Swara Pendidikan (Jakarta) – Dewan Pembina Yayasan Rawamangun Mendidik (YRM), Sugeng Suparwoto membuka Seminar Nasional “Desain Ulang Pendidikan Indonesia: Strategi dan Inovasi Menghadapi Gelombang Disrupsi Digital dan AI” melalui sambungan Zoom dari Mekkah. Acara digelar di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jalan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat, pada Rabu (26/11/25).
Sugeng menyoroti percepatan teknologi yang kini membawa manusia memasuki fase baru, sebagaimana diungkapkan oleh pemikir Yuval Noah Harari tentang era Homo Deus. Menurutnya, perkembangan teknologi membuat imajinasi serta keputusan manusia tidak lagi semata dipengaruhi kapasitas biologis, tetapi juga kecerdasan buatan dan sistem digital yang kian dominan.
“Kadang kita merasa resah bahwa peradaban hari ini didominasi ilmu dan teknologi yang sering mengabaikan moral dan etika,” ungkap Sugeng dalam sambutannya.
Dia mengingatkan kembali pesan Prof. Soedjatmoko pada tahun 1988 mengenai pentingnya moral dan etika dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Menurutnya, pesan tersebut masih sangat relevan di tengah derasnya arus inovasi teknologi dan AI masa kini.
Sugeng, yang juga Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, menyoroti tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia, mulai dari kemiskinan, ketimpangan sosial, hingga pembangunan ekonomi yang masih bertumpu pada industri ekstraktif. Dia membandingkan dengan Tiongkok yang berhasil menurunkan angka kemiskinan secara drastis dalam beberapa dekade terakhir.
“Pada satu sisi kita dituntut menyiapkan SDM adaptif dan siap pakai. Namun pada saat yang sama pendidikan harus menggali kreativitas dan menghasilkan pemikiran yang utuh sebagai bangsa,” tegasnya.
Sugeng berharap seminar nasional ini menjadi ruang pertemuan gagasan untuk merumuskan langkah strategis dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, terutama melalui pembaruan sistem pendidikan yang berbasis inovasi dan nilai kemanusiaan.

Ketua Pelaksana Seminar, M. Azis Nasution mengatakan kecerdasan buatan, komputasi awan, data, dan otomasi kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Perubahan tersebut tidak hanya memengaruhi dunia kerja, tetapi juga pola belajar, cara berpikir, dan interaksi sosial.
“Pendidikan Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam gelombang disrupsi ini. Kita harus aktif merumuskan strategi, membangun inovasi, dan menyiapkan ekosistem pembelajaran yang adaptif,” kata Azis.
Azis menekankan bahwa transformasi digital bukan sekadar persoalan teknologi, namun juga kualitas sumber daya manusia. Kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, ketangguhan karakter, serta literasi digital menjadi kompetensi kunci yang harus ditanamkan sejak dini.
Menurutnya, desain ulang pendidikan nasional kini menjadi kebutuhan mendesak agar Indonesia tidak tertinggal dalam kompetisi global yang semakin ketat.
Sesi Pembahasan Strategis Bersama Akademisi Terkemuka
Pada sesi pertama, seminar menghadirkan dua pakar pendidikan dan sosial terkemuka, yaitu Prof. Yudi Latif dan Prof. Robertus Robet. Keduanya membahas sejumlah isu strategis, antara lain:
- Penguatan literasi digital bagi tenaga pendidik dan peserta didik
- Inovasi kurikulum yang responsif terhadap perubahan zaman
- Strategi pembelajaran adaptif di tengah perkembangan AI
- Penguatan peran pendidikan dalam membangun karakter dan kebudayaan
Diskusi berlangsung interaktif dengan melibatkan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, praktisi pendidikan, pegiat literasi, hingga mahasiswa. (NJ/CP)




