Swara Pendidikan (Jepara) – Setelah insiden puluhan siswa di Banjaran, Bangsri, mengalami gejala keracunan makanan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah memastikan bahwa menu Makan Bergizi Gratis (MBG) bukanlah sumber penyebab mual dan pusing yang dialami 35 siswa tersebut.
Kepastian ini diperoleh dari hasil uji laboratorium sampel makanan di Balai Laboratorium Kesehatan dan PAK Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yunita Dyah Suminar, membenarkan temuan tersebut pada Selasa (30/09/25).
“Hasil lab tidak ada bakteri dalam menu MBG yang menyebabkan keracunan anak-anak di Banjaran Bangsri Jepara,” tegas Yunita.
Adapun sampel yang diuji adalah menu MBG yang dikonsumsi siswa pada Selasa (23/9), berupa nasi putih, ayam kecap, sayur tumis jagung-buncis-wortel, susu kotak, dan buah melon potong. Makanan ini berasal dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Banjaran Bangsri, yang melayani 3.554 siswa dari 40 sekolah di tiga desa.
Ketua Satgas Percepatan Program MBG Kabupaten Jepara yang juga Wakil Bupati Jepara, M Ibnu Hajar (Gus Hajar), menyambut hasil ini sebagai bukti kuat bahwa dugaan keracunan tidak bersumber dari program MBG.
“Jadi clear kalau dari sampel menu MBG hasilnya negatif. Secara logika, menu untuk 3.554 siswa di 40 sekolah itu sama. Tapi mengapa yang mengalami pusing, mual, dan lemas mayoritas hanya dari SDN 1 Banjaran? Nah, mungkin saja anak-anak itu mengonsumsi makanan lainnya, kita kan juga tidak tahu,” jelasnya.
Menyikapi kejadian ini, Satgas MBG Jepara menegaskan komitmennya untuk memperkuat pengawasan dan memastikan seluruh SPPG mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP), termasuk kepemilikan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sebagai jaminan kebersihan dapur, bahan makanan, proses pengolahan, hingga penyajian.
Selain itu, edukasi kepada siswa terkait disiplin waktu konsumsi juga digencarkan. Sesuai SOP, menu MBG harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah disajikan agar tetap layak, bergizi, dan aman.
“Mestinya tidak boleh dibawa pulang, tapi harus langsung disantap di sekolah agar tetap layak konsumsi, bergizi, dan sehat,” pungkas Gus Hajar. **