Swara Pendidikan (Pinrang) — Suasana penuh semangat mewarnai pelaksanaan Temu Pendidik Nusantara (TPN) XII yang digelar di Kabupaten Pinrang. Mengusung tema “Iklim Pendidikan & Pendidikan Iklim”, forum tahunan ini menjadi momentum perubahan cara pandang pendidikan: dari ruang kelas menuju tindakan nyata menjaga keberlanjutan bumi.
Pembukaan acara berlangsung khidmat dan meriah, diawali tarian Padduppa, dilanjutkan kumandang lagu Indonesia Raya, Mars KGBN, dan Mars PGRI—menegaskan semangat gotong royong dan nasionalisme dalam membangun peradaban melalui pendidikan.
Ketua Panitia, Fajriani Yasmin, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak—pemerintah daerah, pendidik, organisasi profesi, media cetak dan daring—yang telah berkontribusi dalam menyukseskan TPN XII.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Wilayah VIII (Pinrang, Pare-pare, Barru), Baharuddin Iskandar, S.Pd., M.Pd., menegaskan bahwa peningkatan prestasi siswa SMA/SMK Pinrang dalam jalur SNBP dan seleksi berbasis tes merupakan cerminan iklim pendidikan yang kondusif. Ia juga menegaskan pentingnya menciptakan sekolah yang bersih, sehat, dan nyaman sebagai bentuk nyata pendidikan iklim.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pinrang, A. Matjtja, S.Sos., menyatakan bahwa TPN merupakan bentuk kolaborasi nyata dalam membangun pendidikan reflektif, restoratif, dan kolaboratif. Ia menegaskan komitmen berkelanjutan untuk mendukung TPN berikutnya.
“Guru-guru yang hadir tidak hanya belajar, tetapi juga berbagi dan memperkaya praktik pendidikan. TPN adalah wadah bagi guru untuk memperkuat kompetensinya dalam menghadapi tantangan global,” ujar Matjtja.
Mewakili Bupati Pinrang, Sekretaris Daerah A. Callo Kerrang, S.P., M.Si., secara resmi membuka acara. Ia mengapresiasi TPN sebagai ajang edukatif terbesar di Pinrang, sekaligus momentum bagi peningkatan kualitas pendidik.
“Kami bangga banyak lulusan sekolah Pinrang yang diterima di perguruan tinggi ternama. Ini tak lepas dari dedikasi guru,” ujarnya.
Setelah resmi dibuka, TPN XII dilanjutkan dengan sesi berbagi praktik baik, lokakarya, diskusi panel, hingga ruang refleksi antarguru dari seluruh Indonesia.

Tandur Gaspol dan Urban Farming: Dari Sekolah Hijau Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Salah satu sesi paling menginspirasi adalah kelas berbagi yang disampaikan oleh Isrul, S.Pd., M.Pd. dari SMPN 1 Mattirobulu. Ia memaparkan dua gerakan utama: Tandur Gaspol dan Urban Farming, sebagai praktik konkret pendidikan iklim berbasis aksi nyata di sekolah.
Tandur Gaspol menggerakkan guru dan siswa untuk menanam sayur-mayur dengan penuh semangat, sebagai bentuk penanaman nilai karakter, keberlanjutan, dan cinta lingkungan.
Sementara Urban Farming menjadi jawaban atas keterbatasan lahan sekolah di wilayah perkotaan. Dengan kreativitas dan teknologi, ruang-ruang kecil di sekolah dapat disulap menjadi lahan produktif hijau.
Isrul menjelaskan, program ini bermula dari kondisi sekolahnya yang rawan banjir dan berada di tepi jalan poros provinsi yang menyumbang emisi karbon. Ia memulai komunikasi dengan guru dan orang tua, lalu berinisiatif menanam 100 pohon jeruk lokal dan 1.000 tanaman cabai dan tomat dalam sistem tanam polybag.
“Kini lingkungan sekolah tertata rapi dan hasil tanaman bisa dijual ke pasar terdekat. Ini bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil,” ungkap Isrul.
Salah satu peserta, Salmawaty, S.Sy. dari SMPN 9 Lembang, menyatakan antusiasmenya. Menurutnya, Tandur Gaspol dan Urban Farming sangat relevan diterapkan di sekolahnya yang juga rawan banjir dan memiliki lahan kosong.
“Praktik ini tidak hanya menumbuhkan kepedulian lingkungan, tapi juga karakter peserta didik untuk mencintai alam,” ujarnya.
TPN yang kini telah mendapat pengakuan dunia melalui nominasi dalam UNESCO-Hamdan Prize for Teacher Development 2024, menjadi bukti bahwa perubahan pendidikan bisa dimulai dari akar rumput, oleh guru, untuk murid, dan demi masa depan.
TPN XII Kabupaten Pinrang bukan sekadar pertemuan pendidik, tetapi gerakan perubahan yang menjadikan sekolah sebagai ruang hidup yang lestari, reflektif, dan transformatif menuju Indonesia Emas 2045.
Editor: Supri




