Swara Pendidikan (Sawangan, Depok)-Sosok Ahmad Latip (53), pria yang telah sembilan tahun menjabat sebagai Kepala SMK An Nur, Sawangan. Tak hanya memimpin sekolah dengan jumlah siswa mencapai 349 orang, Ahmad juga dipercaya sebagai Wakil Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK Kota Depok dari tahun 2019. Perannya difokuskan pada bidang Sarana dan Prasarana (Sarpras) serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), dua aspek krusial yang menopang kualitas pendidikan di era digital saat ini.
SMK An Nur bukanlah sekolah yang besar. Letaknya pun bukan di pusat kota, melainkan di ujung Depok yang sering luput dari perhatian. Namun sejak Ahmad aktif di MKKS, perlahan sekolah yang dulunya nyaris tak terdengar, kini mulai dikenal, bahkan menjadi contoh bagaimana kolaborasi dan integritas bisa mengangkat citra lembaga pendidikan.
“Dulu nama sekolah kami belum banyak dikenal. Tapi setelah terlibat aktif di MKKS, kami bisa menunjukkan bahwa sekolah di pinggiran pun bisa memberikan kontribusi yang nyata,” ungkap Ahmad Latip saat ditemui Swara Pendidikan di ruang kerjanya, Rabu, 3 September 2025.
Tantangan Dapodik dan Ketidaksesuaian Data
Salah satu tantangan berat yang dihadapinya tahun ini adalah proses pembaruan sistem Dapodik (Data Pokok Pendidikan). Versi terbaru Dapodik yang dirilis untuk tahun ajaran 2026 memuat banyak fitur baru dan kini mewajibkan pendataan siswa mengacu langsung pada Kartu Keluarga (KK).
“Tahun ini prosesnya lebih rumit. Banyak data siswa yang tidak sinkron, misalnya nama di KK berbeda dengan di ijazah. Kami harus aktif menyosialisasikan ini ke sekolah-sekolah, dan sekolah juga harus menjembatani komunikasi dengan orang tua,” jelas Ahmad.
Sebagian besar orang tua siswa akhirnya memilih memperbarui data di KK agar sesuai dengan dokumen resmi pendidikan. Dalam lingkup MKKS, koordinasi ini melibatkan 126 SMK di Kota Depok, terdiri dari 4 SMK negeri dan selebihnya SMK swasta.
Di balik tanggung jawab organisasinya, Ahmad Latip tak berhenti belajar. Saat ini, ia juga tengah menempuh pendidikan program doktoral (S-3), sebuah langkah yang mencerminkan semangatnya untuk terus tumbuh dan membawa perubahan dalam dunia pendidikan.
Sebagai Wakil Ketua MKKS di bidang Sarpras dan ICT, ia memiliki harapan besar agar sekolah-sekolah swasta dapat terbantu, khususnya dalam pembenahan sistem data dan teknologi pendidikan.
“Ketika data sekolah dikelola dengan rapi dan berbasis digital, sekolah bisa lebih responsif terhadap permintaan dari dinas atau lembaga lain. Ini bagian dari transparansi dan efisiensi,” katanya.
Bagi Ahmad, posisi di MKKS bukan sekadar jabatan formal. Ia melihatnya sebagai ladang pengabdian untuk saling membantu antar kepala sekolah, khususnya dalam membenahi infrastruktur dan sistem informasi yang selama ini kerap menjadi tantangan utama sekolah-sekolah swasta.
“Tugas ini memang cukup berat. Tapi kami berusaha maksimal memberikan pelayanan terbaik. Kami bukan organisasi yang mencari keuntungan, namun punya tanggung jawab sosial untuk saling menguatkan,” ujarnya.
Menyalakan Cahaya dari Pinggiran
Ahmad Latip adalah bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari mana saja—bahkan dari sekolah yang berada di “pojok” kota. Dengan konsistensi, kolaborasi, dan semangat belajar tanpa henti, ia menyalakan cahaya di tengah keterbatasan, mengangkat sekolahnya dari sekadar nama menjadi institusi yang diperhitungkan.
“InsyaAllah, selagi ada niat dan kerja keras, sekolah kami dan sekolah-sekolah lain di Depok akan terus maju bersama,” tutupnya, penuh harap. (Dib)