Swara Pendidikan (Depok) – Divisi Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup LBH Senapati Indonesia tengah menjalankan program unggulan bernama BUMI HIJAU, yang mencakup tiga kegiatan utama: pengembangan pertanian agroforestry di Kabupaten Bogor bagian barat, pembangunan Rumah Eco Enzym dan Kompos di Kota Tasikmalaya, serta Ekspedisi Bentang Alam yang akan dimulai di wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat sebagai proyek percontohan.
Salah satu kegiatan yang telah berjalan konsisten selama lebih dari dua tahun adalah Rumah Eco Enzym dan Kompos di Kota Tasikmalaya, yang digagas oleh Deviani, A.Md., Koordinator Bidang Lingkungan Hidup LBH Senapati Indonesia. Deviani dikenal sebagai aktivis lingkungan yang gigih, ulet, dan tanpa lelah memperjuangkan pemanfaatan limbah organik menjadi produk bernilai guna.
Dengan dana pribadi dan dukungan dari para donatur, Deviani setiap hari menyosialisasikan pentingnya pengelolaan sampah organik melalui eco enzym dan kompos. “Saya hanya ingin membantu masyarakat mengelola sampahnya, bukan hanya dibuang, tapi diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” tuturnya.
Program ini telah mendapat dukungan dari kalangan akademisi, termasuk mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Universitas Siliwangi, dan Universitas Perjuangan. Para mahasiswa tersebut turut aktif dalam kegiatan sosialisasi ke berbagai wilayah di Jawa Barat, mendorong kesadaran masyarakat tentang manfaat eco enzym, mulai dari nutrisi untuk pertanian, pengobatan alami, hingga produk rumah tangga ramah lingkungan.
Namun di balik semangat dan keberhasilan tersebut, Deviani mengaku masih menghadapi banyak kendala. Salah satunya adalah minimnya sarana dan prasarana pendukung seperti tempat produksi dan penyimpanan, kendaraan angkut sampah, hingga biaya operasional. “Sampah organik yang saya kumpulkan bisa mencapai 6 ton per hari. Tapi untuk mengolahnya menjadi eco enzym dan kompos, saya kewalahan karena keterbatasan alat dan tempat,” jelasnya.
Meski telah mendapat kunjungan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya dan bahkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dukungan nyata yang diharapkan Deviani belum kunjung datang. “Kami butuh perhatian lebih, karena ini sejalan dengan program pemerintah dalam mengatasi persoalan sampah,” tambahnya.
Apresiasi atas program ini juga disampaikan oleh Saatun Nuzuliyah, S.T., Sekretaris Divisi Pemberdayaan Masyarakat dan Lingkungan Hidup LBH Senapati Indonesia, yang juga Duta Lingkungan Tahun 2023 Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Ia menyebut Rumah Eco Enzym dan Kompos sebagai gerakan nyata yang harus didukung penuh oleh pemerintah.
“Deviani sudah membuktikan bahwa dengan semangat dan konsistensi, perubahan bisa dimulai dari akar rumput. Kini saatnya pemerintah, baik dari Kota Tasikmalaya, Pemprov Jawa Barat, hingga Kementerian LHK, hadir memberi dukungan nyata,” ujar wanita yang akrab disapa Mbak Yulia itu. **
Editor: gus JP