Kepala SDN Tapos 2, Ajeng Fitriani, dikenal sebagai figur yang tangguh dan inspiratif. Berangkat dari pengalaman sebagai guru honorer di Cilacap, beliau menunjukkan dedikasi luar biasa hingga akhirnya dipercaya memimpin salah satu sekolah dasar di Depok. Berdasarkan laporan Swara Pendidikan, Bu Ajeng berhasil menata manajemen sekolah secara efektif, memperkuat kedisiplinan, dan mengembangkan suasana kerja yang harmonis. Beliau juga aktif membina guru, mengoptimalkan peran masyarakat, serta mendorong inovasi dalam pembelajaran. Semua langkah ini memperlihatkan gaya kepemimpinan yang matang dan berorientasi pada perubahan positif.
Sementara itu, aspek authentic leadership terlihat dari ketulusan dan kejujurannya dalam memimpin. Beliau menunjukkan integritas dalam setiap kebijakan yang diambil, baik dalam pengelolaan keuangan, program kerja, maupun penilaian kinerja guru. Guru-guru menilai kepemimpinannya sebagai sosok yang terbuka terhadap kritik dan reflektif terhadap hasil kinerja sekolah. Sikap autentik ini memperkuat kepercayaan seluruh warga sekolah dan menciptakan suasana kerja yang sehat.
Sementara itu, dari sisi servant leadership Bu Ajeng menunjukkan semangat pelayanan yang kuat. Beliau tidak menempatkan diri di atas guru atau orang tua, melainkan hadir sebagai fasilitator dan pendamping. Dalam pertemuan parenting, beliau mendengarkan aspirasi, memberikan motivasi, dan memastikan bahwa suara orang tua ikut membentuk kebijakan sekolah. beliau berfokus pada kesejahteraan seluruh komunitas pendidikan, membantu guru berkembang secara profesional, mendukung peserta didik belajar dengan bahagia, dan memberdayakan orang tua agar lebih terlibat dalam proses pendidikan anak.
Selanjutnya, kepemimpinan Bu Ajeng juga mencerminkan teori Leader Member Exchange (LMX), dimana hubungan antara pemimpin dan bawahan yang dibangun berdasarkan rasa saling percaya, komunikasi terbuka, dan dukungan timbal balik. Beliau sering melibatkan guru dalam proses perencanaan program sekolah, mendengarkan masukan mereka, dan menjadikan keputusan sebagai hasil dialog bersama. Pendekatan ini menciptakan rasa memiliki sense of belonging yang kuat pada kalangan guru dan tenaga kependidikan, sehingga budaya kerja kolaboratif dapat tumbuh secara alami.
Melalui ketiga teori kebijakan dari Bu Ajeng Fitriani menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah yang efektif tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pengawasan, tetapi juga oleh kemampuan membaca konteks, melayani, dan membangun hubungan yang bermakna. Gaya kepemimpinannya menjadi contoh nyata bagaimana seorang pemimpin perempuan di dunia pendidikan mampu menggerakkan perubahan yang berakar pada kebijakan, berjiwa pelayanan, dan berorientasi pada kesejahteraan seluruh warga sekolah.**
Sumber: Swara Pendidikan. (2025, September). Ajeng Fitriani: Dari Guru Honorer di Cilacap Hingga Jadi Kepala SDN Tapos 2 Depok. Diakses dari https://swarapendidikan.co.id/ajeng-fitriani-dari-guru-honorer-di-cilacap-hingga-jadi-kepala-sdn-tapos-2-depok/
Penulis: Savira Hadiyanti
Prodi : S2 Pendidikan Dasar
Universitas Negeri Surabaya




