Swara Pendidikan.co.id (Banyuwangi, Jatim). Ratusan mahasiwa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa Pecinta Kampus (AMPEK) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Senin (1/3/2016) kemarin berunjuk rasa di depan gerbang halaman kampus mereka.
Mereka menuntut adanya kejelasan pihak kampus terkait dualisme kepemimpinan antara Sugihartoyo SH.MH (P.Gik) dengan Drs. Wakidjan yang sudah berlangsung cukup lama. Mereka mendesak pihak kampus juga transparan mengenai administrasi keuangan kampus.
Para pendemo yang coba masuk ke dalam kampus untuk meminta penjelasan langsung dari Wakidjan selaku Rektor UNTAG yang juga merangkap ketua yayasan Perkumpulan gema pendidikan nasional (Perpenas) dihalangi puluhan aparat kepolisian dari Polres Banyuwangi dibantu pihak keamanan kampus. Akibatnya aksi saling dorong pun terjadi menyebabkan pintu utama gerbang UNTAG rusak parah.
Gagal menemui pihak rektorat, akhirnya para mahasiswa berorasi didepan gerbang kampus. Mereka mengecam pihak kampus yang dinilai menghambur-hamburkan keuangan kampus.
“Selama ini pihak Rektorat hanya menghambur-hamburkan uang untuk memperkaya diri dan membayar preman untuk melindungi dirinya dari gangguan para pendemo,” ungkap mahasiswa UNTAG, Permana. Dia juga meminta agar pihak Rektorat dan jajarannya tidak ikut campur urusan internal yayasan Perpenas.
Sementara itu dari pihak Sugihartoyo SH.MH (P.Gik) yang didukung AMPEK juga sudah meminta dukungan tanda tangan para dosen terkait legalitas Sugihartoyo yang statusnya masih sebagai Rektor UNTAG dan diakui oleh Menkumham. (M.Choiri)