Swara Pendidikan (Jepara) – RSUD RA Kartini Jepara terus memperkuat inovasi dan efisiensi dalam penyelenggaraan layanan kesehatan. Langkah ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan mutu pelayanan sekaligus memberi contoh praktik manajemen publik yang edukatif dan berorientasi pada pembelajaran.
Direktur RSUD RA Kartini Jepara, dr. Tri Iriantiwi, menjelaskan bahwa seluruh unit kini didorong memiliki jiwa kewirausahaan agar rumah sakit mampu mengembangkan layanan non-BPJS dan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki.
Salah satu strategi yang dinilai efektif adalah efisiensi anggaran melalui optimalisasi Instalasi Gizi. Seluruh kebutuhan konsumsi rapat kini diproduksi secara internal sehingga mampu menghemat hampir separuh dari pengeluaran tahunan.
“Kita ingin membangun budaya efisiensi dari hal yang sederhana, namun berdampak besar,” ujar dr. Tri. Kepada Swara Pendidikan, diruang kerjanya/
Untuk mendukung langkah tersebut, RSUD RA Kartini juga menyiapkan rekrutmen tenaga gizi dengan kemampuan chef guna meningkatkan kualitas produk makanan yang dapat dijual kepada pegawai maupun keluarga pasien. Dengan jumlah karyawan lebih dari 1.000 orang, potensi ekonomi internal rumah sakit dinilai cukup besar.

Selain itu, Instalasi Diklat yang telah bersertifikat A dari Kementerian Kesehatan kini aktif menjadi pusat pelatihan pengelola SPP-G (makanan bergizi gratis). Program ini tidak hanya menambah pendapatan rumah sakit, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya standar penyediaan makanan sehat.
“Pelatihan ini menjadi ruang pembelajaran masyarakat. Kami ingin RSUD RA Kartini tidak hanya memberi layanan kesehatan, tapi juga menjadi pusat edukasi,” jelasnya.
Sebagai bagian dari peningkatan mutu layanan, RSUD RA Kartini sedang membangun gedung lima lantai yang ditargetkan dua lantai dapat beroperasi pada tahun depan. Layanan rawat jalan akan dipindah ke area yang lebih luas, sementara ruang rawat inap kelas 3 ditambah untuk mengurangi rujukan yang tidak perlu.
Rumah sakit juga akan membuka layanan urologi, menambah dokter bedah saraf, serta mengoperasionalkan ruang rawat inap VIP untuk meningkatkan pendapatan non-BPJS.
Klinik sore yang telah berjalan tiga hingga empat bulan pun menunjukkan tren positif dengan peningkatan kunjungan sebesar 8 persen.
Meski fokus pada efisiensi, dr. Tri menegaskan bahwa standar pelayanan tidak akan dikurangi.
“Efisiensi kami lakukan pada aspek administrasi, bukan pada pelayanan. Pasien tetap menjadi prioritas,” tegasnya.
Sebagai penutup, ia menambahkan bahwa RSUD RA Kartini tengah mengajukan akreditasi model baru dan mulai menerapkan konsep Hospital Green sebagai bentuk komitmen terhadap pelayanan yang lebih ramah lingkungan dan edukatif.**




