Swara Pendidikan.co.id, (Barito Kuala, Kalsel) Untuk meningkatkan pemahaman dan ketrampilan masyarakat terkait penanganan mamalia terdampat, BPSPL Pontianak menggelar “Bimbingan Teknis Penanganan Mamalia Laut Terdampar” di Kecamatan Tabunganen, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Sambutan disampaikan oleh Kepala BPSPL Pontianak, Bapak Suko Wardono dan Kepala DKP Barito Kuala, Ir. H. Edy Rosadi.,M.P yang sekaligus membuka acara tersebut. Kamis, (18 Februari 2016)
Materi BIMTEK ini meliputi Identifikasi dan Sebaran Mamalia Laut, Aspek Medis Penanganan Mamalia Laut Terdampar, Teknik Penanganan Mamalia Laut Terdampar dan Pembentukan Jejaring Penanganan Mamalia Laut Terdampar.
Dari informasi masyarakat setempat, potensi mamalia laut di perairan Barito Kuala dan sekitarnya bukan hanya Lumba – lumba, namun juga jenis dilindungi lainnya, seperti Pesut/ Pasut dan Paus. Bahkan sekitar tahun 1980 terdapat seekor Paus yang terdampar di daerah ini. Untuk mengantisipasi kembali kejadian serupa BPSPL Pontianak juga menghimbau kepada masyarakat untuk melaporkan apabila mengetahui adanya mamalia laut terdampar ke Nomer Telepon/ Hotline yang telah terpasang di Balai Desa Kuala Lupak.
Dalam kesempatan itu, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati (KKHL), Ditjen. Pengelolaan Ruang Laut – Kementerian Kelautan dan Perikanan yang diwakilkan oleh Kepala BPSPL Pontianak memberikan “Piagam Penghargaan” kepada Bujo Suwanto dan Sandri atas aksinya menyelamatkan Lumba – lumba terdampar pada bulan September 2015 lalu. Kepala BPSPL Pontianak berharap, penghargaan ini dapat memberikan contoh kepada masyarakat untuk bersama – sama peduli terhadap kelestarian Mamalia Laut serta jenis ikan dilindungi lainnya.
Kronologis kejadian Lumba – lumba terdampar pada tahun 2015 diketahui oleh BPSPL Pontianak Satker Banjarmasin berdasarkan laporan masyarakat. Selanjutnya dilakukan koordinasi penyelamatan dengan DKP Barito Kuala, DKP Provinsi Kalsel, Satker PSDKP Banjarmasin, Dokter Hewan dan Universitas Lambungmangkurat. Tidak berselang lama Tim Penyelamat mengunjungi kolam penampungan untuk melakukan penanganan. Dari keterangan masyarakat diketahui bahwa, Selasa, 8 September 2015 terdapat Lumba – lumba terdampar ditemukan oleh 2 (dua) orang nelayan dari Desa Tanggul Rejo, yaitu Sdr. BUJO SUWANTO dan Sdr. SANDRI dalam kondisi hidup dengan posisi terjerat oleh akar mangrove di perairan Kuala Lupak. Mereka berinisiatif untuk menolong Lumba – lumba tersebut. Karena tidak mengetahui cara penanganan mamalia laut terdampar, perairan dalam kondisi surut berlumpur serta alasan keamanan, diputuskan untuk membawa Lumba – lumba tersebut ke rumahnya di Desa Tanggul Rejo, Kec. Tabunganen. Di Desa ini, Lumba – lumba ditempatkan di dalam kolam air tawar dengan ukuran sekitar 10 x 20 m dan kedalaman air 80 cm. Sdr. Bujo Suwanto dan Sdr. Sandri beserta beberapa masyarakat setempat memberikan ikan kecil sebagai makanannya.Selama satu hari di dalam kolam penampungan sementara, terdapat tawaran dari beberapa orang yang bersedia membeli Lumba – lumba tersebut dengan harga antara 10 – 15 juta rupiah, namun mereka berdua tidak bersedia menerima tawaran tersebut, karena mempunyai rasa kasihan dan keinginan kuat agar Lumba – lumba tersebut tetap hidup serta dapat dikembalikan ke habitatnya dengan selamat. Setelah tim penyelamat tiba di lokasi kolam penampungan, segera dilakukan pemeriksaan oleh Tim Penyelamat bersama Dokter Hewan (Drh. Annang Dwijatmiko). Hasilnya diketahui bahwa Lumba – lumba tersebut mempunyai ukuran panjang 210 cm, berjenis kelamin betina, banyak terdapat luka di tubuhnya dan dalam kondisi lemah. Untuk mengobati dan menguatkan kondisi Lumba – lumba tersebut, kemudian diberikan antibiotik dan vitamin. Lumba – lumba tersebut diketahui jenis Steno bredanensis. Dikarenakan hari sudah larut malam dan cuaca sedang tidak bersahabat, pelepasan Lumba – lumba baru dapat dilakukan keesokan hari.
Keesokan harinya kondisi Lumba – lumba menjadi lebih baik, kemudian segera dilepaskan ke laut dengan kedalaman air sekitar 10 m. Diperlukan waktu sekitar 15 menit bagi Lumba – lumba untuk beradaptasi dan dapat berenang secara normal. Adapun urutan adaptasinya adalah sebagai berikut: menyemburkan nafas, teriakan suara, berenang dipermukaan air, berenang masuk kedalam air kemudian muncul kembali, dan akhirnya masuk kedalam air dan tidak muncul kembali.
Dalam kesempatan ini Sdr. BUJO SUWANTO dan Sdr. SANDRI yang mengikuti pelepasan tersebut menyatakan merasa sangat senang dan terharu karena dapat melepaskan Lumba – lumba yang telah dipeliharanya selama 3 (tiga) hari dalam kondisi selamat. Meskipun, mereka mengetahui bahwa mamalia laut, seperti Lumba – lumba/ Dugong/Paus/ Pesut di kampungnya mempunyai nilai ekonomis. (BPSPL/deddyamier)