Swara Pendidikan (Pancoran Mas, Depok) — Siswa kelas 5 SDN Pancoran Mas 1 mengikuti kegiatan edukasi membatik bersama mahasiswa dari Program Studi Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), pada Jumat (17/10/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Edukasi Membatik Universitas Indonesia (Edukatik), salah satu kegiatan berbasis hibah Kepedulian kepada Masyarakat (Kepmas) UI Tahun 2025.
Kepala SDN Pancoran Mas 1, Iis Gustini menyambut baik pelaksanaan kegiatan tersebut. Ia menyebutkan program Edukatik memiliki nilai positif bagi siswa karena memperkenalkan budaya batik sejak dini, sekaligus mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai.
“Alhamdulillah, program dari mahasiswa UI ini sejalan dengan visi sekolah untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya Indonesia sejak dini. Ini juga menjadi alternatif positif agar anak-anak tidak terlalu sering bermain HP,” ucap Iis Gustini.
Kegiatan ini mendapat respons sangat baik, baik dari wali murid maupun masyarakat sekitar, kata Iis, pihak sekolah juga berencana menindaklanjuti kegiatan tersebut dengan memasukkan materi membatik ke dalam pelajaran seni rupa sebagai bentuk penguatan pembelajaran pasca-Edukatik.
“Tim mahasiswa UI juga berencana melaksanakan program lanjutan berupa pengenalan permainan tradisional dan kegiatan literasi pada bulan Desember mendatang,” imbuhnya.
Sementara itu, ketua pelaksana kegiatan, Regina Suci Agustin menjelaskan bahwa Edukatik merupakan bagian dari program hibah Kepmas UI yang menyasar sekolah-sekolah di sekitar lingkungan kampus.
“Alhamdulillah, kami lolos seleksi hibah Kepmas UI 2025 dan memilih SDN Pancoran Mas 1 karena lokasinya berdekatan dengan Kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas, yang termasuk wilayah jangkauan program,” ungkap Regina.
Fokus kegiatan Edukatik adalah mengedukasi anak-anak yang terlalu sering bermain gawai (gadget-holic) melalui aktivitas budaya yang membangun karakter dan memperkenalkan kearifan lokal.
Wakil ketua pelaksana, Rani Maulida turut menjelaskan, masyarakat selama ini cenderung mengenal batik hanya sebagai motif, padahal batik adalah proses dan wujud kegiatan budaya yang sarat nilai.
“Sebagai mahasiswa Sastra Jawa, kami mengangkat proses pembuatan motif Jawa. Ada tiga jenis batik, yaitu batik tulis, batik cap, dan batik kombinasi (krek). Untuk kegiatan ini kami memilih batik cap karena lebih aman dan mudah dilakukan anak-anak,” jelas Rani.
Ia juga menekankan bahwa UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya tak benda dunia bukan hanya karena motifnya, tetapi karena nilai dan proses pembuatannya.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memotivasi anak-anak untuk mencintai budaya bangsa, serta memberi inspirasi bahwa mereka pun bisa berkuliah di Universitas Indonesia suatu hari nanti,” pungkas Rani. (Amr)