HomeGURU MENULISArtikelModel Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Model Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Oleh: Tuti Alawiyah

 

Hadirnya kurikulum merdeka yang digagas langsung oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim, dimana konsep utama merdeka belajar ialah merdeka dalam berfikir,

mengandung makna bahwa guru memiliki kebebasan secara mandiri untuk menterjemahkan kurikulum sebelum dijabarkan kepada para siswa sehingga guru mampu menjawab setiap kebutuhan siswa pada saat proses pembelajaran.

 

Dalam melakukan proses pembelajaran kepada siswa, guru harus mampu menyesuaikan strategi, model dan metode pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik tersebut.

Guru tidak dapat lagi mengajar dengan strategi pembelajaran yang konvensional, standar atau biasa-biasa saja.

Guru harus dapat inovatif dengan memperkaya dan memperbaharui ilmu maupun keterampilan untuk dapat menyuguhkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan interaktif dengan memanfaatkan teknologi.

Dimana siswa dituntut secara aktif dan mandiri dalam membentuk keterampilan 4C yaitu critical thinking, communication, colaboration, dan creativity.

 

Beberapa aspek yang dianggap perlu seperti intructional should be student centered (instruksi atau pendidikan yang berpusat pada siswa), educational should collaborative (pendidikan yang membuat siswa berkolaborsi, learning should have contest (pembelajaran mampu menunjukkan kepada siswa), dan school sould be integrated with society (sekolah dapat terintegrasi dengan masyarakat) perlu dikembangkan dalam pembelajaran di abad ke -21 saat ini dimana merdeka belajar juga melibatkan kondisi yang merdeka dalam memenuhi tujuan, metode, materi dan evaluasi pembelajaran baik guru maupun siswa.

Dari hal ini dapat diketahui bahwa proses pembelajaran pada kurikulum merdeka belajar lebih mengarah kepada kebutuhan siswa (student-center) yang dimana sebelumnya konsep pembelajaran masih berpusat kepada guru atau pendidik.

 

Pembelajaran adalah proses dalam menyediakan siswa agar belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam proses pendidikan, karena proses inilah yang menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.

Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku dalam diri siswa, baik yang menyangkut perubahan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun menyangkut nilai sikap (afektif). Selain itu pembelajaran juga bertujuan untuk mempengaruhi perasaan, intelektual dan spiritual dalam diri siswa untuk belajar.

Belajar yang dibangun oleh seorang guru akan meningkatkan setiap potensi dan berbagai macam kemampuan siswa, seperti kemampuan dalam berfikir, memiliki kreatifitas, merekonstruksi pengetahuan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya sebagai acuan kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa saat ini.

 

Dan atas dasar itulah maka model pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka menjadi salah satu komponen yang sangat penting untuk diterapkan pada siswa. Model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai  karena bentuk pembelajaran itu sendiri akan tergambar mulai dari awal  sampai akhir kegiatan yang disajikan  atau dikemas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan wadah atau bungkus dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

 

Penggunaan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Dengan demikian, guru dapat memilih jenis-jenis model pembelajaran yang sesuai demi tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Sesuai dengan tujuan kurikulum merdeka yakni mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Berikut adalah beberapa contoh model pembelajaran yang bisa digunakan pada kurikulum merdeka diantaranya:

 

Pertama, Discovery Learning yaitu mengembangkan cara belajar siswa yang aktif dan kreatif untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, memproses sendiri dan menyimpulkan sendiri atau dapat disebut dengan belajar penemuan, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan serta memiliki kepuasan tersendiri dan tentunya tidak akan mudah dilupakan oleh siswa, sesuai dengan tujuan model pembelajaran discovery learning yaitu untuk meningkatkan keterampilan berfikir peserta didik lebih aktif, kreatif dan membangun sikap percaya diri dalam proses pembelajaran.

 

Kedua, Inquiry Learning yaitu mempersiapkan siswa pada situasi tertentu untuk melakukan eksperimen sendiri sehingga dapat berfikir secara kritis dan mencari serta menemukan jawaban dari suatu masalah yang dihadapi dan dipertanyakan.

Adapun manfaat penggunaan model inquiry learning dalam pembelajaran adalah

a) Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas kemauan atau inisiatifnya sendiri;

b) Mendorong siswa untuk berpikir secara inisiatif dan merumuskan hipotesisnya sendiri;

c) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri setiap siswa;

d) Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar di luar sekolah, dan tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar

 

Ketiga, Problem Based Learning (PBL) yaitu metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan, sebagaimana yang menjadi tujuan model pembelajaran Problem Based Learning ini adalah:

a) Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik;

b) Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis;

c) Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata; dan

d) Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.

 

Keempat, Model Think Pair Share (TPS) yaitu metode yang menargetkan pada perkembangan interaksi siswa. Dengan demikian, semangat dan rasa keingintahuan peserta didik terhadap konten pembelajaran bertambah.

Sintaks sederhana pada model TPS ini dimulai dari menyajikan konten materi secara klasik.Kemudian, guru akan memasangkan para peserta didik agar mereka bisa melakukan kerjasama (think-pair).

Pada saat melakukan kerjasama, tentu akan ada banyak diskusi yang mereka lakukan. Setelah melakukan banyak diskusi, kemudian antar peseta didik dapat saling mendemonstrasikan hasil diskusi mereka.

 

Kelima, Model Pembelajaran Jigsaw dimana Sintaks pembelajarannya sederhana yakni sang guru membentuk kelompok belajar yang terdiri dari beberapa peserta didik.

Kemudian, setiap peserta didik pada kelompok tersebut akan memiliki tanggung jawab untuk bisa memahami secara keseluruhan materi yang akan didemonstrasikan di depan kelompok lain.

Biasanya, guru akan memastikan terlebih dahulu pengelompokkan berdasarkan kemampuan di masing – masing sub bab terkait.

Setelah pembagian kelompok tersebut, guru akan memberikan waktu untuk bisa mendiskusikan terkait pertanyaan – pertanyaan yang sudah disediakan oleh para guru.

Kemudian, setelah waktu yang diberikan guru sudah habis, maka kemudian sang guru meminta peserta didik untuk bersiap dalam mempresentasikan hasil diskusinya.

Adapun tujuan dari penerapan model belajar Jigsaw yakni agar para peserta didik dapat mendalami konten materi yang diberikan oleh guru secara sempurna. Kesempurnaan itu dapat terlihat melalui bagaimana sang peserta didik mencoba menjelaskan kepada teman – temannya terkait materi yang dibawakan.

 

Keenam adalah Pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang menekankan pada kaitan antara materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik.

Artinya, saat kegiatan pembelajaran berlangsung peserta didik seolah bisa merasakan dan melihat langsung aplikasi nyata materi yang sedang dipelajari.

Adapun tujuan metode pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan ketertarikan peserta didik untuk senantiasa belajar, sehingga mereka bisa mendapatkan pengetahuan yang bersifat fleksibel dan aplikatif dalam kehidupan sehari-hari;

b) Memperbaiki hasil belajar peserta didik melalui peningkatan pemahaman makna materi yang sedang dipelajari.

 

Demikian beberapa contoh model pembelajaran yang dapat di terapkan dalam mengimplementasikan pembelajaran Kurikulum Merdeka.

Melalui model pembelajaran siswa belajar bekerjasama dan siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam proses pembelajaran memang bukan pekerjaan yang mudah.

Sehingga peranan guru sangat diperlukan dalam proses pembelajaran agar dapat mengarahkan siswa belajar secara maksimal. **

 


Penulis: Tuti Alawiyah, MPd (Kepala SMPN 32 Depok)

RELATED ARTICLES

Most Popular

PRESTASI SISWA/SEKOLAH

video youtube