
Swara Pendidikan.co.id (TANGERANG, BANTEN) – Kondisi pandemi Covid-19, tidak menjadi penghalang bagi 1.258 mahasiswa Universitas Prasetiya Mulya (Prasmul) untuk mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau Community Development (Comdev) sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Salah seorang staf Pusat Pengembangan Usaha Kecil Universitas Prasetiya Mulya, Dwi Lestari, dalam keterangan tertulisnya mengatakan, kegiatan KKN yang berbasis kewirausahaan ini bertujuan untuk memberi pendampingan bagi pengusaha mikro dalam menghadapi tantangan di dunia bisnis.
Dia menyebut ada sekira 158 pengusaha mikro yang mendapat pendampingan dalam program ini, baik dalam pemasaran, ataupun bidang bisnis lainnya.
Jika sebelum Covid-19 kata Dwi, mahasiswa Prasmul terjun ke masyarakat memberikan pendampingan secara langsung, tapi dimasa pandemi ini imbuhnya, pelaksanaanya dilakukan secara daring.

“Tahun ini lokusnya di Kabupaten Cianjur dan Kuningan. serta gambaran Brand dalam proses pencarian dan perekrutan mitra pengusaha mikro,” sebutnya.
Dia juga menjelaskan, kegiatan ini dilaksanakan selama 5 bulan. Januari hingga Juni. Tahap pertama, pendampingan intensif seminggu 3 kali (29 Januari s/d 28 Februari) dan Tahap kedua, sebulan sekali. (Maret s/d Juni). Semua dilakukan tatap muka via daring.

Dwi berharap, program Comdev ini mampu memberi harapan bagi pengusaha mikro agar tetap semangat, bertahan, dan terus berinovasi terhadap produknya, sehingga perlahan bangkit dan menjadi inspirasi bagi pengusaha mikro lainnya.
Sebelumnya kata Dwi menjelaskan, perubahan mode pendampingan secara daring mengundang reaksi beragam dari pengusaha mikro yang didampingi. “Diawal memang ada sedikit kendala,” akunya.
“Ada yang mudah menyesuaikan diri, ada juga yang merasa kesulitan. Tetapi karena sebelumnya panitia sudah melakukan pemetaan terhadap pengusaha mikro yang akan didampingi, penguasaan teknologi yang sekiranya menjadi penghambat, justru menjadi terobosan baru dalam pendampingan oleh mahasiswa,” ungkapnya.
Staf Pusat Pengembangan Usaha Kecil Prasmul itu menyebut beberapa contoh. Misalnya ibu March Mada Eliyana, mitra binaan UPM yang menjual Pempek dengan merk dagang Cek Nimas di wilayah Bogor, Jawa Barat yang terbantu dalam hal pengelolaan website untuk mendorong penjualan yang lebih luas.

Begitu juga dengan Ibu Aisyiyah Megawati, mitra asal Depok, Jawa Barat, yang memiliki produk handycraft kayu dengan merk dagang KoKoYe yang dalam bahasa Hawai artinya kelapa.
Ibu Aisyiyah Megawati mengaku, anak-anak mahasiswa membantu pengembangan bisnis dalam hal ide dan inovasi produk serta pemasaran online. Dengan adanya program Comdev ini, ibu Aisyiyah bersyukur jadi punya teman untuk bertukar pikiran dan informasi seputar bisnis yang sedang dijalankan. Dia berharap penjualan produknya akan terus meningkat.

Berbeda dengan 2 mitra diatas. Kang Tendi mitra asal Cianjur, Jawa Barat yang memiliki produk keripik pisang dengan merk Banana Bobs.
Kang Tendi ini Telah 3 tahun menjadi mitra Comdev, ditahun ini didampingi oleh mahasiswa dalam pengembangan bisnisnya dalam hal kemasan atau packaging.

Kang Tendi percaya, dengan kemasan yang ciamik produk keripik pisangnya dapat lebih bersaing untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
Hal serupa juga dirasakan Bapak Ahmad Yasir, mitra binaan Universitas Prasetiya Mulya asal Cianjur, Jawa Barat. Selama pendampingan beliau merasa terbantu dalam segi pemasaran produknya secara online.

Abon Ikan Pahaji yang merupakan nama dari produk beliau, saat ini menjadi produk terlaris nomor 1 di salah satu marketplace di Indonesia. Mahasiswa juga ikut membantu membuatkan kemasan yang menarik, serta mengelola akun instagram produknya untuk merambah pasar yang lebih luas. ***
Pengirim : Dwi Lestari
Editor : Taufik Hidayat