Penulis : Siti Zubaidah (SDIT Bahrul Fikri)
Kisah Bu Dewi
Jam menunjukkan pukul 07.31, Bu Dewi (bukan nama sebenarnya) tergesa-gesa memasuki ruang kelas. Batas waktu kedatangan guru di sekolah Bu Dewi adalah pukul 07.30 WIB. Dalam hati Bu Dewi merasa malu dan bersalah karena sudah datang terlambat ke sekolah. Bukan karena akan dipanggil oleh Kepala Sekolah jika absensi kehadiran di bulan ini berwarna merah karena keseringan terlambat datang ke sekolah. Bukan juga karena hadir di sekolah telat maka uang transportasi akan berkurang. Pun bukan karena citranya sebagai guru teladan akan tercoreng gegara tiba di sekolah tidak tepat waktu.
Cerita Bu Tiara
Saat pembelajaran telah selesai dan seluruh siswa telah kembali ke rumah masing-masing, Bu Tiara (bukan nama sebenarnya) beristirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali energinya. Setelah selesai makan siang dan beristirahat secukupnya, Bu Tiara kembali mempersiapkan materi pembelajaran dan bahan ajar yang diperlukan untuk kegiatan di hari berikutnya. Bu Tiara begitu disiplin memanfaatkan waktu kerja yang tersisa. Bukan karena ambisius untuk meraih gelar kehormatan “Teacher of The Year”, atau pencitraan agar dilihat pimpinan supaya naik jabatan.
Pak Nano’s Story
Masuk dalam jajaran manajemen bukanlah impian atau keinginan Pak Nano. Qadarullah setahun setelah dirinya masuk ke sekolah baru, Pak Nano dimasukkan ke dalam tim manajemen oleh pimpinan dan yayasan. Tahun kedua dalam jajaran manajemen, beliau mengajukan diri untuk resign dari jajaran manajemen agar lebih fokus mengajar. Bukan karena sering lembur untuk rapat, pun bukan karena konflik intern dengan pimpinan. Beliau pun tahu risiko setelah beliau keluar dari jajaran pimpinan akan banyak spekulasi dan isu yang berkembang liar, belum lagi turbulensi hati yang mesti ditata.
Hati dan Niat
Profesi guru adalah profesi yang bergengsi,diistimewakan dan mulia dalam Islam. Karena salah satu amalan yang pahalanya tetap mengalir untuk seorang hamba setelah dia meninggal, padahal dia berada dalam kuburnya adalah orang yang mengajarkan ilmu. Seorang guru yang lurus hati dan niatnya, guru yang menjadikan mengajar sebagai passion. Guru yang memberikan hanya yang terbaik untuk siswanya; waktu, tenaga, hati dan pikiran.
Seorang guru yang dirindukan siswanya adalah guru yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah. Seorang guru yang menginspirasi adalah guru yang kondisi hatinya senantiasa baik atau tidak sakit. Kondisi keimanan dan hati akan berbanding lurus. Jika hubungan dengan Allah baik, maka dipastikan hati dalam kondisi baik atau tidak sakit.
Iman seorang guru layaknya manusia biasa, pasti ada naik dan turun. Terkadang bisa sangat rajin dan di lain waktu menjadi sangat malas. Untuk menjaga keimanan dan hati agar senantiasa dalam kondisi baik ada cara atau polanya. Setidaknya saat keimanan dalam kondisi tidak baik, tidak terpental terlalu jauh dari koridor.
Untuk menjaga hati dan niat agar senantiasa lurus tentu ada polanya, beberapa diantaranya adalah :
A. Menjaga Sholat 5 Waktu
Senantiasa menjaga sholat 5 waktu tepat waktu adalah salah satu kunci menjaga hubungan baik kita dengan Allah. Bahkan sholat 5 waktu dengan hati berharap hanya untuk mencari ridho Allah dapat menentramkan hati dan memasrahkan segala sesuatu sesuai kehendak Allah serta membuat kita siap menghadapi hari dengan segala tantangannya,
B. Meluangkan Waktu Untuk Membaca Quran
Al quran adalah obat. Bukan hanya untuk mengobati penyakit fisik, namun juga dapat mengobati penyakit hati. Orang yang senantiasa membaca Al quran akan memiliki hati yang lembut. Hati yang lembut akan mudah untuk menerima nasehat dan kebenaran.
C. Menjaga Hubungan Dengan Pasangan
Bagi kawan guru yang sudah menikah pasti tahu bahwa selain mencari ridho Allah, yang selanjutnya harus kita kejar adalah ridho suami atau pasangan. Memiliki hubungan yang harmonis dengan pasangan dengan mengetahui bahasa cinta pasangan dapat mengisi tangki cinta kawan guru sehingga siap menghadapi hari bersama siswa di sekolah.
D. Mencari Ridho Kedua Orang Tua
Ridho Allah ada pada rdho orang tua, maka sudah sepantasnya kita memperlakukan orang tua dengan sebaik-baiknya. Merawat mereka saat mereka sedang sakit, mendoakan keduanya di berbagai kesempatan, merendahkan suara di depan orang tua, berkata baik dan berusaha membahagiakan keduanya.
E. Dekat Dengan Orang Sholih
Tidak dipungkiri, sebagai makhluk sosial aktivitas keseharian kita tidak lepas dari interaksi dengan manusia. Kita dipertemukan dengan banyak orang, dengan berbagai macam karakter. Ada yang sefrekuensi dengan kita ataupun sebaliknya. Ada yang memberi pengaruh positif ataupun sebaliknya. Untuk itu menjaga hubungan dengan orang-orang sholih dengan konsisten berinteraksi dengan mereka walaupun hanya sepekan sekali dapat membantu me-recharge energi positif kita, mendukung dan memotivasi untuk beramal baik karena Allah dan saling menjaga agar meninggalkan perbuatan buruk yang Allah larang.
Guru ada di garda depan untuk memperbaiki moral bangsa dan sumber daya manusia, karena guru adalah panutan Menjadi guru yang profesional dan berdedikasi bukan berarti tidak pernah salah dan khilaf. Selama kita bisa memperbaiki diri dan menjadi lebih baik dari sebelumnya itu sudah cukup. Mari, “Mulai dari Guru”. **