Penulis : Meike Anjar Dewanti, S.Pd*
Berawal dari wabah penyakit yang muncul disebabkan oleh virus, yakni virus corona atau akrab disebut Covid-19. WHO (World Health Organization) secara resmi mendeklarasikan virus corona (Covid-19) sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Pandemi ini menggemparkan semua aspek di berbagai negara belahan dunia, tentunya bagi Negara Indonesia dampak ini terasa dengan adanya penurunan perekonomian, pengelolaan ranah aspek pendidikan yang harus tetap efektif ditengah pandemi, juga memutar strategi para petinggi dalam memberikan kebijakan yang bijaksana mengenai sistem pendidikan yang harus diberikan pada masyarakat ditengah pandemi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Bryan dalam media online LPMP Sulawesi Utara, 2020) mengeluarkan Surat Edaran nomor: 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19) di Indonesia yang berisi Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring (online)/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.
Perubahan kebijakan pengelolaan pendidikan tentunya harus ditangani dengan bijaksana. Dunia pendidikan dan pembelajaran tidak bisa berjalan sendiri, melainkan harus melibatkan stakeholder yang dapat membuat sinergitas dalam peningkatan pendidikan di tengah pandemi. Keterhubungan antar stakeholder yang sinergitas, tentunya dapat memberikan perubahan sistem pendidikan di masa depan. Salah satunya, dengan menerima kebijakan pemerintah mengenai pendidikan yang dilakukan di rumah, atau pembelajaran daring. Tentunya proses penerimaan ini harus disertai dengan kerjasama, dan solidaritas membangun pendidikan.
Pendidik atau guru sebagai garda terdepan dalam proses pendidikan juga tentunya harus menerima perubahan sistem pendidikan dengan melakukan inovasi atau pembaruan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tujuannya untuk menjawab semua permasalahan pendidikan perkembangan yang lebih cepat. Selain itu, perubahan ini bertujuan untuk meningkatkan sumberdaya ketenagaan dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran pada abad 21.
Pada abad-21, pendidikan Matematika memiliki tujuan yang disesuaikan dan telah merumuskan sistem pendidikan ke dalam kriteria 4 C, yaitu: (Communication, Collaboration, Critical thinking and Problem solving; Creativity and Innovation). Pembelajaran Matematika di SD merupakan salah satu bidang studi yang mengembangkan pembelajaran melalui pengetahuan faktual. Implikasinya, dalam Matematika sering dikenal dengan istilah pembelajaran konstruktivis, yaitu pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pengalaman masing-masing siswa, sehingga bersifat aktif, bebas dan unik. (Sa’dijah, 2016). Pembelajaran Matematika di SD dikenal juga menggunakan pendekatan kontekstual dan pembelajaran Matematika realistik yang juga mengusung konsep faktual untuk mengenalkan Matematika dalam pembelajaran di sekolah. Untuk itu diperlukan adanya jembatan yang dapat menetralisir perbedaan atau pertentangan tersebut. Sehingga, pembelajaran dengan mengembangkan pengetahuan (faktual) dianggap menjadi salah satu pembelajaran yang baik.
Matematika merupakan ilmu abstrak yang hirearkis, oleh karenanya perlu adanya tujuan dan goals yang diciptakan oleh guru untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa. Matematika merupakan ilmu yang tidak bisa lepas dari agama. Hal ini jelas dapat dilihat kebenarannya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan Matematika, diantaranya dapat dilihat pada Al-Qur’an surat Maryam ayat 93-94, sebagai berikut:
Artinya: …”Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti”. (Q.S. Maryam: 93-94)
Tujuan Pembelajaran Matematika menurut Candra Chisara, (Chisara, 2018) dalam penelitiannya tahun 2018 adalah: 1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dan pola pikir dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang; dan 2) Mempersiapkan siswa menggunakan Matematika dan pola pikir Matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Pembelajaran Matematika, idealnya dapat meningkatkan Pemahaman konsep matematis dan mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti Matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Tujuan tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak hanya dituntut untuk dapat menghitung saja, tetapi siswa juga dituntut agar lebih mampu menghadapi berbagai masalah mengenai Matematika itu sendiri maupun masalah dari ilmu lain yang berasal dari pengalaman diri mereka sendiri (empiris).
Pentingnya kemampuan pemahaman konsep ini juga sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014, bahwa tujuan pembelajaran Matematika adalah sebagai berikut: 1) Memahami konsep Matematika, merupakan kompetensi dalam menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat, dalam pemecahan masalah; dan 2) Mengkomunikasikan gagasan, penalaran serta mampu menyusun bukti Matematika dengan menggunakan kalimat lengkap, simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Setelah berjalan kurang lebih 2 tahun sistem pendidikan kita menggunakan pembelajaran daring atau BDR. Dampak yang dirasakan siswa pada program Belajar Dari Rumah (BDR) diantaranya: 1) Pembelajaran menjadi pasif, karena siswa hanya ‘dipaksa’ mengerjakan rangkaian tugas; 2) Sarana prasarana yang terdapat pada siswa Sekolah Dasar Sukmajaya 1 masih terbatas, seperti contoh: dalam satu keluarga hanya memiliki 2 gawai dimana anak dalam sebuah keluarga tersebut berjumlah 4. Maka siswa harus bergantian memakai gawai tersebut dengan anggota keluarga lainnya; 3) Faktor Ekonomi keluarga, sehingga quota belajar bukan menjadi hal penting dibandingkan pangan dan papan; 4) Siswa jenuh, karena tidak terbiasa dengan budaya pembelajaran jarak jauh (BDR) yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya serap belajar mereka, dan kehilangan jiwa sosial. Jika disekolah mereka bisa bercanda gurau dengan teman-temannya serta bertatap muka dengan para gurunya, tetapi kali ini mereka dibatasi dengan social distancing dan menjadi anak pasif; 5) Siswa dipaksa melek teknologi, yang menyebabkan pembelajaran menjadi tidak bermakna. Karena siswa dapat mengakses jawaban dari internet.
Penggunaan TPACK (Technology Pedagogy Content Knowledge) melalui pembelajaran daring atau E-learning menjadi satu-satunya solusi perubahan inovatif yang dapat diterapkan pendidik untuk membuat pembelajaran BDR menjadi bermakna terutama untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis siswa sekolah dasar. Teknik yang digunakan dalam pembelajaran E-learning saat ini sangat beragam. Salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan menggunakan free aplikasi, atau seperti platform Whatsapp Group, Google meet, Zoom meeting, Quizzez, Youtube, Schoology dan lain-lain. Penerapan aturan Belajar Dari Rumah yang diungkapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengubah metode pembelajaran yang berawal luring menjadi pembelajaran daring. Maka, kemampuan profesional guru perlu ditingkatkan kembali sesuai pertimbangan PP No. 19 Tahun 2017 (Perubahan atas Peraturan PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Dosen) tentang Pentingnya Pendidik memiliki Kemampuan Profesional tertuang bahwa standar kompetensi guru SD/MI diantaranya adalah dapat mempersiapkan pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, dengan guru sebagai fasilitator. Mempersiapkan pembelajaran berkaitan dengan penggunaan Pendekatan, Metode, Media, dan Model Pembelajaran yang tepat.
Solusi kedua, pendidik bisa menerapkan berbagai model, metode dan strategi pembelajaran yang bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut menggunakan pendekatan Realistics Mathematics Education (RME) yakni strategi pembelajaran Matematika dengan menggunakan konteks nyata, dengan media pembelajaran berbasis e-learning yang bertujuan mengembangkan kemahiran atau kecakapan Matematika (Masrukan, 2008:ii). yaitu: 1) Pemahaman konsep untuk pemecahan masalah; 2) Kemampuan komunikasi; 3) Penalaran; 4) Kemampuan strategik; dan 5) Menghargai kegunaan Matematika.
Aktivitas dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan PMR/RME, dirancang berawal dari permasalahan yang ada di sekitar peserta didik dan berbasis pada pengetahuan yang telah dimilikinya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Matematika peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran Matematika sebaiknya diupayakan bersifat konstekstual, artinya pembelajaran Matematika perlu dikelola dengan memperhatikan konteks (lingkungan) kehidupan sehari-hari. Misalnya, pembelajaran Matematika dilaksanakan dengan menggunakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan peserta didik. Benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang berasal dari lingkungan kehidupan peserta didik tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk mengawali pembahasan topik-topik Matematika tertentu.
Solusi ketiga, perlu adanya media pembelajaran yang berperan sebagai alat untuk mendukung proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan membuat siswa dapat tertarik dalam pembelajaran. Media pembelajaran yang diberikan tentunya harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan konsep RME. Karena konsep RME memiliki tujuan untuk mengkonkretkan materi Matematika yang abstrak.
Saran dan masukan yang dapat diberikan untuk keberhasilan pembelajaran daring khususnya pembelajaran Matematika di SD yaitu sebelum dilaksanakan program pembelajaran online perlu dipersiapkan fasilitas pendukung, kompetensi serta pelatihan terlebih dahulu kepada siswa, guru dan para orang tua. Tanpa persiapan yang baik maka akan mempengaruhi kualitas hasil belajar mengajar. Untuk anak usia kelas 1-3 masih dibutuhkan bantuan orang tua untuk mendampingi pembelajaran di rumah, minimal untuk mempersiapkan teknologi sebelum dan sesudah pembelajaran online berlangsung sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran online. Dengan demikian dukungan dan kerjasama orang tua demi keberhasilan pembelajaran sangat dibutuhkan.Komunikasi guru dan sekolah dengan orang tua harus terjalin dengan lancar. Artinya, ada pengeluaran tambahan biaya yang harus dibayar oleh guru baik berupa material maupun non-material. Misalnya pulsa telpon, pulsa untuk akses internet, dan terutama waktu. Salah satu biaya yang otomatis harus dibayar oleh guru adalah guru juga harus memberi technical support pada orang tua apabila terjadi glitches (masalah) dengan baik yg berhubungan dengan teknologi yang langsung digunakan dalam proses pembelajaran maupun setting gawai yang digunakan oleh peserta didik. Jam kerja yang menjadi tidak terbatas karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan peserta didik, orang tua, guru lain, dan kepala sekolah. Tidak setiap guru cepat mengadopsi dan belajar teknoloogi, sehingga sebagai koordinator jam kerja saya tak terbatas di hari kerja. Sabtu dan sampai Minggu malam pun tetap dituntut secara moral dan tanggung jawab untuk mempersiapkan guru-guru yang masih butuh support untuk menjalankan home learning.***
*Penulis : Meike Anjar Dewanti, S.Pd (guru kelas V di UPTD SDN Sukmajaya 1, Depok)
DAFTAR PUSTAKA
Bay-Humaniora. (2019). Merdeka Belajar Menuju Pendidikan Ideal. Retrieved from https://mediaindonesia.com/read/detail/278427-merdeka-belajar-menuju-pendidikan-ideal
Bryan. (2020). PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM MASA DARURAT PENYEBARAN C0RONA VIRUS DISEASE (COVID- 1 9). LPMP. Retrieved from https://lpmpsulawesiutara.kemdikbud.go.id/pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-c0rona-virus-disease-covid-1-9/
Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education (RME) in Teaching Geometry in Indonesian Primary Schools: Thesis University of Twente, Enschede-With refs. CIP-GEGEVENS KONINKLIJKE BIBLIOTHEEK, DEN HAAG. University of Twente Enschede.