• BERITA UTAMA
    • NASIONAL
    • Internasional
    • KABAR DAERAH
    • METROPOLITAN
  • KABAR SEKOLAH
    • SMA
    • SMK
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • MI/DINIYAH
    • PAUD/TK
  • KABAR KAMPUS
  • KABAR PESANTREN
  • MENULIS
    • Artikel Guru
    • Artikel Dosen/Mahasiswa
    • Opini
  • TIPS EDU
  • EDU INFO
    • Klik Pendidikan
    • Info Pendidikan
    • Info Guru
  • INSPIRASI PENDIDIKAN
    • Inspirasi
  • JEJAK PRESTASI
  • E-PAPER
  • LAINNYA
    • Profil Sekolah
      • SMK
      • SMA
      • MA
      • SMP
      • MTS
      • SD
      • TK/PAUD
      • MI/DINIYAH
    • Ruang Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • ULASAN BUKU
      • BAHAN AJAR
      • BUKU UMUM
    • SAPA WILAYAH
      • Kecamatan Beji
      • Kecamatan Bojongsari
      • Kecamatan Cilodong
      • Kecamatan Cimanggis
      • Kecamatan Cinere
      • Kecamatan Cipayung
      • Kecamatan Limo
      • Kecamatan Pancoran Mas
      • Kecamatan Sawangan
      • Kecamatan Sukmajaya
      • Kecamatan Tapos
    • WAWASAN PUBLIK
      • Parlemen
      • Pemerintahan
      • Peristiwa
      • Politik
      • Sosial
      • Suara Publik
      • Ekonomi & Bisnis
      • Infotaintment
      • Opini
Swara Pendidikan
  • Login
Tuesday, December 30, 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Swara Pendidikan
No Result
View All Result

“Jangan Pernah Berbohong dan Menjadi Pembohong”

by SWARA PENDIDIKAN
18 June 2022
in Artikel Guru, MENULIS
0
“Jangan Pernah Berbohong dan Menjadi Pembohong”

Oleh : Titin Supriatin, M.Pd

 

 

BACA JUGA

Selamat Tahun Baru Indonesia: Obati Luka dan Perbaiki Langkah – Sebuah Refleksi Kebangsaan Tahun 2025

Waspada! Modus Penipuan Digital Kian Canggih di WhatsApp dan Facebook

Mencari Jiwa Hukum Indonesia: Refleksi Filosofis antara Akal, Nilai, dan Ketuhanan

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Dari Administrasi Menuju Pemimpin Pembelajaran

 

 

Lirik:

Oh kenapa engkau terus berbohong

Dan kenapa engkau terus mengelak

Ya kenapa kau tak jujur padaku

Aku tahu kamu lagi berbohong

Penggalan lirik lagu dengan judul “Lagi Bohong” yang dinyanyikan oleh grup musik Marvells, mengajarkan kita bagaimana rasa hati ketika dibohongi.

Ada yang pernah bilang, sakit karena jatuh dari tangga masih lebih baik dari pada sakit karena dibohongi. Mungkin pernyataan ini belum tentu benar, tapi bagaimana pun, tidak ada orang yang mau dibohongi. Anda sendiri misalnya, bagaimana perasaan kita ketika harga makanan yang telah kita makan di sebuah warung yang diperkirakan harga rata-rata di setiap warung adalah Rp. 10.000,-, ternyata pada siang hari yang terik itu “ditembak” agar membayar Rp. 50.000,-, hanya karena kita dianggap orang yang baru pertama kali makan di warung tersebut? Demikian pula bagaimana perasaannya  ketika orang yang sebelumnya dipercaya dan layak diandalkan dalam menyimpan rahasia-rahasia, terbukti membeberkannya kepada orang lain? Atau mungkin kita sendiri juga suka berbohong? Terpaksa atau untuk kebaikan tak apalah, mungkin itu alasan kita.

Cerita tentang kebohongan tak terelakkan lagi begitu banyak macamnya. Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang bisa melakukan kebohongan, baik dengan melancarkan ungkapan kata-kata manis, cerita-cerita yang menarik, teori-teori yang popular, maupun dengan ekspresi yang memelas. Segala trik dilakukan untuk memperdayakan korban. Sebenarnya ada cara lain untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan selain dengan kebohongan, yaitu pemaksaan, disamping ada kejujuran. Namun kejujuran sudah bukan cara yang popular lagi.

Bagi orang yang sudah biasa berbohong, kebohongan bukan lagi sesuatu yang sulit dan spontanitas belaka. Ia merupakan sesuatu yang direncanakan. Pembohong seperti ini biasanya mempersiapkan lebih dulu taktik yang akan dilancarkannya. Tak masalah baginya menghabiskan waktu untuk merancang trik-trik, mengaitkan, menganalisis, dan mengevaluasi rencana-rencana bohongnya menjadi suatu strategi kebohongan yang sistematik. Pembohong kelas professional ini tidak akan berbohong kalau hasil kebohongannya hanya bernilai picisan.

Ada juga pembohong berbakat. Bagi kelas ini, berbohong merupakan sesuatu yang bersifat spontan. Tidak ada waktu khusus baginya untuk merancang konsep kebohongan. Ia berbohong hanya pada saat-saat tertentu saja. Dan biasanya hasil dari kebohongannya juga tak seberapa. Tidak seperti pembohong professional.

Kelas terakhir dari kalangan pembohong adalah pembohong pemula. Pembohong dalam kategori kelas ketiga ini lebih mudah dicurigai. Biasanya kebohongan yang dilakukan selalu gagal, karena mudah dibaca terlebih dahulu gelagatnya oleh calon korbannya, apalagi kalau calon korbannya sangat mengerti bahasa tubuh. Bagi pembohong kelas ketiga ini, saya menyarankan agar lebih giat berlatih untuk meningkatkan kualitas kebohongannya atau meninggalkan kebohongan sama sekali.

Setiap pembohong menyadari akibat yang terjadi dari kebohongannya dan penderitaan korban-korbannya. Ia sadar bahwa yang dilakukan itu tidak baik, tapi “dorongan” dari dalam dirinya untuk mengejar mimpi-mimpinya lebih menguasainya. Jika seseorang telah mulai berbohong, selanjutnya ia akan menciptakan kebohongan-kebohongan baru untuk menutupi kebohongan-kebohongan sebelumnya dan agar dirinya tetap disukai, dipercaya, dan dihormati orang-orang di sekitarnya.

Ada saatnya ia tak kuasa lagi berbohong, lalu ia berusaha berkata jujur. Hal ini dilakukan karena sudah tidak ada cara lain lagi untuk menutupi kebohongan-kebohongannya. “Kejujuran” terpaksa dilakukan untuk mempertahankan citra baiknya terhadap orang-orang di sekitarnya.

Kalau kita belajar dari fenomena kehidupan masyarakat, kebohongan sebenarnya tidak ada yang abadi. Ada saat di mana sebuah kebohongan akan tersingkap. Sebuah peribahasa yang cukup popular, “sedalam-dalamnya engkau mengubur bangkai, kelak akan tercium juga” mengisyaratkan hal itu. Pada saat pembohong dihadapkan pada kenyataan seperti itu, biasanya ia memilih beberapa alternative, pertama, memperlihatkan rasa penyesalan atau “kejujuran” yang lahir dari ruh kebohongan. Sebuah kejujuran dengan harapan untuk tetap dapat diterima dan dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya. Kedua, menghilang dari tempat di mana ia sudah tak bisa lagi berbohong, dan mencari tempat baru untuk menciptakan “nada-nada kosong” baru. Alternative terakhir adalah, mengakui dengan sungguh-sungguh semua kebohongan yang telah dilakukan selama hidupnya. Kejujuran ini diungkapkan dengan sepenuh hati dan dengan penuh penyesalan. Pilihan terakhir ini biasanya dilakukan beberapa saat menjelang ajal dan diungkapkan untuk dirinya sendiri, dan (mungkin) TUHAN. **


Tentang penulis :  Titin Supriatin,M.Pd. Kepala Sekolah SDN Ratujaya 1. Menyukai dunia literasi, karena dengan berliterasi dapat berbagi informasi dalam pengetahuan yang luas dan tanpa batas.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

BeritaTerkait

Selamat Tahun Baru Indonesia: Obati Luka dan Perbaiki Langkah – Sebuah Refleksi Kebangsaan Tahun 2025
Artikel Dosen/Mahasiswa

Selamat Tahun Baru Indonesia: Obati Luka dan Perbaiki Langkah – Sebuah Refleksi Kebangsaan Tahun 2025

by SWARA PENDIDIKAN
26 December 2025
0
0

Tahun 2025 akan dikenang dalam catatan sejarah Indonesia sebagai tahun...

Read more
Waspada! Modus Penipuan Digital Kian Canggih di WhatsApp dan Facebook

Waspada! Modus Penipuan Digital Kian Canggih di WhatsApp dan Facebook

25 December 2025
0
Mencari Jiwa Hukum Indonesia: Refleksi Filosofis antara Akal, Nilai, dan Ketuhanan

Mencari Jiwa Hukum Indonesia: Refleksi Filosofis antara Akal, Nilai, dan Ketuhanan

13 December 2025
0

Penilaian Kinerja Kepala Sekolah Dari Administrasi Menuju Pemimpin Pembelajaran

8 December 2025
0

Hukum Bisa Direkayasa Tapi Alam tak Pernah Bohong

7 December 2025
0

PURBAYA YUDHI SADEWA: ANGIN SEGAR BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL

4 December 2025
0
Next Post
Heti Sonjaya, Anak Penjual Makanan keliling Wakili Jabar di Final LKSN SMK Tingkat Nasional 2021

Heti Sonjaya, Anak Penjual Makanan keliling Wakili Jabar di Final LKSN SMK Tingkat Nasional 2021

https://datapers.dewanpers.or.id/media/certificate

2025 © swarapendidikan.co.id

TENTANG KAMI

  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In