Penulis: Zulfian Haris Yudha Pramuji
Latar Belakang Program MBG
Makan Bergizi Gratis atau MBG merupakan program strategis yang muncul dari janji politik presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo-gibran. Program tersebut telah di ujicoba pasca kememangan Prabowo-Gibran dalam pemilu serentak 2024 mulai bulan Agustus hingga November 2024 di beberapa kota pulau jawa dan resmi berjalan pada 6 Februari lalu. MBG pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam menyukseskan Indonesia Emas 2045. Tetapi, sejak awal sudah ada banyak kalangan yang tidak memercayai program tersebut akan berjalan dengan baik, tetapi ini merupakan salah satu daya tawar paling realistis yang dapat ditawarkan sebagai janji politik dibanding janji politik milik Paslon lain yang dinilai terlalu abstrak dan tidak menyentuh kalangan bawah masyarakat.
Protes dan Tuntutan Pendidikan Gratis
Saat aksi #indonesiagelap terjadi pada Februari lalu pasca keputusan efisiensi negara ditetapkan, ada kejadian tak terduga yang terjadi di Papua Pegunungan. Ribuan anak SMA memadati jalan menuju gedung pemerintahan setempat menuntut untuk memberhentikan program makan bergizi gratis lalu melayangkan tuntutan agar pendidikan gratis lah yang seharusnya menjadi program yang tepat. Meskipun tuntutan tersebut penuh dengan intrik politik yang terjadi antara pemerintah Indonesia dengan organisasi Papua merdeka (OPM), kejadian tersebut memberikan hentakan sinaps renungan kesadaran kita mengenai kondisi pendidikan hari ini.
Pentingnya Pendidikan dalam Kehidupan
Pendidikan hari ini dapat diibaratkan sebagai tolok ukur kesuksesan serta keberhasilan seseorang, oleh karena itu pendidikan menjadi kebutuhan dasar yang juga dibuatkan kebijakannya oleh pemerintah Indonesia sebagai hal yang wajib dijalankan oleh masyarakat Indonesia selama 12 tahun sejak memasuki usia wajib sekolah. Tetapi realitas yang ada adalah bahwa secara nasional angka lulusan SMA dan perkuliahan lebih kecil dibanding lulusan SD atau SMP. Hal ini juga berpengaruh pada peningkatan angkatan kerja yang tidak naik secara signifikan sejak tahun 2020 hingga saat ini karena pekerjaan hari ini mengharuskan masyarakat untuk memiliki ijazah minimal SMA/sederajat.
Karena hanya berpendidikan rendah, masyarakat akhirnya berusaha untuk tetap bekerja meski dengan jaminan dan upah yang tidak pasti. Data terakhir mengenai tren yang terjadi dalam dunia kerja di Indonesia hari ini adalah maraknya pekerja informal yang tidak memiliki jaminan kerja dan upah layak. Begitu sentral pendidikan bagi kehidupan masyarakat guna mempertahankan hidupnya, karena ia terhubung langsung dengan kerja masyarakat demi mendapatkan upah dan setidaknya mempertahankan stabilitas ekonominya. Dari sini kita mendapatkan bahwa begitu pentingnya pendidikan bagi masyarakat, karena ia berkaitan langsung dengan aspek kehidupan yang lainnya.
Beberapa aspek kehidupan yang juga dapat diakses memalui pintu pendidikan adalah peningkatan inovasi, akses terhadap kesehatan yang laik bahkan ke akses makanan bergizi yang menjadi permasalahan hari ini. Tanpa pendidikan yang dapat diakses lebih baik dengan kualitas yang baik pula, akses terhadap makanan bergizi akan terhambat dan menjadi penghambat inovasi, kesehatan serta hal-hal lainnya. Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang berdampak langsung hari ini hingga hari kedepan.
Evaluasi Program MBG dan Alternatif yang Lebih Rasional
Jika menimbang secara ekonomi, makan bergizi yang gratis dan juga pendidikan yang gratis merupakan dua unsur yang sama-sama penting. Tetapi melihat situasi hari ini, sepertinya akan terasa semakin buruk ketika gelombang PHK yang terjadi di Indonesia sejak covid hingga hari ini mencapai ratusan ribu orang. Banyak dari para pekerja yang terkena PHK kebingungan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, termasuk membiayai pendidikan anaknya. Jika pertimbangannya adalah makan atau pendidikan yang gratis, maka seharusnya yang dipilih sebagai kebijakan untuk meringankan beban akibat permasalahan PHK ini ialah biaya yang dikurangi. Dalam hal ini, biaya pendidikan lah menjadi salah satu hal yang justru seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah.
Jika kita hitung hari ini, makan bergizi yang dianggarkan seharga 10 ribu rupiah itu tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap pengeluaran para orang tua yang mungkin saja memiliki kendala biaya pada setiap biaya yang dikeluarkannya. Anak-anak yang di sekolahnya mendapatkan program makan bergizi gratis, tidak berarti bahwa mereka tidak akan meminta ongkos untuk perjalanannya atau untuk jajan lagi di kantin atau di luar lingkungan sekolah atau keperluan lainnya. Anggaran triliunan yang fantastis itu seharusnya dapat disalurkan untuk meningkatkan kualitas atau bahkan meringankan beban masyarakat terhadap pendidikan.
Akan lebih masuk akal jika pemerintah menggalakkan program kantin sehat dan murah di setiap sekolah yang bahkan tidak hanya terbatas pada sekolah-sekolah negeri saja. Ini akan lebih meringankan beban pengeluaran kas negara serta meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya makan makanan yang bergizi bagi para penjual makanan yang hari ini terlalu banyak inovasi dan mayoritasnya tidak mementingkan kandungan gizi di dalamnya. Dengan memberikan standar serta pengawasan ekstra terhadap makanan-makanan yang beredar di setiap kantin sekolah.
Implikasi Efisiensi Anggaran Negara
Dengan kebijakan efisiensi yang dijalankan oleh negara, program MBG justru dapat menimbulkan pelanggaran baru seperti pemangkasan anggaran biaya MBG dari pusat hingga ke titik lokasi seperti berita baru-baru ini yang beredar. Dengan pemusatan biaya untuk program pendidikan gratis, yang mampu dijalankan tanpa melalui pintu-pintu kamar tak terlihat, akan mengurangi ongkos pengeluaran negara akibat kerugian. Hal tersebut juga akan semakin selaras dengan upaya pemerintah mengurangi jumlah pengangguran dalam masyarakat serta yang terjebak pinjaman online. Maka sudah sepatutnya pemerintah secara tidak malu-malu mengoreksi setiap kebijakannya, khususnya dalam MBG yang hari ini masih belum secara menyeluruh dilaksanakan, guna merealisasikan keadilan sosial serta mengembalikan kembali tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.
Peran Pendidik dalam Membangun Kesadaran Kritis
Sedangkan apa yang perlu dilakukan oleh setiap pendidik adalah untuk memberikan kesadaran kritis terhadap anak didiknya agar mereka mampu menjadi the next generation yang dapat menyukseskan Indonesia emas 2045. Selain itu, pendidik juga mampu menyumbangkan suaranya untuk mengkritisi dan memberikan pandangannya terkait permasalahan ini, karena pendidik lah yang secara langsung terlibat di lapangan bila kita bandingkan dengan para pemangku kebijakan atau instansi pengelola data dan konsesus dalam menyampaikan hasil pengamatannya yang sering kurang pas dan sukar diterima oleh kita sebagai masyarakat.
Pendidikan Indonesia mungkin sedang berada di tepi jurang, tetapi kita masih mampu untuk menariknya dari tepi jurang dan membawanya menuju puncak keberhasilan yang berdampak untuk masa depan. Masa depan Indonesia ada di tangan kita. **
Penulis: Zulfian Haris Yudha Pramuji
Pengajar Tahsin Gema Qurani