Bagi sebagian besar kepala sekolah, Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) sering kali terasa seperti momen tahunan yang paling sibuk, masa di mana tumpukan dokumen dan arsip menjadi prioritas utama. Kita sibuk memastikan kelengkapan administratif, namun sering lupa bertanya apakah PKKS benar-benar berdampak pada mutu sekolah?
Jawaban tegasnya adalah PKKS berdampak, tetapi hanya jika kita mengubahnya dari kegiatan administrasi menjadi ruang reflektif yang menggerakkan perubahan.
Esensi dari PKKS bukanlah tentang skor atau kelengkapan laporan. Esensi utamanya adalah menggeser peran kepala sekolah dari sekadar manajer sekolah menjadi Pemimpin Pembelajaran sejati.
1. Kembali ke Jantung Sekolah
Kepala sekolah yang berdampak melihat PKKS sebagai pengingat keras untuk kembali pada tugas utamanya yaitu memimpin pembelajaran. Selama ini, banyak pemimpin sekolah terjebak dalam revisi anggaran, pengisian data digital, dan urusan operasional harian yang tak berkesudahan.
PKKS memaksa kita untuk mengalokasikan waktu bagi guru dan murid. Ia mendorong kita untuk aktif melakukan supervisi, coaching mingguan, dan memastikan pembinaan benar-benar terjadi.
Kualitas pembelajaran adalah jantung (ruh) dari sekolah, dan PKKS harus menjadi alat pacu jantung itu.
2. Mengubah Data Menjadi Aksi Nyata
Penilaian kinerja selalu melibatkan data, baik itu Rapor Pendidikan, hasil survei lingkungan belajar, atau profil kompetensi guru. Kepala sekolah yang efektif tidak lagi melihat data ini sebagai angka menakutkan yang harus dilaporkan, tetapi sebagai cermin jeli yang mengungkapkan kondisi sesungguhnya.
PKKS mendorong kita untuk mengambil keputusan berbasis bukti. Jika data menunjukkan tingkat literasi membaca murid rendah, maka hasilnya harus diterjemahkan menjadi program literasi baru yang inovatif, bukan sekadar janji di atas kertas. Inilah akuntabilitas sejati menjadikan temuan penilaian sebagai landasan untuk aksi perbaikan yang terukur.
3. Komitmen Belajar dan Berkolaborasi
Dampak terbesar PKKS adalah menumbuhkan growth mindset bagi pemimpin sekolah. Setiap umpan balik, setiap temuan kekurangan, harus dilihat sebagai masukan yang membantu kita tumbuh. Sekolah yang hebat tidak akan maju dengan kepemimpinan yang berjalan sendiri.
PKKS menuntut bukti kolaborasi dengan guru, tenaga kependidikan, dan masyarakat. Hal ini mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang berdampak adalah yang mampu membangun kepercayaan, memfasilitasi komunitas belajar, dan melibatkan semua pihak dalam pengambilan keputusan.
Pada akhirnya, PKKS adalah ajakan untuk tidak berhenti belajar, tidak berhenti berinovasi, dan tidak berhenti berefleksi. Mari pastikan momen penilaian tahunan ini bukan sekadar rutinitas formalitas, tetapi sebuah komitmen moral kolektif untuk terus meningkatkan mutu layanan pendidikan.
Hanya dengan cara itu, PKKS akan benar-benar berdampak, menciptakan pemimpin yang membawa cahaya perubahan bagi seluruh ekosistem sekolah.**
Penulis: Arif Suryadi,MPd Ketua K3S Kecamatan Sukmajaya




