ADVERTISEMENT
  • BERITA UTAMA
    • NASIONAL
    • Internasional
    • KABAR DAERAH
    • MEGAPOLITAN
  • KABAR SEKOLAH
    • SMA
    • SMK
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • MI/DINIYAH
    • PAUD/TK
  • PROFIL SEKOLAH
    • SMK
    • SMA
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • TK/PAUD
    • MI/DINIYAH
  • MENULIS
    • Artikel Guru
    • Artikel Dosen/Mahasiswa
    • Opini
  • TIPS EDU
  • EDU INFO
    • Klik Pendidikan
    • Info Pendidikan
    • Info Guru
  • RUANG SASTRA
    • Cerpen
    • Puisi
  • ULASAN BUKU
    • BAHAN AJAR
    • BUKU UMUM
  • INSPIRASI PENDIDIKAN
  • JEJAK PRESTASI
Swara Pendidikan
  • Login
Thursday, November 20, 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Swara Pendidikan
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

Keheningan yang Berbicara: Mengapa Kita Perlu Berpuisi

by SWARA PENDIDIKAN
14 December 2024
in RUANG SASTRA
0
Keheningan yang Berbicara: Mengapa Kita Perlu Berpuisi
          

Oleh: EMAN SUTRIADI

Puisi adalah sebuah fenomena yang mewujudkan transformasi bahasa dan pemikiran manusia ke dalam realitas abadi yang nyata. Berbeda dengan ucapan yang bersifat sementara dan terikat pada momen, puisi menciptakan ruang di mana gagasan dapat melampaui batas waktu dan kehadiran fisik. Teks akan memorikan petualangan, dan oleh karenanya puisi menjadi harta karun bagi kepala manusia. Di mana bahasa tidak lagi bergantung pada suara yang hidup, melainkan membentuk sistemnya sendiri yang mandiri.

Dalam tindakan berpuisi, memori manusia mengalami metamorfosis yang mendalam. Puisi mengeksternalisasi pikiran, membebaskan ingatan dari kelemahan alami manusia: dari kelelahan bercakap-cakap hingga kemandekan sarana ucap sebab perbedaanya di setiap budaya dan waktu. Memori dalam teks puisi akan tumbuh subur, bukan hanya sebagai tempat penyimpanan peristiwa, tetapi sebagai kekuatan kreatif yang mampu menghasilkan interpretasi baru. Kata-kata yang tertulis dalam puisi memungkinkan ingatan untuk keluar dari batas-batas pikiran manusia dan memasuki ruang bersama yang objektif dan dapat diakses oleh semua orang dalam cara mengabadinya yang khas.

BACA JUGA

Puisi – Untuk Ibuku Tercinta

Puisi –  PGRI Selalu di Hati

Cerbung – “Cinta Pertama” (bagian ke dua)

Puisi – “Nak, ini tangan ibumu!”

Kemandirian puisi adalah salah satu ciri yang paling mencolok. Teks yang tertulis dalam puisi sering berbicara tanpa membutuhkan pembicaranya, membawa maknanya secara mandiri dari penciptanya. Ini bukan hanya sekadar bicara dalam kerangka “Kematian Pengarang”, melainkan, tulisan dalam puisi memang memiliki keagenan yang tidak dimiliki oleh kata-kata yang diucapkan bahkan ketika pembicara awalnya sudah ratusan tahun tidak dapat lagi berbicara mengenai apa yang pernah dibicarakannya. Tulisan dalam puisi menjadi utusan yang tidak mati bersama suara dan mayat pencipnya. Ia bertahan, menyampaikan pesan lintas waktu; tentu selama tulisan dalam puisi itu bertahan sebagai sebuah prasasti atau dokumen (lembaran, gulungan, buku dst.) yang bisa ditemukan kembali.

Bahasa tertulis dalam puisi tidak membutuhkan seorang orator untuk menjadi utuh. Ia menetapkan tatanan linguistiknya sendiri, yang sunyi namun penuh makna. Dalam sebuah struktur yang meskipun seringkali cacat secara teknis, keheningan tulisan dalam puisi adalah bentuk komunikasi yang memungkinkan refleksi, analisis, dan kedalaman pemahaman yang tidak dapat dicapai oleh bahasa lisan. Dan ini merupakan sebuah/salah satu transendensi yang sangat objektif yang dimiliki manusia.

Transendensi ini membebaskan ingatan manusia dari keterbatasan biologisnya. Tulisan dalam puisi menyatakan kebebasan memori, bahkan memungkinkannya berfungsi melampaui kemampuan sementara pikiran. Ia menyediakan wadah tempat pengetahuan dapat disimpan, dikunjungi kembali, dan dibayangkan ulang, menjadi alat untuk refleksi kemajuan kolektif.

Berbeda dengan kata-kata yang diucapkan, yang terikat pada kefanaan para pembicara, tulisan dalam puisi mencapai bentuk yang memang sekali lagi, kuat bertendensi pada keabadian. Bahasa lisan memudar bersama para penggunanya, tetapi tulisan dalam puisi tetap ada sebagai kehadiran yang abtrak tetapi begitu nyata. Dan oleh karenanya, peradaban manusia dijamin kesinambungannya, memastikan bahwa gagasan, filsafat, dan bahkan cerita-cerita yang belum tentu benar-salahnya bertahan melintasi perjalanan waktu, untuk kemudian diselidiki di waktu mendatang.

Melalui tulisan dalam puisi, manusia menantang lupa dan menciptakan ingatan yang hidup. Melalui tulisan dalam puisi, manusia mampu melestarikan sejarahnya, menyampaikan pengetahuannya, dan mengartikulasikan aspirasinya dengan cara yang lebih kompleks dengan banyak potensi medan interpretasi yang terbuka. Setiap kata yang tertulis dalam puisi menjadi saksi dari kelahiran ini, di mana gagasan dapat terus berdialog dengan dunia melampaui pengalaman individu bahkan sejarah sebuah bangsa yang tertutup.

Tulisan dalam puisi bukan sekadar alat; ia adalah medium di mana manusia memperluas kemampuan kognitif dan linguistiknya. Ia bahkan mampu mengubah struktur fisiologis dari manusia sebagai spesies yang terus mengembangkan kompleksitas otaknya.

Ya, tulisan dalam puisi mendefinisikan ulang memori, bukan sebagai gudang pasif, tetapi sebagai peserta aktif dalam penciptaan makna. Tulisan dalam puisi mentransformasi bahasa, bukan hanya sebagai catatan ucapan, tetapi sebagai sistem mandiri yang mampu menghasilkan kebenarannya sendiri. Dalam pengertian ini, tulisan dalam puisi menjadi pelindung sekaligus pembebas memori manusia, menawarkan dialog tanpa batas antara diri dan dunia.

Wallohualam bishowab’
Desember 2024

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Jumlah Pembaca: 31

BeritaTerkait

Puisi – Untuk Ibuku Tercinta
Puisi

Puisi – Untuk Ibuku Tercinta

by SWARA PENDIDIKAN
18 November 2025
0
0

Karya - Ameer Assadillah

Read more

Puisi –  PGRI Selalu di Hati

18 November 2025
0
Cerbung – “Cinta Pertama”

Cerbung – “Cinta Pertama” (bagian ke dua)

18 November 2025
0

Puisi – “Nak, ini tangan ibumu!”

18 November 2025
0

Puisi – “Lentera Bangsa”

1 November 2025
0

Puisi “Anak Bangsa”

1 November 2025
0
Next Post
Memaknai Dokrin Amantu Billah Wal Yaumil Akhir

Memaknai Dokrin Amantu Billah Wal Yaumil Akhir

ADVERTISEMENT
https://datapers.dewanpers.or.id/media/certificate

2025 © swarapendidikan.co.id

TENTANG KAMI

  • Disclaimer
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In