Swara Pendidikan.co.id – (Purwakarta)
Seperti diketahui Taman Air Mancur Sri Baduga yang berada persis dijantung kota Purwakarta sejak pertama dibuka 17 Pebruari 2017 dan hingga kini digratiskan untuk warga. Khusus pertunjukan air mancur menari hanya dibuka pada Sabtu malam selama tiga sesi pertunjukan. Bahkan dalam beberapa waktu penting bila kunjungan dari Pejabat luar kota Purwakarta sesi pertunjukan air mancur bisa ditambah walaupun bukan hari Sabtu malam.

Sebelumnya Taman Air Mancur Sri Baduga merupakan kawasan wisata Situ Buleud dan dalam sejarahnya konon tempat pemandian badak namun lambat laun perkembangannya menjadi tempat area pemancingan ikan oleh warga sekitar,hal itu dituturkan Kepala Bidang Dinas Pemuda Olah raga Pariwisata dan Kebudayaan (Kabid Disporabud) Kabupaten Purwakarta Herry Anwar kepada wartawan Swara Pendidikan saat berkunjung pada Sabtu malam (26/8).
Lebih jauh ia menjelaskan,“pembangunan ini dianggarkan dari APBD bertahap selama 3 tahun dengan pembangunan taman rekreasi dengan luas lebih dari 2 hektar sekaligus tempat wisata untuk warga lokal dan warga daerah lain maka dampak secara ekomomi dan sosial wargapun berubah lebih baik, hotel atau tempat penginapan dipenuhi warga domestik pada setiap malam minggu juga di area tersebut terdapat Kampoeng Maranggi yang merupakan kumpulan pedagang sate maranggi dari berbagai daerah di Purwakarta dan Wisata Kuliner Tjeplak yang menyuguhkan berbagai makanan dan minuman yang rata-rata tradisional,”jelasnya.
Destinasi pariwisata Taman Air Mancur Sri Baduga menjadi taman terbesar se Indonesia bahkan ketingkat Asia dengan mengenalkan budaya pasundan juga mendorong peningkatan ekonomi warga lokal maka Kabupaten Purwakarta bukan hanya kota kelas marginal melainkan kota yang maju dan tetap memiliki jati diri terhadap budayanya.
“Kelebihan Taman Air Sri Baduga selain kemasan Taman Kota dapat menampung kapasitas pengunjung 100 ribu sampai 150 ribu keluarga dan Air Mancur dapat menari diiringi alunan musik melalui digitalisasi selain itu ditengah kolam akan berdiri bangunan museum yang mengenalkan sejarah setu buleud dan sejarah pasundan yang pernah hadir ditanah kita, sehingga konsep taman yang terintegrasi menjadi kebanggaan bagi pemerintah dan warganya dengan memiliki sejarah peradaban yang sebelumnya pernah hadir kejayaannya pada masa lalu dikota Purwakarta,”ungkapnya.
Ia berharap kedepannya Pemerintah Pusat tidak meremehkan kota kecil seperti Purwakarta dengan berbagai potensi lokal yang dapat memberikan manfaat bagi warganya dan dapat mengangkat harum bangsa Indonesia,”harap Kabid Disporabud.(Syahrul)
