Inilah Kesaksian Endang Wahyudi,25 Orang Warga Depok Selamat Dari Stunami di Pantai Carita

by Redaksi
0 Komentar 423 Pembaca

Endang Wahyudi bersama Ibunda tercintanya yang sempat dirawat dirumah sakit

Swara Pendidikan.co.id – (Depok)

Kisah 25 orang warga Depok yang masih satu keluarga yang selamat dari bencana terjangan stunami diwilayah pesisir Pantai Carita Sabtu malam (22/12/2018) dituturkan Endang Wahyudi sebagai anak tertua dari keluarga yang selamat tersebut.

“Kita datang kepantai bukan sekedar liburan melainkan moment hari ibu sekaligus syukuran atas kesembuhan ibu dari penyakit stroke yang sempat lumpuh namun bisa sembuh total..

Selain itu dirinya juga menjelaskan dari 25 orang sekeluarga terdiri 6 keluarga beserta anak – anak mendoakan keselamatan ibunya,itu ditahun 2019 yang telah mendaftar sejak tahun 2011.

Endang juga tidak menyangka kalau akan merasakan tsunami langsung. Walaupun informasi dari seputar pemilik hotel dan warga sekitar erupsi sudah terjadi sejak bulan November  dan sesekali diiringi suara dentuman terdengar jelas  akibat erupsi namun tidak ada gejala akan tsunami.

“Siapa yang menyangka kalau tsunami terjadi diakibatkan erupsi anak Krakatau padahal gejalanya terjadi sebulan lebih, dan warga sekitar tetap beratifitas seperti biasa, tentunya ini pelajaran bagi kita semua,”tutur Endang Wahyudi membuka percakapannya saat ditemui Wartawan Swara Pendidikan disekolah yang dipimpinnya SDN Curug Dua beberapa waktu lalu.

Lokasi Dipinggir Pantai

Tempat menginap dipinggir pantai dan tidak jauh dari dermaga jarak kurang lebih 100 meter dari penginapan. Tampak jelas pemandangan anak Krakatau yang sedang menggeliat erupsinya namun tidak membuat surut wisatawan domestik untuk menikmati pemandangan alam yang pancaran lahar anak krakatau penuh pesona. Yang lebih mengasikkan sepanjang dermaga jadi arena tempat mancing puluhan orang dengan jumlah ikan yang banyak dan mudah dipancing  kail. Serta sepanjang pinggiran pantai banyak orang menikmati melihat letupan erupsi sekaligus terdengar jelas suara dentuman akibat erupsi anak Krakatau.

3 Kali Diterjang Ombak

Selepas Isya keluarga kumpul untuk mendoakan ibunda tercinta dan sungkem untuk meminta maaf.  “Kejadiannya begitu cepat, malam saat kita kumpul sekitar jam 10 kurang ketika lagi sungkem datang mendadak terjangan ombak pertama tiba – tiba menghantam rumah dan langsung menghancurkan pintu rumah, disusul ombak kedua sempat menggulung adiknya yang sedang hamil lalu menyeret hingga keluar rumah namun terdorong kembali masuk kedalam rumah saat ombak ketiga menerjang.

Gulungan ombak susul menyusul menerjang dalam waktu hanya beberapa menit, dan air memenuhi rumah tersebut. Sebagai anak tertua sekaligus pimpinan rombongan dirinya berteriak untuk mengingatkan pegangan jangan sampai terseret arus. Seisi rumah tergulung ombak dan terjebak didalam rumah tersebut bahkan yang sempat menghindar  kedalam kamar mandi juga tergulung.

“Kita merasakan hantaman air begitu kuat, ada yang terbentur tembok, dan barang perabotan rumah, sampai berkali – kali minum air laut, karena ombak masuk dari depan dan dari atas rumah,”tutur Endang.

Subhanallah, Semua Keluarga Selamat

Usai terjangan ombak ketiga dalam keadaan panik semua keluarga cepat berkumpul untuk menanyakan kondisi masing – masing. Balita yang sedang tidur ditemukan dibawah tempat tidur dalam keadaan yang mengkhawatirkan.“Alhamdulillah keponakan yang masih balita yang sempat tidur lalu terbangun namun sempat tergulung ombak dan posisinya dibawah  tempat tidur digenangi air, lalu kita tarik kakinya keatas, kepala dibawah kemudian muntah – muntah,”lega Endang.

Ia melanjutkan, dalam keadaan sebagian anggota keluarganya luka – luka akibat benturan dan terkena pecahan barang perabotan maupun kaca,  namun dirinya berusaha mengevakuasi semua keluarganya untuk keluar dari lokasi pantai. ”Posisi air masih setinggi badan kita berusaha keluar rumah mencari dataran yang lebih tinggi, tempat yang kita tuju pertama kali hotel mutiara carita yang lokasinya agak lebih tinggi datarannya dan bertahan sampai pukul 2 dinihari dilantai dua hotel tersebut.

Evakuasi Keluarga

Tim evakuasi dari BNPB tiba kira-kira pukul 2 dinihari lalu sebagian korban yang luka sempat dibawa kerumah sakit terdekat namun menolak untuk didaftarkan sebagai korban stumani dengan alasan akan lebih lama lagi untuk pulang kerumah.

“Saya tetap bertahan dihotel bersama keluarga dan adik laki – laki untuk mencari barang yang bisa diselamatkan dan melihat kendaraan mobil bagaimana kondisinya,”Ingat Endang.

Dirinya juga sempat menolak untuk dibawa oleh tim evakuasi ketempat yang lebih tinggi diatas perbukitan dikarenakan dilokasi tersebut belum tersedia tenda sedangkan kondisi cuaca dalam keadaan hujan.

Pemandangan Memilukan

Jelang pagi hari dirinya kembali kelokasi penginapan namun yang terlihat sepanjang pinggir pantai kondisi semrawut banyak jalan rusak dan tertutup sampah  dan dermaga hancur  selain itu korban luka – luka juga ada dan yang tewas bergelimpangan sebagian sudah dalam kantong jenazah dan pihak BNPB serta relawan masih sibuk mengangkat korban tewas menjauhi bibir pantai.

“Saya tidak tahu persis jumlahnya yang tewas saat itu, karena tidak sanggup untuk melihat terlalu lama, dan sempat terdengar sayup –sayup tim evakuasi berteriak kantong mayat habis.”

Lanjutnya,“seingat saya yang didermaga orang yang lagi mancing saja, kira – kira lima puluh orang kurang lebih , ditambah sepanjang pantai banyak orang yang berkumpul, belum lagi yang di rumah penginapan keluarga yang lokasinya dekat dengan pantai sebagian terseret ombak sebagian lain terlempar kembali kepantai ada yang tewas dan luka -luka, saya tidak kuat meklihatnya perasaan campur aduk antara sedih dan takut,”ingatnya haru.

Barang Bawaan Ludes

Setiba dilokasi rumah penginapan yang telah hancur bersama isi perabotan rumah. Dan tak ada satupun barang yang tersisa termasuk surat STNK, SIM, KTP yang sempat disimpan ditas masing- masing hilang semua.

Dan 4 mobil yang ditumpangi keluarganya yang diparkir dibelakang rumah dalam keaadan ringsek, dan salah satunya berada diatas pohon. Siang hari mobil diturunkan pihak relawan lalu diderek untuk dibawa kebengkel.

Usai mencari barang bawaan yang ternyata ludes Endangpun kembali ke Depok.Semua keluarganya sampai dikota Depok jelang Minggu sore hari, dan yang luka – luka dilanjutkan dirawat dirumah sakit terdekat. “Kita pulang hanya bawa badan saja, setelah itu beberapa hari kemudian kita urus surat –surat seperti KTP ,SIM,STNK,”demikian kenang Endang.

Trauma Mendalam

Lebih jauh Endang mengatakan perkembangan psikis  orang tuanya dan anak – anaknya serta keponakannya dalam keadaan masih trauma terutama setiap tidur mengalami keaadaan mengigau, sesekali berteriak.

Bahkan terkadang anak – anaknya melihat air hujan dan mendengar suara gledek menjadi takut. Hal yang sama dialami ibunya yang hampir tiap malam mengigau ketakutan sesekali menangis dan sempat di malam tahun baru berkumpul dirumah ibunya, dikarenakan ibunya menangis ketakutan saat mendengar suara petasan.

Dirinya meyakini bahwa peristiwa yang dialami keluarganya menjadi pelajaran yang sangat berharga. “Takdir kita masih hidup dan hanya 4 orang yang terluka parah tentunya merupakan pelajaran penting, bahwa kita tetap memohon perlindungan kepada Allah selain itu menyadarkan kita semua untuk tetap peduli terhadap nasib banyak orang yang mendapatkan musibah bencana alam. Dan dipastikan korban yang masih hidup sangat membutuhkan pertolongan uluran tangan,” demikian katanya penuh harap. (rul)

salah satu adiknya yang terluka parah kakinya yang sempat dirawat dirumah sakit

 

Baca juga