Oleh : Eni Yuhaeni,S.Pd
Pandemi Covid 19, mengharuskan kita melaksanan protokol kesehatan yang ketat di manapun berada seperti mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitazer, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, yang kita sebut dengan Gerakan 5M.
Manusia sebagai mahluk sosial yang biasanya berinterksi secara langsung, tentu merasakan dampak dari melaksanakan Gerakan 5M . Hal yang terasa berat dalam pelaksanaan 5M adalah menjaga jarak, sangat susah lantaran kebiasaan kita jika bertemu berjabat tangan, begitu juga dengan memakai masker terasa tidak nyaman karena napas terasa sesak, tapi seiring berjalannya waktu hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan baru,

Apa dampak dari menjaga jarak akibat Pandemi Covid 19 ? Banyak sekali antara lain kita tidak bisa mendampingi teman, saudara, keluarga atau siapapun yang terbaring sakit, kita tidak bisa bercengkrama, bersenda gurau di saat-saat senggang menghilangkan rasa penat usai bekerja, belum lagi isolasi mandiri dan karantina. Ada orang batuk sudah dicurigai covid 19, ada demam sedikit sudah dikucilkan. Hilang semua rasa kebersamaan.
Seberapa penting rasa kebersamaan dalam kehidupan manusia? Sungguh manusia ditakdirkan sebagai mahluk sosial yang tidak mungkin mampu hidup sendirian. Manusia saling membutuhkan, dan saling ketergantungan sejak dilahirkan hingga sampai masuk ke liang kubur disaat kematiannya. Ada banyak istilah-yang menunjukkan pentingnya kebersamaan seperti gotong royong, musyawarah, solidaritas, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, dan lain-lain. Begitu juga dalam beroraganisasi sangat penting rasa kebersamaan agar bisa berjalan harmonis. Salah satu langkah nyata yang dilakukan oleh ibu Aisyah S.Pd.SD sebagai kepala Sekolah SDN Pondokcina 3 dalam “Menanamkan Rasa Kebersamaan Tim Kerja “ adalah dengan memberikan motivasi dan penghargaan. Memberikan kesempatan untuk berkembang ke arah yang positif.
Apa makna yang terkandung dalam kebersamaan ? Momen kebersamaan tidak harus tercipta dari hal-hal yang mahal tapi dari hal kecil dan tindakan sederhana seperti arisan keluarga Poncin 3, tidak dihitung berapa besarnya tapi disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Makan bersama dalam satu nampan atau daun pisang (Botram) dari kita untuk kita. Ini ada hal-hal yang biasa tapi kesan yang tercipta sangat dalam, dan akan terus diingat meskipun hubungan kerja akan berakhir sebab mutasi atau pensiun, karena kebahagiaan akan tetap abadi dalam kenangan.
Jika sekolah itu diibaratkan sebagai manusia, maka sekolah memiliki dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Sekolah sebagai jasmani berupa wujud gedung ,sarana dan prasarana sedangkan rohaninya adalah sumber daya manusia.Santapan rohani diwujudkan dengan kebersamaan dalam keberagaman yang mampu membuat suasana hati menjadi gembira, terjalin rasa persaudaraan, tercipta rasa saling menghargai, kenyamanan, persatuan dan sumber keberkahan. Semoga Allah SWT memudahkan dan melancarkan pelaksanaan semua program di SDN Pondokcina 3, Kecamatan Beji Kota Depok. **
Marhaban Ya Ramadhan , Mohon maaf lahir dan bathin. Salam sehat dari keluarga besar SDN Pondokcina 3.
Eni Yuhaeni,S.Pd (UPTD SDN Pondokcina 3, Depok)