![](https://swarapendidikan.co.id/wp-content/uploads/2025/02/puisi.jpg)
Roti dan Anak Petani
Terigu, telur dan mentega
Berpadu dalam wadah
Menyatu,mengembang dan matang
Kecoklatan,aroma semerbak
Membuat hidung kembang kempis
Lambungpun terasa teriris
Selapis demi selapis, lambungpun terisi
Lengkapi nutrisi demi energi
Menyala kreatifitas tak terbatas
Aktivitas jiwa dan raga, Memenuhi jagad buana
Antara dulu dan kini, Praktis dan bergizi
Namun tidak semua, Masih ada yang tak berpaling
Cinta dan sudah terlanjur cinta
Sekenyang apapun, Tetap belum makan
Jika sebutir nasi belum menghampiri.
Terpatri dalam alam bawah sadar
Makan adalah nasi, Nasi adalah makan
Betul kata nenek, Agraris itu sebutannya
Betul kata pejuang, Padi dan kapas itu lambangnya
Betul kata komponis, tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Lumbung – lumbung padi, menunggu tuk diisi
Oleh tangan- tangan yang mengerti
Dalam bakti ibu Pertiwi, berjalan dan menapaki
Masihkah kita ragu ?
Seragu generasi muda yang takut sinar sang surya
Itu alasan klasik, tak usah diusik
Karena sesungguhnya, Dewi Sri menangis
Merana dan hampir putus asa
Menerima kenyataan, tak ada lagi pengawal
Tak ada lagi pemuji, yang menanti kehadirannya
Dekat dengannya, dianggap kotor, dan hina
Terpingggirkan dan terseok ,dipandang sebelah mata
Tak bersepatu dan tak berdasi adalah kuno
Wahai putra dan putri, Dewi Sri memanggilmu
Perpesan padamu, bahwa Semua bisa berlimpah
Buka mata , hati dan jiwamu
Bumi subur menanti, Air mengalir mendatangi
Lumpur siap ditanami, sang surya menyinari
Mengapa kalian ragu?
Padahal kalian butuh, Munafik itu namanya
Katanya untuk beli beras.
Mengapa beli? Kita punya formulanya
Yuk kita berganti ,dari jijik ke cinta mati
Terbitkan era baru,yang membahana
Menggema dalam genggaman tangan
Memancar sepanjang Zaman
Berkat tangan lembut beraksi
Berkat kaki berotot menapaki
Bulir padi padat berisi
Menguning bagai lempengan emas
Semua tersenyum lepas, tanpa batas
Beri perhatian dan penghargaan.
Bukan bintang atau piala.
Bukan piagam atau sertifikat
Cukup ucapkan terima kasih
Agar tekad tertancap kuat
Mengharap Ridha Illahi
Petani yang terpinggirkan
Terseok,tergilas zaman
Wahai anak muda, Negeri sendiri lebih indah
Mengapa kamu menghijaukan belahan bumi lain
Mengapa?
Apa karena upah yang menjanjikan ?
Yen, Yuan ataupun Dolar? sehingga suhu minuspun kau jelajahi.
Apakah karena malu? sehingga rasa cinta kau abaikan.
Siapa yg salah?
Anak petani ?
Dilema yg tak bertepi.
Ubah paradigma lama
Kita berjuang diatas kaki sendiri, Bangkitkan diri,nyatakan diri
Petani garda terdepan.,Menyuplai asupan gizi
Dari rahim hingga menua,semua butuh
Petani adalah pahlawan, Sehingga layak untuk diapresiasi,
semoga kelak ,Petanipun bisa berdasi
Ditemani peralatan canggih, secanggih generasi yang gigih
Cerdas, dan peduli, menjaga alam nan hakiki
Februari , 2025
Karya: Eni Yuhaeni, S.Pd
Guru SDN Pondokcina 3