Jangankan membuka usaha sendiri, mencari pekerjaan saja sulit. Ini membuktikan bahwa orang bisa sukses tanpa perlu sekolah tinggi.
Dan langkah awal untuk mengembangkan peta kehidupan ini adalah dengan berani bermimpi. Mimpi dengan kondisi sadar, bukan saat tidur. Mimpi yang ingin dicapai dalam hidup. Banyak orang berhenti bermimpi sesaat setelah mereka selesai kuliah dan masuk ke kehidupan nyata karena akhirnya sadar akan “realita” kehidupan. Bermimpi merupakan suatu kecakapan yang sulit diajarkan dan dipelajari. Banyak orang yang sudah tidak mempunyai keberanian untuk bermimpi atau memikirkan impian mereka.
Lalu apa yang perlu diperbaharui ?
Sesuai dengan gambaran sukses tadi, yang perlu kita memperbaharui adalah cara berfikir kita. Apa yang dulunya dipandang sebagai hal yang penting – seringkali – seiring berkembangnya tingkat kesadaran dan spiritual seseorang. Yang penting menjadi kurang penting, atau bahkan tidak penting lagi, dan sebaliknya. Apa yang dulunya dianggap tidak penting, sekarang menjadi penting untuk dicapai.
Begitupun dengan model pembelajaran yang ada sekarang ini, sudah saatnya paradigma pembelajaran harus dirubah. Ada sedikit kekeliruan dimana guru atau orang tua lebih menekankan pada nilai. Bukan pada minat dan bakat anak. Misalnya, jika anak mendapatkan nilai IPA jelek sedangkan nilai olahraganya atau seni lebih bagus. Orangtua cenderung memberikan les privat daripada mengembangkan minat dan bakat sang anak.
Berikan dukungan yang disukai anak untuk mendapatkan nilai bagus. Jangan memaksakan kehendak agar anak diminta untuk menyukai apa yang tidak ia sukai. Orang tua tidak perlu khawatir jika si anak mendapatkan nilai merah di sekolah, karena terkadang merah berarti kesuksesan.
Yang perlu dipahami para guru maupun orang tua bahwa kunci sukses anak didik adalah bila ia mampu mengembangkan potensi bakat dan minatnya menjadi profesi yang pada akhirnya melahirkan kemandirian sosial dan ekonomi bagi orang lain. Misalnya saja, dia membuka usaha atau jasa yang tentunya hal ini akan memberikan kesempatan kerja bagi orang lain.
Intinya spirit belajar yang mengarah kepada pengembangan minat dan bakat harus ditumbuhkan pada setiap diri anak. Sehingga potensinya akan lebih terarah secara positif.
Jadi, sekarang ini yang harus dilakukan adalah merubah mindset dikalangan orang tua, guru dan siswa. Kuliah bukan jaminan untuk meraih kesuksesan.
Merubah Mindset, Maksudnya ?
Mindset terdiri dari dua kata, “mind” dan “set”. Mind berarti pikiran, akal, atau ingatan. Set adalah kumpulan, atau perangkat. Secara harafiah mindset diartikan sebagai kumpulan pikiran atau akal. Tetapi mindset yang saya maksud disini adalah pola pikir yang mempengaruhi pola kerja.
Kebanyakan orang umumnya dalam bertindak pasti didorong oleh pola berfikirnya. Pola pikirlah yang menggerakkan, mendorong atau yang menjadi landasan mengapa seseorang bertindak. Itulah sebabnya jika kita melarang seseorang untuk tidak melakukan suatu hal atau sebaliknya mendorong untuk melakukan sesuatu, pertama yang harus kita pengaruhi lebih dulu adalah pola pikirnya. Jalan pikirannya dulu yang dirubah.
Mengapa? jika kita tidak merubah pola pikirnya lebih dulu maka tidak akan menghasilkan sebuah perubahan yang permanen. Jadi kalau kita ingin merubah perilaku seseorang dengan hasil yang lebih permanen atau lebih baik, maka yang pertama kali harus dipengaruhi adalah pola pikirnya.
Misalnya. Kalau ada siswa didik yang malas belajar, hal pertama yang harus kita lakukan adalah merubah pola pikirnya. Mengapa belajar itu penting, berikan nasehat kalau mau pinter, mau berhasil, mau jadi orang sukses, kita harus menjabarkan syarat-syarat bagaimana menjadi orang yang sukses dengan memberi contoh-contoh tentang orang-orang yang sukses meraih cita-cita. Mereka yang sudah berhasil meraih cita-cita, sudah pasti mereka bekerja keras dan terbiasa mendisiplinkan diri.
Melarang atau memarahi saja tidak cukup, karena hanya merubah sementara. Ia akan mau disiplin, atau mau belajar, jika mendapat pengawasan orang tuanya. Lepas pengawasan kembali kepada kebiasaan jeleknya. Ini artinya mindsetnya belum berubah. Jadi ubahlah mindset atau ubah pola pikirnya maka akan berubah pula pola kerjanya.
Setiap anak pasti memiliki cita-cita. Tugas para orang tua dan pendidik adalah bagaimana melogiskan cita-cita mereka menjadi kenyataan dan bukan sekedar khayalan. Cita-cita itu adalah tujuan hidup. Maka berikan pemahaman bahwa cita-cita itu bisa dicapai lewat disiplin, kerja keras, kreatif, serta dukungan semua pihak. Mindset ini yang harus dibangun sejak usia dini. Arahkan potensi mereka sesuai dengan minat dan bakatnya sehingga apa yang mereka cita-citakan menjadi kenyataan 10 atau 20 tahun kemudian.
Bagaimana dengan siswa putus sekolah bisakah mereka meraih sukses ?
Sangat bisa. Yang terpenting mereka punya keinginan kuat untuk meraih cita-cita yang sempat terputus. Dan titik tekannya bukan pada siswa putus sekolah, tetapi bagaimana pada akhirnya mereka memiliki ijazah baik formal maupun non formal. Jika mereka tidak ingin melanjutkan ke jenjang formal, kita akan tawarkan ke jenjang non formal sesuai dengan keahliannya. Sehingga nantinya keahliannya bisa menjadi profesi. Itu sebabnya kuliah bukan jaminan meraih sukses.
Ada sedikitnya 200 lembaga kursus yang sudah siap untuk bekerja sama dengan dinas pendidikan. Yang penting sejauh mana minat warga depok untuk melanjutkan pendidikan. Ini yang harus mereka sadari bahwa kedepan pendidikan merupakan bagian penting dalam membangun masa depan yang lebih baik. Karena Indonesia akan dihadapkan pada perdagangan bebas, maka perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang terampil yang memiliki keahlian dibidang tertentu. Ini yang perlu mereka sadari pentingnya ijazah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh karena itu Peran serta kepedulian masyarakat perlu dikuatkan untuk mengajak dan mencari warga dilingkungannya yang belum memiliki ijazah.
Agar masyarakat termotivasi bahwa kesuksesan itu tidak harus sekolah tinggi-tinggi, seperti apa upaya konkret Dinas Pendidikan?
Dinas pendidikan terus mendorong melalui Gerakan Depok Belajar dengan membuka kelompok belajar (Kejar) Paket A, B, dan C sebanyak-banyaknya diseluruh kecamatan, secara gratis baik yang dikelola pemerintah maupun swasta, agar mereka yang putus sekolah bisa mendapatkan ijazah. Kita juga terus berikan pemahaman tentang paradigma pendidikan yang tidak hanya sekedar formal an sich.
Kejar Paket C juga akan kita tambah dengan program kejuruan sesuai dengan pfrofesi yang mereka inginkan dan nantinya bisa lebih bermanfaat setelah mereka lulus. Apakah nantinya mereka akan bekerja dijalur formal, atau mengembangkan keahlian yang mereka miliki dengan berwirausaha atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Itu dikembalikan ke mereka. Dinas pendidikan hanya memfasilitasi saja. seperti misalnya Mukmin Hilman Hawali, lulusan Kejar Paket C tahun lalu yang lebih memilih untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan lulus seleksi perguruan tinggi negeri jurusan di Institut Tehnologi Sepuluh Nopember, jurusan Biologi.
Tahun ini kita juga tengah matangkan program sekolah berbasis peminatan yang kita mulai dari jenjang SD sampai SMA, sehingga masyarakat bisa memilih sekolah sesuai dengan bakat dan minat yang mereka inginkan. Salah satunya SMK Negeri 4 jurusan Kedirgantaraan dikecamatan Tapos yang tahun ini resmi kita buka. Semoga saja lulusan dari sekolah kejuruan tersebut bisa menjadi pilot yang handal yang membawa harum kota Depok. Semoga. (agus/syahrul)