Swara Pendidikan (Depok) – Dinas Pendidikan Kota Depok menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) selama dua hari, pada 3–4 Juni 2025. Kegiatan ini diikuti oleh para kepala sekolah dan guru sebagai ruang strategis untuk mendalami isu-isu pendidikan terkini, mulai dari optimalisasi dana BOS Kinerja, kebijakan ijazah digital (e-ijazah), hingga pendekatan pembelajaran deep learning.
Pada hari pertama, peserta fokus membahas pemanfaatan dana BOS Kinerja sesuai Permendikdasmen No.30/P/2025. Penekanan diberikan pada pentingnya pencapaian mutu sebagai indikator penyaluran BOS Kinerja. Beberapa sekolah di Kecamatan Cilodong seperti SMPN 6, SMPN 31, SMP Islam Ramah Anak, dan SMPIT Misbahussudur menjadi contoh sekolah berkinerja terbaik berkat penerapan prinsip-prinsip MBS yang efektif.
Isu lainnya adalah transformasi kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang kini dikategorikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler, dengan pola 1 jam pelajaran per sesi tetap dipertahankan.
Sorotan penting juga datang dari penerapan e-ijazah bagi lulusan tahun ini. Sekolah diberikan keleluasaan menentukan tanggal ijazah berdasarkan waktu pengunduhan dari sistem pusat. Namun, ketelitian dalam pengisian data menjadi krusial karena kini ijazah tidak lagi menggunakan cap tiga jari sebagai bentuk pengesahan.
Selain itu, proses Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ini ditekankan lebih ketat. Dinas Pendidikan menegaskan bahwa tidak ada toleransi terhadap praktik titip-menitip dari pihak eksternal, termasuk intervensi dari oknum dewan.
“Jika ada pelanggaran, Wakil Menteri Pendidikan akan turun tangan langsung,” tegas panitia dalam sesi diskusi.
Penegasan ini dinilai membuka peluang lebih besar bagi sekolah swasta untuk memainkan peran strategis dalam sistem pendidikan di Kota Depok.
Deep Learning Jadi Sorotan Utama
Hari kedua menjadi puncak kegiatan dengan hadirnya Yanuar Dwi Prasetyo, pegiat pendidikan dan narasumber nasional, yang menyampaikan urgensi pendekatan deep learning dalam pembelajaran abad ke-21.
“Sebagus apa pun kurikulumnya, kalau gurunya tidak berubah, maka tidak akan terjadi transformasi,” ujar Yanuar dalam paparannya.
Ia memperkenalkan pendekatan deep learning yang berpijak pada tiga pilar utama: mindful, meaningful, dan joyful learning. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami materi, tetapi juga mengaplikasikan, merefleksikan, bahkan menghasilkan karya yang bermakna.
Yanuar mendorong para guru untuk menerapkan filosofi learning by leading—menjadi contoh dalam proses belajar.
“Sebelum meminta siswa berubah, guru harus berubah terlebih dahulu,” tambahnya.
Pendekatan ini juga ditujukan untuk melahirkan enam kompetensi global: Karakter, Kewarganegaraan, Kolaborasi, Komunikasi, Kreativitas, dan Berpikir Kritis.
Di sesi penutup, peserta diajak bergabung dalam komunitas Deep Learning Indonesia sebagai wadah kolaborasi antar pendidik untuk membangun budaya belajar yang mendalam, adaptif, dan berkelanjutan.
“Deep learning bukan sekadar kebijakan, melainkan gerakan. Mari mulai dari diri sendiri untuk membangun pembelajaran yang memuliakan manusia,” pungkas Yanuar.
Dengan semangat perubahan ini, Bimtek MBS Kota Depok menjadi tonggak penting bagi pendidikan yang transformatif, inklusif, dan bermutu tinggi.**
Pengirim: Saepullah, Kepala Sekolah SMP Islam Ramah Anak
Editor: Gus JP




