Swara Pendidikan (Tapos, Depok)- Tahun ajaran baru 2025/2026 yang dimulai pada Senin, 14 Juli 2025, menjadi momentum penting bagi SDN Cimpaeun 3, Tapos, dengan diterapkannya kurikulum yang mengalami sejumlah revisi signifikan. Salah satu perubahan mencolok adalah dihapusnya istilah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang kini digantikan dengan pendekatan baru bernama Project-Based Learning (PJBL).
Kepala SDN Cimpaeun 3, Rina Hastarita menyampaikan bahwa kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah dimulai setelah berakhirnya proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) dan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
“Ada beberapa revisi dan penambahan dalam kurikulum tahun ini. P5 dihapus dan diganti dengan istilah Pembelajaran berbasis Project (PJBL). Selain itu, diperkenalkan juga mata pelajaran baru seperti Coding dan Kecerdasan Artifisial (AI), serta penguatan terhadap Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat,” ungkap Rina saat diwawancarai Swara Pendidikan di ruang kerjanya, Senin (21 Juli 2025).
Tidak Ada Kurikulum Baru
Meski banyak perubahan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan bahwa tidak ada kurikulum baru yang diberlakukan secara nasional. Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka masih digunakan, namun dengan sejumlah penyesuaian dan penyegaran materi serta metode pembelajaran.
Salah satu pendekatan yang dikedepankan adalah deep learning atau pembelajaran mendalam. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyatakan bahwa deep learning bukan kurikulum, melainkan metode untuk memperbarui proses pembelajaran agar lebih bermakna dan berkelanjutan.
“Deep learning adalah metode untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pembelajaran yang mendalam, bukan sekadar menghafal,” ujar Rina.
Hasil dari pendekatan ini diharapkan dapat membentuk profil lulusan dengan delapan dimensi kompetensi, yakni:
- Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Kewargaan
- Kreativitas
- Kemandirian
- Komunikasi
- Kesehatan
- Kolaborasi
- Penalaran kritis
Generasi Panca Waluya Khas Jawa Barat
Sebagai tambahan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Gubernur Kang Dedi Mulyadi juga mengimbau seluruh satuan pendidikan untuk mengintegrasikan program Generasi PANCA WALUYA dalam kurikulum sekolah. Program ini bertujuan membentuk generasi yang cageur (sehat), bageur (baik hati), bener (jujur), pinter (cerdas), dan singer (terampil).
P5 Dihapus, Diganti dengan PJBL
Dengan dihapusnya P5, jabatan Koordinator P5 yang sebelumnya menjadi tugas tambahan guru juga resmi ditiadakan. Sebagai pengganti, sekolah akan menunjuk Koordinator Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PJBL), dengan beban kerja setara.
“P5 yang pada kurikulum sebelumnya berdiri sendiri, kini dimasukkan ke dalam mata pelajaran. Pendekatannya kini menggunakan Project-Based Learning, yaitu pembelajaran berbasis proyek sebagai media eksplorasi dan kreasi peserta didik,” jelas Rina.
PJBL memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi guna menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Berbeda dengan P5 yang wajib diterapkan oleh semua mata pelajaran, kegiatan kokurikuler bersifat opsional dan dapat disesuaikan dengan kesiapan masing-masing sekolah.
Tantangan Implementasi
Meski mendukung perubahan tersebut, Rina mengakui implementasi kurikulum ini akan ada kendala. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia, terutama dalam hal penguasaan teknologi.
“Jujur saja, banyak guru yang masih gaptek (gagap teknologi), termasuk saya sendiri. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami untuk meningkatkan keterampilan dalam penggunaan laptop dan perangkat digital lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, kekurangan tenaga pendidik juga menjadi persoalan serius. Saat ini, masih ada guru yang harus mengajar dua kelas secara bersamaan akibat belum adanya penambahan formasi guru baru.
“Kami berharap kurikulum ini benar-benar menjadi ruang kreativitas dan penguatan karakter siswa. Namun tentu saja, semua ini memerlukan proses dan dukungan pelatihan yang memadai bagi para guru,” tutup Rina. (NJ Saputra)