Itu ayah…
Sosok tangguh,
Langkahnya berat—namun tak pernah surut.
Ia menanggung dunia,
Demi keluarganya selamat hingga akhirat.
Kerut di wajahnya bukan sekadar usia,
Tapi jejak lelah yang ditukar dengan rida Sang Ilahi.
Diamnya menyimpan sejuta rencana,
Untuk indah yang sedang diperjuangkan bersama.
Langkahnya tak kenal henti,
Menuju puncak kebahagiaan yang hakiki.
Bahkan saat dunia tak ramah,
Ia tetap berdiri, demi tawa di rumah.
Ayah tak takut letih,
Tak gentar pada pedih.
Namun hatinya gemetar,
Jika anaknya tumbuh tanpa arah dan sadar.
Karena kalian lahir dalam suci,
Ia ingin kalian kembali pun demikian nanti.
Maka ia berjuang, dalam diam dan doanya,
Agar fitrah itu tetap menyala.
Itu ayah…
Tak banyak bicara,
Tapi cintanya
Ada di setiap langkah, setiap doa,
Setiap peluh,
Setiap luka.
****