Oleh : Sri Widiyanti,S.Pd
Ki Hajar Dewantara, seorang Bapak Pendidikan Nasional, sosok cerdas yang telah memberikan pencerahan dalam bidang pendidikan bagi bangsa Indonesia. Pemikiran-pemikiran beliau begitu sempurna, sehingga dapat diterapkan sampai saat ini, di zaman yang berbeda dengan zaman kolonial dulu.
- Ki Hajar Dewantara memiliki semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo artinya menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan. Ing Madyo Mangun Karso, artinya seseorang di tengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tut Wuri Handayani, seseorang harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang.
- Pendidikan yang menuntun, yaitu Pendidikan memberi tuntunan (menuntun) terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
- Membangun karakter siswa sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman artinya setiap anak sudah membawa sifat atau karakter masing-masing. Jadi guru tidak bisa menghapus sifat dasar tersebut. Yang bisa dilakukan adalah menunjukan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya. Sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya.
- Penerapan budi pekerti. Artinya, tidak hanya keseimbangan antara akhlak dan capaian akademis saja tetapi juga mendahulukan budi atau akhlak dibanding deretan prestasi. Tentu tidak mudah untuk mengawal hal ini. Apalagi kita hidup di zaman keterbukaan, tanpa jarak dan waktu. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentu saja akan lebih memperkaya khazanah pemikiran yang telah ada serta menginspirasi untuk melakukan praktik-praktik baik.
Saya sangat kagum dengan pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara. Sejak saya mengikuti pendidikan Guru Penggerak yang diadakan oleh Kemendikbud, saya banyak belajar tentang filosofis-filosofis Ki Hajar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara tak pernah mematok anak didiknya di kelas kelak akan menjadi apa. Ki Hadjar Dewantara memerdekakan anaknya saat belajar apapun, berdasarkan bakat mereka. Bekal itulah yang harus dibawa anak Indonesia untuk berdaulat atas dirinya sendiri. Belajar merdeka dipercaya pula dalam membawa Indonesia sebagai negara yang maju.
Yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara di antaranya adalah :
- Saya merasakan selama ini murid-murid sangat disibukkan dengan pencapaian angka. Mereka sibuk dengan latihan soal-soal. Saya pun sibuk menggenjot rangking siswa, rangking sekolah. Melupakan esensi pendidikan itu sendiri. Belum lagi dengan deretan administrasi yang harus diselesaikan. Imbasnya, pelayanan kepada murid pun menjadi kurang optimal. Sebagai guru yang mengajar di kelas 6 Sekolah Dasar, Sebelum era pandemi, pada saat pelaksanaan Ujian Nasional/UN, siswa dituntut untuk berlomba-lomba memperoleh nilai terbaik. Murid tidak jarang merasa ketakutan, kurang percaya diri, bahkan stress ketika nilai UNnya lebih kecil dari teman yang lain. Hasil belajar murid ditentukan secara nasional dalam bentuk angka-angka. Pembiasaan akhlak dan kepribadian pun dihargai dengan angka-angka.
- Dalam pembelajaran, saya lebih berorientasi kepada diri saya sebagai guru, bukan berpusat kepada murid, sehingga membuat murid-murid saya menjadi jenuh dan mengantuk pada saat saya menjelaskan materi.
- Saya lebih mementingkan KKM daripada keinginan murid dalam mengeksplorasi gaya belajar mereka. Dikarenakan saya tidak mengenali karakter murid-murid saya dan menyamaratakan kecepatan mereka dalam menerima pelajaran. Dan menyegerakan untuk melakukan remedial, padahal mereka sudah merasa bosan dan lelah dengan upaya-upaya saya dalam memperbaiki nilai-nilai.
Ki Hajar Dewantara telah mengubah cara pandang saya, mengubah pola yang salah dalam mengajar. Setelah saya mempelajari modul ini, saya tergerak untuk melakukan perubahan pemikiran dan perilaku. Saya memperlakukan murid saya dengan baik sesuai dengan kondisi mereka saat ini ( pada zamannya ), mencari tau keinginan mereka dalam pola belajar yang mereka inginkan. Memberikan kebebasan dalam berkreasi, memberikan pendidikan yang tidak sekedar mementingkan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Tidak hanya mengejar deretan angka tetapi juga kedalaman budi. Pendidikan yang tidak berorientasi pada hasil melainkan proses pendidikan itu sendiri.
Melaksanakan sambut siswa di pagi hari menjadi rutinitas kami setiap hari. Memberikan salam sapa dan senyuman membuat siswa merasakan kebahagiaan ketika menginjakkan kakinya di sekolah. Berdoa sebelum belajar, memberikan nasihat-nasihat diselingi dengan lelucon ringan juga menjadi kebiasaan saya sebelum pelajaran dimulai. Menanamkan nilai etika yang baik dan memberikan contoh-contoh konkrit dalam penerapan nilai-nilai etika di kehidupan sehari-hari. Murid-murid saya sangat antusias sekali.
Memilih strategi pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada murid, memilih media pembelajaran yang tidak membosankan dan dapat menstimulus murid dalam menyerap pelajaran. Pada mata pelajaran tertentu saya mengajak murid-murid ke luar kelas dan mengajak mereka untuk lebih dekat dengan sumber belajar yang sesungguhnya, yaitu alam dan masyarakat. Murid diarahkan untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka pada perubahan perilaku terhadap lingkungan sekitar.
Jadi, yang dapat segera saya terapkan lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah mendidik murid saya dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam yang dimaksud adalah potensi diri anugerah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia, kepada setiap anak yang berbeda antara anak yang satu dengan lainnya yang merupakan karakteristik yang unik bagi setiap anak tersebut. Tugas guru untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki seorang anak. Saya memotivasi murid yang memiliki keinginan berprestasi baik prestasi akademik maupun non akademik, juga memotivasi muird yang mengikuti ekskul sesuai dengan bakat dan minat mereka dan memberikan mereka semangat untuk berlatih dan mengikuti kejuaraan-kejuaraan.
Kodrat zaman. Era globalisasi saat ini sangat mempengaruhi kemajuan teknologi yang begitu pesat. Sebagai guru, saya harus dapat memberikan arahan dan bimbingan dalam menyikapi kemajuan teknologi. Mengajarkan muird-murid untuk menyerap mana yang baik pengaruh budaya dari luar. Selain itu, saya berusaha untuk menjadi teman buat murid-murid saya. Menjadi guru milenial pada saat ini menjadi dambaan murid-muird saya ketimbang menjadi guru yang kolonial.
Sekarang saya lebih mencintai anak muird saya dan menerima apa yang menjadi kekurangan mereka. Saya tidak pilih kasih, mana murid yang pandai atau tidak pandai, bagi saya setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing.
Penulis : Sri Widiyanti,S.Pd (SDN Baktijaya 4 Sukmajaya, Kota Depok)