Penulis: Neneng Khoiriah, M.Pd (Guru SDN Cipayung, Sukmajaya, Depok)
[blockquote align=”left” author=”(Q.S Ath-Thalaq: 2-3) “]Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya. [/blockquote]
Pandemi yang terjadi hampir 2 tahun di bumi Indonesia, menjadikan semua lapisan masyarakat berada dalam sebuah dunia baru yang sebelumnya tidak ada dalam benak dan pikiran mereka.
Hempasan ujian yang diakibatkan oleh salah satu makhluk Allah terkecil yang hanya bisa dilihat oleh alat super canggih yang bernama Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19, seperti sebuah mimpi yang tak bertepi. Tidak terkecuali bagi aku, kamu dan mereka sebagai bagian dari masyarakat yang pasti terdampak dari musibah pandemi yang terjadi saat ini.
Aku dan kamu sahabatku, sebagai seorang pendidik yang beriman pasti meyakini bahwa,”Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan“ (Q.S Al-Insyirah:6).
Kita harus segera bangun dari mimpi buruk dan bangkit dari keterpurukan masa pandemi, karena mereka peserta didik sedang menanti uluran tangan untuk bersama-sama tegar dan kuat menghadapi ujian kenyataan hidup yang tidak semua sanggup menghadapinya.
Aku sebagai pendidik di SDN Cipayung yang terletak di Jalan Tole Iskandar KM 02 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok sejak tahun 2005, musibah covid 19 ini merupakan suatu kejadian luar biasa yang aku alami sepanjang karirku dalam dunia pendidikan.
Semua kegiatan di masa pandemi harus disesuaikan dengan instruksi dari badan penanggulangan Covid-19, khususnya Dinas Pendidikan Kota Depok.
Rutinitas yang biasa aku lakukan sebelum musibah ini terjadi yaitu mempersiapkan materi pembelajaran pada malam hari dan menyampaikan kepada para siswa kesesokan harinya saat pertemuan di kelas bersama mereka.
Namun saat ini semua rutinitas tersebut telah berubah total 180 derajat dari biasanya. Suasana riuh para siswa di kelas. Ulah Fahmi murid yang suka usil, wajah cantik Nazwa yang selalu ceria, Tuti yang rajin ibadah dhuha, Amanda yang suka dancing, serta siswa lainnya yang membuat saya semangat setiap harinya saat pembelajaran di kelas, semua itu tinggal kenangan selama musibah ini terjadi.
“Jujur, aku sedih dan cemas! Bagaimanapun kondisinya harus aku hadapi!” tekad ku saat ini yang seolah sedang memasuki dunia baru dalam dunia pendidikan.
“Bu, apa yang harus kita lakukan terkait surat edaran dinas pendidikan?,” tanya aku kepada bu Hj. Amaliah selaku kepala sekolah SDN Cipayung.
“Bu Neneng, tolong buat pengumuman rapat dinas bagi para guru terkait hal ini,” titah kepala sekolah kepadaku sebagai ketua tim TPK SDN Cipayung.
Akhirnya kami pun mengadakan rapat bersama dengan komite, pengawas dan beberapa perwakilan wali murid. Ada beberapa hal yang harus kami sepakati tentang kondisi darurat yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan instruksi pemerintah kota Depok melalui Dinas Pendidikan.
Diantara hal yang disepakati dalam rapat yaitu tentang metode pembelajaran PJJ sesuai instruksi Dinas Pendidikan. Aplikasi dalam PJJ yang tepat dan mudah untuk digunakan pendidik dan peserta didik, serta semua kesiapan dalam kegiatan belajar mengajar yang harus beradaptasi dengan kehadiran pandemi Covid-19.
Secara jujur aku katakan bahwa istilah PJJ bagi aku dan rekan guru di SDN Cipayung merupakan hal yang belum pernah kami dengar dan kami lakukan sebelumnya. Oleh karena itu, kami harus mencari informasi dan mempelajari lebih jauh tentang PJJ melalui internet dan media massa lainnya.
Setelah kami pelajari ternyata PJJ (bahasa Inggris: distance education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan pendidiknya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya.
Pembelajaran elektronik (elearning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari pendidikan jarak jauh yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronik dan teknologi berbasis internet.
Pendidikan jarak jauh juga sering dipersepsikan sebagai suatu inovasi dalam metode pembelajaran abad 21 yang memiliki daya jangkau lintas ruang, waktu, dan sosio ekonomi.
Jadi secara umum, pendidikan jarak jauh memiliki prinsip yang mencakup antara lain:
1). Akses, yakni terkait dengan keinginan untuk memperluas akses pendidik dan peserta didik terhadap pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
2). Bersifat massal, ekonomis, serta meminimalkan kendala jarak dan waktu.
3). Pemerataan yang merujuk kepada asas keadilan dan persamaan hak bagi siapa saja untuk mengenyam pendidikan tanpa dibatasi oleh berbagai kendala.
4). Kualitas, yaitu berkenaan dengan jaminan standar pengajar, materi bahan ajar dan ujian, dan proses pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
Kelemahan dari metode pendidikan jarak jauh antara lain:
1). Minimnya kontak langsung antara pendidik dan peserta didik memperlambat proses terbangunnya relasi sosial dan nilai-nilai yang menjadi tujuan dasar dari pendidikan, rendahnya kontrol terhadap proses pembelajaran sebagai impikasi dari cara belajar mandiri yang menjadi titik berat dari pendidikan jarak jauh,
2). Keterbatasan teknologi komunikasi dan informasi yang tidak dapat menggantikan sepenuhnya proses komunikasi dan interaksi secara langsung yang terjadi dalam pendidikan konvensional.
Namun, keputusan PJJ bagi aku dan rekan guru SDN Cipayung tentu saja merupakan satu-satunya solusi dari kondisi krisis covid 19 agar siswa tetap mendapatkan hak dalam pembelajaran serta demi keamanan dan kesehatan bersama.
Penerapan PJJ terjadi di awal tahun 2020, semester genap. Sebagai wali kelas 6 yang beberapa bulan lagi akan meninggalkan bangku sekolah dasar, biasanya ada beberapa kegiatan khusus diantaranya ujian sekolah, ujian praktek dan diakhiri dengan acara pelepasan siswa. Semua rencana yang telah disusun sebelum masa pandemi tidak dapat dilaksanakan saat itu.
“Oh, jadi bagaimana dengan hasil rapat rencana kita untuk kegiatan kelas 6 nih, bu Neneng?” tanya bu Masanih rekan guru kelas 6C.
“Kita ikuti saja aturan dari Dinas Pendidikan, bu Mas,” jawab ku.
Dan ternyata benar saja, sesuai keputusan rapat Dinas Pendidikan Kota Depok, maka rangkaian kegiatan kelas 6 tidak dapat dilakukan seperti biasanya.
Kegiatan KBM, Penilaian Tengah Semester (PTS) dan ujian praktek kelas 6 tetap dilaksanakan secara daring sedangkan kegiatan ujian sekolah ditiadakan.
Tidak lama berselang diberlakukannya kegiatan PJJ, tibalah saatnya peserta didik melaksanakan kegiatan PTS dilanjutkan dengan kegiatan. Ujian Praktek bagi peserta didik kelas 6 SDN Cipayung tahun pelajaran 2019/2020 yang dilaksanakan tanggal 23-28 Maret 2020.
Pada awalnya aku bingung dengan metode online yang akan digunakan untuk kegiatan PTS dan ujian praktek tersebut. Akhirnya, sesuai dengan hasil diskusi kami menggunakan aplikasi yang paling familiar dan mudah bagi pendidik, orang tua dan peserta didik dalam pelaksanaannya.
Kami melaksanakan kegiatan PTS dengan menggunakan aplikasi Google formulir sedangkan ujian praktek dengan dua cara yaitu melalui aplikasi whatsapp dan Google meeting.
Aplikasi tersebut dipilih karena dapat digunakan sesuai kebutuhan peserta didik. WhatsApp dapat mengirim pesan teks, pesan suara dan video, berbagai macam gambar/foto, video, dokumen materi pembelajaran dan lainnya.
Sedangkan aplikasi Google Meet dan Zoom untuk pertemuan tatap muka secara daring agar pendidik dapat melihat wajah peserta didiknya saat memberikan penjelasan materi PTS dan ujian praktik.
Adapun kreteria nilai kelulusan kelas VI tahun pelajaran 2019-2020 diambil dari nilai raport kelas 4 s/d kelas VI dan ditambah nilai praktek secara virtual. Tentunya hal ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi peserta didik alumni 2019-2020, mereka dinyatakan lulus tanpa Ujian Nasional dan harus merelakan acara perpisahan sekolah yang batal digelar tanpa kata pamit dan jabat tangan dengan teman dan guru secara langsung.
Pengalaman menarik kembali aku alami diawal tahun pelajaran baru 2020-2021 yaitu ketika Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang dilakukan selama 3 hari secara virtual, kebetulan aku masih diberikan surat tugas mengajar kelas 6 B.
Hari pertama MPLS guru belum mengenal siswa dengan baik. Pepatah mengatakan “Tak kenal, maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta”.
Maka hal pertama yang aku lakukan adalah dengan meminta informasi dari guru kelas sebelumnya yaitu bu Dewi Permatasari.
“Bu Neneng, ini catatan beberapa siswa yang jarang mengerjakan tugas selama PJJ,” ucap Bu Dewi kepadaku.
Aku menerima beberapa informasi tentang siswa yang akan saya ajarkan di tahun ajaran 2020/2021, fase ke dua Covid 19.
Hari kedua kegiatan MPLS secara virtual, siswa diperkenalkan dengan suasana lingkungan sekolah yang sebelumnya telah didokumentasikan oleh operator sekolah kemudian dibagikan oleh masing-masing wali kelas.
Pada hari terakhir kegiatan MPLS siswa diberikan bekal pengetahuan tentang Covid 19 dan bagaimana cara pencegahannya sesuai dengan tingkatan kelas mereka.
Siswa kelas rendah (1, 2 dan 3) diberikan tugas bagaimana melaksanakan 3M yaitu mencuci tangan yang benar, memakai masker dan menjaga jarak serta tetap berada dirumah.
Sedangkan untuk kelas tinggi (4, 5 dan 6), diberikan tugas menuliskan tentang pengertian covid 19 dan cara pencegahannya disertai dengan gambar-gambar yang menarik.
Pengalaman kegiatan MPLS hari terakhir yang aku lakukan khususnya untuk kelas 6B adalah membuat produk hand sanitizer alami yang terbuat dari bahan alami seperti daun sirih dan serai. Hal ini disambut antusias oleh siswa kelas 6B dan di dukung oleh orang tua mereka.
Aku mengirimkan tutorial sederhana melalui sebuah video tentang langkah produk tersebut via whatsapp. Hasilnya pun cukup baik, mereka bisa menghasilkan hand sanitizer yang bisa mereka gunakan sebagai bentuk pencegahan covid 19 secara praktis dan ekonomis. Bahkan mereka bisa membagikan produk mereka kepada teman dan tetangga di sekitar lingkungan rumah mereka.
Setelah kegiatan MPLS, guru dan siswa kembali melaksanakan kegiatan KBM secara daring mulai pukul 7.30 sampai pukul 12.00.
“Selamat pagi anak-anak yang baik, apa kabar semua? Semoga dalam keadaan sehat, isi dengan kata ”hadir” ya! “Setelah itu, baru kalian menyelesaikan tugas yang diberikan.” Tetap semangat dan selalu jaga protokol kesehata.”
Kalimat tersebut berulangkali aku sampaikan setiap harinya untuk menyapa siswa. Satu persatu mereka membalas dengan menulis kata ”hadir” ke HP ku melalui WA, sampai pukul 12.00 WIB.
“Bu guru, kenapa HP saya tidak bisa membuka aplikasi zoom ya ?” tanya Chika siswa kelas 6 kepada saya melalui telephone.
“Bu Neng, mohon maaf anak saya belum bisa kirim video tugas praktek karena jaringannya masih muter-muter terus,” ujar orang tua siswa saat mengkonfirmasi tugas anaknya.
”Bu guru, bisa tidak ya saya ke sekolah saja untuk mengantar tugas?” ucap Fahmi kepada saya via telephone.
Ternyata pembelajaran jarak jauh yang terpaksa dilakukan pada fase kedua bukanlah tanpa kendala. Guru, siswa dan orang tua gagal beradabtasi dengan kegiatan PJJ di fase kedua ini.
Banyak sekali kendala yang terjadi dalam pelaksanaannya. Hal inilah yang mengharuskan aku dan rekan guru memutar otak mencari solusi terhadap permasalah-permasalahan yang di hadapi saat pelaksanaan PPJ.
Kendala yang aku hadapi selama PJJ diantaranya fasilitas yang tidak memadai, tidak semua peserta didik mempunyai ponsel pintar, ada yang punya, tetapi terbentur oleh kuota internet yang pada akhirnya membuat mereka tidak ikut PJJ.
Tidak semua orang tua memperhatikan anak-anaknya untuk belajar dirumah karena faktor kemampuan orang tua dalam memahami pelajaran si anak, ditambah sebagian orang tua sibuk mencari nafkah sehingga anak tidak terperhatikan.
Alhasil banyak anak tidak mengerjakan tugas karena kurangnya pengawasan. Alternatif home visit pun aku lakukan bagi sebagian siswa yang tidak bisa mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh ( PJJ) dikarenakan tidak memiliki smart phone.
Pengalaman menemui peserta didik secara langsung di rumah mereka (home visit), rupanya sangat berdampak luar biasa bagi saya.
Setelah melihat langsung kondisi mereka, membuat hati saya tersentuh.
“Silahkan masuk Miss Neneng, silahkan duduk, maaf ya kondisi rumah kami seperti ini. Kami senang dengan kedatangan Miss ke rumah kami,” kata orang tua yang aku kunjungi.
Aku pun berbincang dengan mereka, mendengarkan keluhan dan masukan mereka terhadap pembelajaran di masa pandemi.
Ternyata banyak dari mereka berasal dari keluarga tidak mampu,namun ada tuntutan harus bisa mengikuti aplikasi pembelajaran yang sulit dijangkau oleh mereka.
Pada kegiatan home visit, aku juga membuat kelompok belajar terbatas yang terdiri dari beberapa siswa yang lokasi mereka berdekatan dengan tetap menjaga protokol kesehatan yang aman, juga materi pembelajaran yang fleksible yang sudah disiapkan dengan matang. Seperti ringkasan materi dan daftar tugas yang harus mereka kerjakan secara offline selama sepekan diberikan setiap hari Senin. Setelah itu mereka menyerahkan tugas tersebut secara kolektif ke sekolah setiap hari Jumat. Hal ini pun saya lakukan bukan tanpa kendala.
Sebagai seorang pendidik, aku harus mencari berbagai solusi dalam mengatasi kendala yang dihadapi, terlebih saat aku dinyatakan terpapar Covid-19 dengan gejala anosmia atau hilangnya indera penciuman.
Kegiatan PJJ tetap aku lakukan walau dalam keadaan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Aku membuat jurnal atau catatan reflektif, menyusun daftar cara atau praktik PJJ yang berhasil aku terapkan di kelas dan daftar cara pembelajaran yang gagal.
Aku juga aktif mengikuti sharing atau berbagi pengalaman pembelajaran di masa pandemi melalui zoom meeting dengan rekan guru dalam kegiatan KKG yang diselenggarakan oleh K3S, kegiatan webinar yang dilakukan melalui group telegram Kemendikbud, serta pelatihan online lainnya yang menghadirkan para narasumber dibidangnya yang membantu memberikan alternatif pembelajaran yang efektif dan efesien bagi peserta didik.
Hal ini bagi aku merupakan bentuk apresiasi disamping mendapatkan solusi pembelajaran, juga mendapatkan beberapa sertifikat yang berguna dalam kenaikan pangkat kedinasan.
Aku menyadari bahwa peserta didik, pendidik dan orang tua sangat rindu dengan kegiatan belajar tatap muka dikelas. Konsekuensi sebuah perubahan yang terjadi dan mengundang pertanyaan besar bagi anak-anak tentang mengapa mereka tidak bisa lagi datang ke sekolah.
Perubahan yang pasti mengundang berbagai respons dari peserta didik terhadap keseharian mereka yang “hilang”. Secara psikologi saya menyadari apa yang siswa rasakan.
Mereka rindu dengan guru dan teman-teman sekolah mereka. Aku selalu memberi penguatan kepada mereka agar mereka tetap semangat dan bersabar menghadapi keadaan ini.
Keberadaan guru bagi siswa di kelas tidak dapat tergantikan karena sangat menentukan keberhasilan mereka dalam belajar.
Secara spikologis, ikatan emosional guru dan siswa tidak bisa digantikan secara virtual. PJJ yang dilakukan hanya merupakan solusi terbaik bagi kita dimasa pandemi Covid-19 saat ini.
“Badai pasti berlalu” sebuah kalimat yang kita yakini saat ini. Harapan kita bahwa musibah pandemi Covid-19 yang mematikan ini membawa hikmah besar bagi aku, kamu para pendidik dan mereka peserta didik dan orangtua.
Semoga masa pamdemi ini lekas berlalu dan menghilang dari muka bumi ini. Kita jangan pernah berhenti berdoa kepada Allah SWT, semoga selalu dalam lindungan-Nya dan kita diberi kekuatan Iman, Islam, kesabaran dan solusi dari setiap musibah dan bencana yang terjadi saat ini. Amin Ya Rabbal’Alamiin. ***
[blockquote align=”none” author=”(Q.S Al-Baqarah: 186).”] Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya (meminta/berdoa) kepadamu tentang Aku, Maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat, Aku akan mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [/blockquote]
BIODATA PENULIS
NENENG KHOIRIAH, M.Pd, anak ke- tiga dari lima bersaudara dari orang tua H.Saárih dan Hj.Syaripah. Lahir di Bogor 15 Mei 1977.
Penulis menempuh pendidikan dimulai dari MI Sirajul Athfal Depok (lulus tahun 1989), melanjutkan ke MTs Al-Hamidiyah Depok (lulus tahun 1992) dan MA Daarul Úluum Bogor (lulus tahun 1996), kemudian melanjutkan D2 PGSD/MI di STAI Laa Raibaa Bogor (lulus 2003), hingga akhirnya bisa menempuh S1 dan S2 Pendidikan Bahasa Inggris di UNINDRA Jakarta (lulus tahun 2010 dan 2013).
Sebagai bentuk linieritas dan totalitas sebagai guru sekolah dasar, penulis menempuh kembali gelar S1 PGSD di STKIP Arrahmaniyah Depok (lulus tahun 2019).
Penulis merupakan seorang ASN yang aktif mengajar di SDN Cipayung yang terletak di Jalan Tole Iskandar KM 02 Kec. Sukmajaya Kota Depok ( tahun 2004 sampai sekarang ).
Tulisan antologi ini dipersembahkan sebagai bentuk pengembangan kompetensi literasi penulis yang merupakan bagian dari anggota PGRI dalam melakukan praktik baik dalam wadah dunia pendidikan dasar di Kota Depok.