Oleh : Rissa Churria
Ilmu adalah salah satu harta yang tak ternilai. Anehnya, harta ini justru bertambah nilainya ketika dibagi kepada orang lain. Pepatah bijak mengatakan bahwa ilmu tidak akan habis ketika dibagi, justru semakin banyak dan semakin bermanfaat. Membagikan ilmu bukan hanya menguntungkan orang lain, tetapi juga diri kita sendiri.
Bila ilmu saya ibaratkan sebagai sebuah sungai yang mengalir deras. Ketika air sungai tersebut dialirkan ke berbagai tempat, ia tidak pernah mengering atau habis, melainkan semakin memberikan kehidupan bagi lingkungan sekitarnya. Tanaman-tanaman tumbuh subur, hewan-hewan bisa minum dari airnya, dan manusia bisa memanfaatkannya untuk berbagai kebutuhan. Sungai yang terus mengalir ini menciptakan ekosistem hidup dan seimbang.
Begitu pula dengan ilmu. Saat kita membagikan pengetahuan, kita sedang mengalirkan “air kehidupan” kepada orang lain. Ilmu yang di sebarkan akan memunculkan ide-ide baru, membuka wawasan, dan menciptakan peluang bagi banyak orang untuk berkembang. Dan seperti sungai yang terus mengalir, ilmu yang dibagi akan terus berkembang dan membawa manfaat bagi lebih banyak orang.
Keuntungan Pribadi dari Berbagi Ilmu
Berbagi ilmu tidak hanya membawa manfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri sendiri. Ketika kita mengajarkan atau membagikan pengetahuan, sekaligus meninjau dan memperdalam pemahaman kita. Proses ini tidak hanya membantu kita mengorganisir informasi dengan lebih baik, tetapi juga memperkuat pengetahuan melalui interaksi dan diskusi dengan orang lain.
Selain itu, berbagi ilmu membuka jalan bagi terbentuknya jaringan sosial yang kuat. Setiap kali berbagi pengetahuan, kita berinteraksi dengan orang lain yang mungkin memiliki perspektif atau informasi tambahan yang bisa dipelajari. Hubungan ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga menciptakan peluang kolaborasi dan pengembangan diri yang berkelanjutan.
Merugi Jika Tidak Berbagi
Di sisi lain, menyimpan ilmu untuk diri sendiri sama saja dengan menyimpan air dalam wadah tertutup. Seperti air yang terperangkap dalam wadah, lama-kelamaan ia akan menggenang dan mungkin menjadi basi. Ilmu yang tidak dibagikan juga akan kehilangan relevansi dan manfaatnya. Pengetahuan yang tidak digunakan atau tidak diajarkan pada akhirnya akan terlupakan dan tak berguna.
Bahkan lebih dari itu, menyimpan ilmu bagi diri sendiri berarti menyia-nyiakan potensi untuk berkontribusi pada masyarakat dan generasi akan datang. Seperti sungai berhenti mengalir, ilmu yang tidak dibagi akan berhenti memberikan kehidupan dan manfaat.
Berbagi ilmu, dia akan terus berkembang dan akan banyak memberikan manfaat. Seperti sungai, mengalir memberikan kehidupan kepada segala sesuatu yang disentuhnya. Sebaliknya, ilmu yang tidak dibagikan akan stagnan dan merugi, kehilangan potensi untuk tumbuh dan berkembang.
Maka, mari kita terus berbagi ilmu yang dimiliki, karena dengan berbagi, kita tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga memperkaya diri sendiri dan memastikan bahwa pengetahuan kita tetap hidup, berkembang, dan bermanfaat bagi dunia yang terus berubah. **
Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.