Swara Pendidikan (Cilodong, Depok) – SDIT Cipta Insani kembali melaksanakan program pelatihan rutin setiap bulan bagi guru dan staf karyawan. Pada Rabu (25/9/2025) kali ini, sekolah yang dikenal konsisten membangun budaya belajar untuk warganya itu mengangkat tema “Beyond Teaching: Soft Skill dan Etika Pelayanan”.
Narasumber yang hadir pun memberi nuansa tersendiri. Indra Yudha, S.E., M.Pd, merupakan ayah dari Ghifari Senja Rayudha, siswa kelas 2 Marwah, dipercaya untuk membagikan pengalaman dan ilmunya. Dengan gaya penyampaian yang lugas, dia mengajak 20 peserta yang hadir memahami pentingnya pelayanan prima, bukan hanya kepada siswa, tetapi juga kepada orang tua.
“Pelatihan rutin bulanan ini memang selalu menghadirkan sesuatu yang berbeda. Pada kesempatan kali ini, orang tua siswa berperan sebagai pemateri. Tujuannya jelas, untuk memberikan pemahaman bahwa pelayanan prima adalah bagian penting dari ekosistem pendidikan,” tutur Pembina Harian SDIT Cipta Insani, Wawan Hermawan, S.Hum, S.Pd kepada Swara Pendidikan.
Wawan mengatakan, dukungan orang tua terhadap program sekolah selama ini sangat terasa. Setiap program selalu mendapat sambutan baik. ”Kami berharap, kolaborasi antara sekolah dan orang tua siswa bisa semakin terjalin erat,” ujarnya.
Menurut Wawan, pelatihan tidak berhenti di pelatihan bulanan, SDIT Cipta Insani juga mengadakan kegiatan “guru untuk guru” setiap pekan. Fokusnya pada peningkatan kompetensi bahasa Arab dan bahasa Inggris, yang rutin dilaksanakan setiap Jumat usai rapat Kelompok Kerja Guru (KKG).
Sementara itu, Kepala SDIT Cipta Insani, Kiki Rizki, menegaskan bahwa program pelatihan ini sejalan dengan cita-cita sekolah untuk terus berkembang menjadi lembaga pendidikan unggul.
“Kami ingin para pendidik di SDIT Cipta Insani tidak hanya pandai mengajar, tetapi juga mampu menghadirkan pelayanan terbaik dengan penuh keteladanan,” tandasnya.
Kiki mengakui materi pelatihan kali ini sangat menarik, mulai dari pelayanan bintang lima, fakta tentang pelanggan, elemen pengalaman bintang lima, hingga social style. “Semoga pondasi sekolah ini semakin kuat, baik dari sisi budaya, standar, kepemimpinan, edukasi, maupun feedback di masyarakat,” harap Kiki. (Nurjaya SP)