
Swara Pendidkan.co.id (DEPOK) – Jabatannya sebagai kepala sekolah tidak membuat Hj. Tukinem menjaga jarak dengan para siswa maupun guru-guru di SDN Sukmajaya 1. Pendekatan intensif justru menjadi caranya untuk mengetahui karakteristik siswa.
Pendekatan yang dilakukan Hj. Tukinem tidak hanya ke siswa tapi ke guru dan wali siswa. Dia berusaha menempatkan diri sebagai ibu dari siswa.
Pendekatan itu juga ditanamkan Hj. Tukinem kepada semua guru. Terutama, guru yang diberi tugas tambahan sebagai wali kelas. Buahnya, setiap wali kelas juga mempunyai kedekatan istimewa dengan siswanya.
“Prestasi tidak harus identik dengan piala dan penghargaan, tapi dengan rewards. Mengelus kepalanya dan mencium keningnya, anak/siswa akan teringat seumur hidupnya,” tutur Hj. Tukinem yang ditemui SP diruang kantornya yang juga digunakan sebagai ruang perpustakaan.
Wanita berjilbab yang akrab disapa Bude ini melanjutkan ceritanya. Awal bertugas di SDN Sukmajaya 1, saya cukup kaget. Para siswa cuek, dengan guru dan kepala sekolah. Kami dekati anak-anak dengan cara persuasif, Alhamdulillah beberapa bulan kemudian, dengan seringnya kami para guru memberikan contoh saling menghagai dan menghormati baik kepada guru, orang tua maupun kepada sesama teman. Alhamdulillah semua berubah total.
“Sekarang perubahannya sangat terasa sekali. Ketika guru-guru atau saya baru sampai di pintu gerbang, anak-anak langsung berebut cium tangan, ini adalah suatu prestasi dalam pendidikan karakter,” ujar bude.

Bila pendidikan karakter tak melekat pada generasi zaman ‘Now’, kata Bude, kita khawatir kelak jika daya hormat dan kesantunan generasi muda lenyap kepada Guru mereka. Harapan kita, kecerdasan otak kiri siswa seimbang dengan kecerdasan otak kanannya. Kita tak mau bila suatu saat, bangsa yang kita cintai ini melahirkan generasi super cerdas, tapi sayang majal atau tumpul di hati nurani. Dan dengan santun dan hormat kepada guru, di sana kita berharap mendapat karomah dan kemuliaan serta berkah ilmu dari-Nya. papar Bude yang berpantang membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa pikiran, tanpa karya dan tanpa kerja yang bermanfaat.
Bude juga kerap mengajak siswanya untuk gemar menanam dan merawat tanamam. Misalnya jambu Air medan, dari Jogjakarta, pohon jambu, jeruk gulung/bali, salaam Dan toga. “Alhamdulillah anak-anak bisa merawatnya dengan baik dan tidak rusak.”
Bude yang sebentar lagi akan memasuki masa purna tugas berharap, tanaman yang ada disekolah ini bisa terus terawat dan terjaga dengan baik. Sebagai warisan dan kenangan juga tuk mengingatkan bahwa di sekolah tersebut pernah saya singgah.
Itulah harapan saya, semoga kelak anak-anak cinta lingkungan dan tanah Air. Ungkap Hj. Tukinem yang dilingkungan tinggalnya juga dipercaya warga menjabat Ketua RT 04/16 Kel. Mekarjaya untuk ke 7 kalinya. (gus)
