• BERITA UTAMA
    • NASIONAL
    • Internasional
    • KABAR DAERAH
    • METROPOLITAN
  • KABAR SEKOLAH
    • SMA
    • SMK
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • MI/DINIYAH
    • PAUD/TK
  • KABAR KAMPUS
  • KABAR PESANTREN
  • MENULIS
    • Artikel Guru
    • Artikel Dosen/Mahasiswa
    • Opini
  • TIPS EDU
  • EDU INFO
    • Klik Pendidikan
    • Info Pendidikan
    • Info Guru
  • INSPIRASI PENDIDIKAN
    • Inspirasi
  • JEJAK PRESTASI
  • E-PAPER
  • LAINNYA
    • Profil Sekolah
      • SMK
      • SMA
      • MA
      • SMP
      • MTS
      • SD
      • TK/PAUD
      • MI/DINIYAH
    • Ruang Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • ULASAN BUKU
      • BAHAN AJAR
      • BUKU UMUM
    • SAPA WILAYAH
      • Kecamatan Beji
      • Kecamatan Bojongsari
      • Kecamatan Cilodong
      • Kecamatan Cimanggis
      • Kecamatan Cinere
      • Kecamatan Cipayung
      • Kecamatan Limo
      • Kecamatan Pancoran Mas
      • Kecamatan Sawangan
      • Kecamatan Sukmajaya
      • Kecamatan Tapos
    • WAWASAN PUBLIK
      • Parlemen
      • Pemerintahan
      • Peristiwa
      • Politik
      • Sosial
      • Suara Publik
      • Ekonomi & Bisnis
      • Infotaintment
      • Opini
Swara Pendidikan
  • Login
Wednesday, December 31, 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Swara Pendidikan
No Result
View All Result

“PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN” (Sebuah Refleksi)

by SWARA PENDIDIKAN
1 October 2023
in Artikel Guru
0
“PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN” (Sebuah Refleksi)

Eman Sutriadi

Eman Sutriadi

 

Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki

Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi

Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri

BACA JUGA

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Dari Administrasi Menuju Pemimpin Pembelajaran

Guru Gen Z di Tengah Kelas Gen Alpha: Peluang dan Tantangan di Era Digital

Dilema PR dan Ancaman AI

Cybergraduate School sebagai Arah Masa Depan SPs UNY

Jika anak dibesarkan dengan hinaan, Ia belajar menyesali diri

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri

Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, Ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, Ia belajar menaruh kepercayaan

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan,Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan

***

Kata-kata bijak Dorothy ini mengingatkan kita bahwa belajar bukan semata-mata menyerap ilmu pengetahuan tetapi dalam konteks yang lebih luas, pendidikan berupaya untuk memanusiakan manusia.

Menurut saya prinsip pendidikan memanusiakan manusia yang memerdekakan adalah sebuah konsep yang harus dipahami dan diaplikasikan melalui pemikiran yang merdeka dari seorang pendidik yang bebas, dan berdampak positif, bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada peserta didik yang dititipkan untuk mendapat perlakukan sesuai dengan kodrat yang dimilkinya sehingga siswa mendapatkan kebahagiaan. Patut dipahami pula ketika siswa gagal mendapat kebahagiaan di sekolah maka di masa depan peserta didik bisa saja itu terjadi karena imbas dari keegoisan kita merebut hak “bahagia” nya mereka serta tidak menghargai kehendak dan keinginan mereka selama kita bersamanya di sekolah.

Setelah saya mempelajari referensi tentang pendidikan yang memerdekakan, saya menyadari bahwa selama ini guru belum melakukan sesuai dengan prinsip pendidkan yang memerdekakan. Maka saya mendorong dan merasa perlu agar guru dalam praktik pembelajaran dapat menerapkan praktik pembelajaran yang memantik guru untuk selalu berefleksi, agar selalu muncul ide untuk perbaikan jika ada kegagalan dari proses pembelajaran. Ada perlunya guru senantiasa belajar dan mempelajari prilaku peserta didik , dan belajar menjadi sahabat peserta didik. Ketika guru menjadi sosok yang membanggakan peserta didik, dapat dipastikan mereka akan menghargai apa yang guru berikan. Kehadiran sebagai guru bukan mengejar target kurikulum dan mengumpulkan nilai yang menjadi tujuan tetapi praktik pembelajaran yang membahagiakan meskipun masih harus terbelenggu oleh materi yang sudah ditentukan kurikulum, serta administrasi guru dengan alasan demi kebersamaan.

Saya melihat ada sebuah perubahan, dengan adanya kebijakan Program Guru Penggerak dan Impelementasi Kurikulum Merdeka. Saya sangat optimis bahwa guru masa kini pasti memilki spirit dan gebrakan untuk menumbuhkembangkan dan menghasilakan generasi bangsa yang bijaksana dan bertanggungjawab. Dengan mendapatkan pengalaman dari praktik baik teman-teman Pengajar Praktik Guru Penggerak, Praktik baik dari instruktur dan fasilitator dalam kegiatan pembekalan Pengajar Praktik  dapat membawa para guru sebagai influenzer bagi pembelajar di sekolah agar dapat memahami prinsip belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimilki peserta didik. Contoh praktik prinsip pembelajaran yang memerdekan yang perlu di tumbuhkembangkan di zaman sekarang, misalnya dengan pendekatan pembelajaran berbasis Proyek, Eksploratif, Berdefrensiasi, yang mengajak peserta didik belajar secera merdeka untuk menghasilkan karya/produk.

Pelibatan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan cara memberikan peran dan tanggung jawab merupakan praktik pembelajaran yang dapat menguatkan dan menumbuhkan karakter peserta didik selaras dengan profil Pelajar Pancasila. Contohnya pembuatan kelompok kecil di kelas dengan mengganti peran setiap hari pada masing-masing anggotanya. Hal ini dapat melatih kepemimpinan peserta didik serta memotivasi peserta didik dalam pembelajaran karena mereka diberi peran dan kepercayaan.

Oleh karena itu praktik prinsip pendidikan yang memerdekakan dapat dikembangkan untuk bisa menumbuhkan-kembangkan pendidikan tentunya mampu mengidentifikasi karakter peserta didik kemudian memetakan segala daya upaya untuk menciptakan kelas yang aman dan nyaman. Sehingga anak mampu mengembangkan segala kreatifitasnya. Selain itu mampu mendorong dalam peningkatan prestasi akademik peserta didik, mengajar dengan kreatif, mengembangkan diri secara aktif, dan mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik.

Guru dan orang tua perlu berkolaborasi dengan sekuat daya menuntun rohani, membangun mental, dan menjelaskan arah yang terbaik dalam berpikir, menyediakan/memfasilitasi tumbuhkembangnya peserta didik. Peserta didik harus bebas dari segala bentuk tuntutan/intervensi kekerasan verbal maupun non verbal. Peserta didik diajarkan sesuai dengan kodrat bawaannya sejak berada di dalam kandungan dan kodrat zaman di mana mereka akan berperan. Untuk mewujudkannya, murid berada dalam suasana nyaman maka perlu sebuah pendekatan Merdeka Belajar sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hajar Dewantara mengajarkan kita pada tiga prinsip perubahan yang patut diajarkan yaitu (1) kodrat alam dan zaman, kita berada di alam Indonesia dengan daerah dan alam yang beragam tentu berbeda dengan negara lain yang berbeda pula alamnya, begitu juga dengan zaman pada masa penjajahan dulu akan berbeda dengan saat ini. Tantangan yang dihadapi berbeda pada setiap zaman, sehingga memerlukan perubahan dalam setiap masanya, (2) prinsip perubahan meliputi asas trikon (kontinuitas, konvergen dan Konsentris, (3) keseimbangan antara budi dan pekerti, Budi yang terdiri dari cipta, rasa, karsa sedangkan pekerti adalah raga.

Merdeka belajar adalah sebuah proses dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang memerdekakan. Kebutuhan peserta didik benar-benar diperhatikan secara baik di dalam kehidupan keluarga maupun dalam konteks pendidikan di sekolah. Peran orang tua dan keluarga di rumah merupakan peran primer dalam mendidik anak-anaknya, dan juga peran guru di sekolah sangat penting dalam memfasilitasi terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran yang memerdekakan peserta didik. Saya sangat meyakini penerapan prinsip pembelajaran memerdekakan dapat menghantarkan peserta didik menjadi generasi yang bebas dari tekanan dan tuntutan. Prinsip pendidikan yang memerdekakan sesuai dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara.

Oleh karena itu semoga dengan membangun pikiran positif agar saya dan kita semua dapat mewujudkan pendidikan yang memerdekakan yang dapat menampilkan Profil Pelajar Pancasila yang akan hidup pada zamannya, dimana zaman tersebut berbeda dengan zaman yang kita jalani sekarang. Proses pendidikan, apa pun bentuknya, bila hasil penanaman nilai berhasil baik, harus didasari dengan ketulusan dan kasih. Ketulusan dan kasih menjadi landasan utama dalam mendidik dan barangkali kata-kata Dorothy di atas menjadi kata kunci proses pendampingan bagi anak-anak didik kita.


Eman Sutriadi

Praktisi Pendidikan/Pembina MP3I

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

BeritaTerkait

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Dari Administrasi Menuju Pemimpin Pembelajaran
Artikel Guru

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Dari Administrasi Menuju Pemimpin Pembelajaran

by SWARA PENDIDIKAN
8 December 2025
0
0

Penulis: Arif Suryadi,MPd Ketua K3S Kecamatan Sukmajaya 

Read more
Guru Gen Z di Tengah Kelas Gen Alpha: Peluang dan Tantangan di Era Digital

Guru Gen Z di Tengah Kelas Gen Alpha: Peluang dan Tantangan di Era Digital

6 November 2025
0
Dilema PR dan Ancaman AI

Dilema PR dan Ancaman AI

1 November 2025
0

Cybergraduate School sebagai Arah Masa Depan SPs UNY

27 October 2025
0

Student of The Month, Rahasia Kepala Sekolah Membangun Karakter Hebat

12 October 2025
0

SDN Sirnagalih Jatinangor: Kisah Inspiratif Harmoni Kepemimpinan, Literasi, dan Prestasi

12 October 2025
0
Next Post
Lembaga Pendidikan Kesuma Bangsa Gelar Pawai dan Pentas Seni Tradisional

Lembaga Pendidikan Kesuma Bangsa Gelar Pawai dan Pentas Seni Tradisional

https://datapers.dewanpers.or.id/media/certificate

2025 © swarapendidikan.co.id

TENTANG KAMI

  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In