Swara Pendidikan (Bojongsari, Depok) – Wajah Paryadi tampak tak mampu menyembunyikan rasa harunya pada Rabu (26/11/2025) pagi itu. Di ruang sederhana tempatnya biasa mempersiapkan perlengkapan olahraga untuk siswa SDN Duren Seribu 04, dia membuka satu per satu amplop kecil berwarna warni yang ditata rapi di atas meja.
Bukan hadiah mewah, tetapi belasan surat tulisan tangan dari murid-muridnya. Pesan sederhana yang ditulis dengan huruf tidak selalu rapi itu justru menjadi hadiah paling indah bagi seorang guru PJOK yang mengabdikan dirinya selama bertahun-tahun.
“Di HUT Guru 2025 saya banyak menerima surat dari siswa SDN Duren Seribu 04. Isinya antara lain ucapan terima kasih dan doa agar saya selalu sehat,” ungkap Paryadi dengan mata berkaca-kaca. “Mereka menulis karena merasa terbantu dengan bimbingan, keikhlasan, dan ketulusan saya dalam mengajar. Itu sangat berarti bagi saya.”
Dari sekian banyak surat, salah satunya datang dari seorang siswa kelas 5B yang dikenal berprestasi di cabang olahraga bulutangkis. Anak itu berhasil meraih prestasi berkat kegigihannya berlatih dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipandu langsung oleh Paryadi.
Dalam sepucuk kertas sederhana, siswa itu menulis,
“Selamat Hari Guru, mudah-mudahan Pak Paryadi dalam mengajar tambah sabar.”
Kalimat singkat itu, kata Paryadi, menjadi salah satu yang paling menyentuh hatinya.
“Saya merasa sangat bahagia karena tepat di Hari Guru 2025 bisa menerima surat yang ditulis dari anak-anak yang pernah saya ajar, meski sekarang sudah naik kelas,” ujarnya dengan senyum bangga.
Di tengah kesibukannya melatih dan membimbing siswa di lapangan, Paryadi mengaku tak pernah menyangka akan menerima bentuk penghargaan semanis itu. Baginya, surat-surat tersebut lebih bernilai dibanding piala atau penghargaan resmi.
Total sekitar 15 surat diterimanya pada peringatan HGN ke-80. Setiap helai kertas itu kini disimpan dengan hati-hati di rumahnya, dibungkus plastik agar tetap awet dan dapat dibuka kembali suatu hari nanti.
“Surat-surat itu saya simpan baik-baik. Bagi saya, itu penghargaan yang tak ternilai,” tuturnya.
Bagi Paryadi, mengajar bukan sekadar menyampaikan materi olahraga, tetapi membentuk karakter dan membangun kedekatan yang tulus. Dan pada Hari Guru Nasional tahun ini, ia menerima balasan yang tak pernah ia duga—cinta dan penghormatan dari murid-muridnya.
Di ruang kelas, di lapangan sekolah, di setiap keringat yang menetes saat latihan, ia menemukan alasan untuk terus mengabdi. Sebab, bagi seorang guru sejati, penghargaan terbaik adalah ketika murid mengingatnya dengan hati.
Editor : Nurjaya Saputra




