Oleh : Eni Yuhaeni, S.Pd *
Setiap tanggal 21 April bangsa Indonesia memperingati hari Kartini. Perayaan hari Kartini di sekolah-sekolah khususnya SD dilaksanakan dengan aneka kegiatan yang cukup meriah seperti lomba membuat tumpeng, lomba membaca puisi tentang RA Kartini, lomba menggambar dan mewarnai, lomba memakai pakaian adat hingga pelaksanaan karnaval.
Kegiatan seperti ini sudah dilakukan turun temurun seperti yang pernah penulis alami dulu sewaktu sekolah, baik ketika di SD maupun SMP.
Orang tua murid sangat antusias dalam merayakan Hari Kartini. Tempat penyewaan pakaian adat menjadi panen, laris manis. Orang tua juga mendandani anaknya, tidak jarang orang tua menyewa jasa salon sampai rela antri berjam-jam.
Namun, dua tahun terakhir peringatan hari Kartini tidak dapat dilaksanakan seperti tahun- tahun sebelumnya, karena sekolah melaksanakan pembelajaran secara PJJ akibat pandemi Covid 19. Begitu juga di tahun ini sekolah belum lama melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) dengan protokol kesehatan yang ketat, dalam suasana bulan Ramadhan dan kegiatan pesantren kilat sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan perayaan hari Kartini secara meriah .
Peringatan Hari Kartini bukan sekedar mengenang jasa dan perjuangan Raden Ajeng Kartini yang terkenal dengan gerakan emansipasi, ada sisi lain yang bisa kita jadikan momentum pembelajaran yaitu belajar berani menulis.
Raden Ajeng Kartini adalah sosok yang rajin menuliskan kisah hidupnya dalam lembaran-lembaran surat. Tulisan RA Kartini dalam lembaran surat tersebut mengungkapkan isi hati dan kegalauan tentang nasib perempuan-perempuan Indonesia kepada sahabatnya.
Lembaran surat-surat yang ditulis RA Kartini berisi gagasan-gagasan atau pemikiran cemerlang tentang keinginannya untuk memperjuangkan perempuan pribumi. Lembaran-lembaran surat RA Kartini dikumpulkan oleh sahabatnya dan diterbitkan menjadi sebuah buku, yang kita kenal dengan buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Bangsa Indonesia selalu mengenang ide dan gagasan pemikiran RA Kartini dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, yang merupakan bukti dari perjuangannya. Walaupun jasad terkubur tanah bertahun-tahun, tetapi tulisan-tulisan RA Kartini yang tersimpan dalam buku, menjadi saksi keabadian namanya di hati bangsa Indonesia. Bahkan sering kita dengar dalam lirik lagu RA Kartini yang berbunyi “Raden Ajeng Kartini putri sejati putri Indonesia harum namanya.”
Mengapa kita perlu belajar dari RA. Kartini? Sederhana saja, Betapa membaca dan menulis adalah sesuatu yang sangat penting untuk terus dilakukan oleh manusia yang hidup. Sebab menulis pada dasarnya adalah aktivitas manusia yang sudah ada sejak jaman dahulu. Baik dalam bentuk kata-kata ataupun gambar yang ditulis pada media batu yang kita sebut prasasti, daun, kulit binatang, pelepah kurma sampai akhirnya ditemukanlah kertas.
Semakin maju perkembangan jaman, semakin banyak tempat yang dapat dijadikan media untuk menulis baik media kertas maupun elektronik.
Kita perhatikan anak kecil yang mulai belajar menulis, rajin mencorat coret dinding, pintu, walaupun sudah disediakan tempat untuk menulis tetap lebih menyukai bidang yang luas. Tidak heran jika rumah dipenuhi dengan coretan. Menulis bagi seorang guru adalah aktivitas sehari-hari yang tidak terlepas dari proses belajar dan mengajar. Banyak ide atau gagasan yang cemerlang dari guru dalam dunia pendidikan, namun jika tidak dituliskan maka hanya akan menjadi mutiara yang terpendam, tidak bisa bertahan lama dan hilang, terlindas pergerakan waktu.
Ide atau gagasan tersebut akhirnya terbuang dan tidak bermanfaat, sangat disayangkan. Namun bila sebuah ide atau gagasan yang cemerlang ditulis dan dibukukan menjadi sebuah karya, maka akan bermanfaat dan siap mewarnai dunia pendidikan. Hal ini sejalan dengan Gerakan Literasi di Sekolah
Dalam proses belajar, menulis adalah hal yang wajar jika perasaan takut salah, malu, takut ditolak penerbit, memulai darimana, tulisan masih memiliki banyak kesalahan dan kekurang sempurnaan, dan lain-lain. Berani untuk mencoba dan belajar, masih belajar dan terus belajar, selalu berusaha walaupun masih banyak kekurangan. Namun melalui masukan atau saran dari pihak lain, tulisan dapat diperbaiki, direvisi, dimutahirkan.
Bayangkan apabila ide yang ditulis itu dicetak dan diperbanyak, baik berupa e-book ataupun buku cetak maka ide yang dikandung pada buku tersebut dapat bermanfaat bagi orang lain, termasuk juga dalam proses pembelajaran dapat memotivasi peserta didik.
Secara pribadi guru pun akan mendapat manfaat. Yaitu menambah wawasan, menambah angka kredit kenaikan pangkat contohnya publikasi karya ilmiah.
Apabila buku didaftaran hak kekayaan intelektual (HAKI) nya maka guru pun akan mendapatkan royalti. Manfaat lain dari menulis buku yaitu keabadian karya, meskipun sang penulis telah tiada namun ide dan gagasan cemerlang yang tersimpan dalam buku akan tetap dibaca oleh orang lain. Karya tulisan dalam sebuah buku akan tetap abadi, karena menulis adalah keabadian.
Salam sehat dan semangat untuk rekan seperjuangan, saling memotivasi dalam kebaikan, mohon maaf lahir dan bathin . Semoga kita selalu berada dalam Lindungan Allah SWT. Aamiin. **
*Penulis: Eni Yuhaeni, S.Pd (UPTD SDN PONDOKCINA 3, DEPOK)