ADVERTISEMENT
  • BERITA UTAMA
    • NASIONAL
    • Internasional
    • KABAR DAERAH
    • METROPOLITAN
  • KABAR SEKOLAH
    • SMA
    • SMK
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • MI/DINIYAH
    • PAUD/TK
  • PROFIL SEKOLAH
    • SMK
    • SMA
    • MA
    • SMP
    • MTS
    • SD
    • TK/PAUD
    • MI/DINIYAH
  • MENULIS
    • Artikel Guru
    • Artikel Dosen/Mahasiswa
    • Opini
  • TIPS EDU
  • EDU INFO
    • Klik Pendidikan
    • Info Pendidikan
    • Info Guru
  • RUANG SASTRA
    • Cerpen
    • Puisi
  • ULASAN BUKU
    • BAHAN AJAR
    • BUKU UMUM
  • INSPIRASI PENDIDIKAN
  • JEJAK PRESTASI
Swara Pendidikan
  • Login
Friday, December 5, 2025
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Swara Pendidikan
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

Masalah Guru Honorer, Scene Horor Pendidikan di Bawah Kapitalisme

Oleh: Zulfian Haris Yudha Pramuji*

by SWARA PENDIDIKAN
21 May 2025
in Cipar, MENULIS
0
Masalah Guru Honorer, Scene Horor Pendidikan di Bawah Kapitalisme

foto: Ilustrasi guru honorer/mediabanten

          

 

 

Kapitalisme telah menjadi momok bagi pendidikan. Ragam permasalahan pendidikan di bawah sistem profit hari ini menyebabkan distorsi fungsi serta tujuan dari pendidikan yang menjadi hak dasar bagi manusia. Imbasnya, sistem ini akhirnya menyediakan basis bagi kebijakan timpang yang berdampak tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik.

Guru honorer adalah salah satu yang terdampak. Masih ada banyak guru honorer yang digaji di bawah 500 ribu rupiah sehingga mereka melakukan kerja sampingan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahun lalu pula, ratusan guru honorer di Jakarta terkena dampak “cleansing” yang mencederai harkat martabat guru honorer. Kini, guru dijanjikan akan diberi bantuan langsung ke rekening antara 300-500 ribu per bulan dan ini masih jauh dari apa yang disebut laik untuk menjalani kehidupan yang kapitalistik hari ini.

BACA JUGA

PURBAYA YUDHI SADEWA: ANGIN SEGAR BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL

Di Tengah Krisis Bencana, Kita Kembali Mencari Sosok Seperti Sutopo

Menjemput Masa Depan Pendidikan Indonesia dari Negeri Ginseng

Guru, Penjaga Peradaban di Tengah Dunia yang Terus Berubah

 

Tulang Punggung Yang di Lupakan

Masalah guru honorer bukan masalah baru, lebih dari 1 dekade masalah tersebut menjadi salah satu wajah bagi pendidikan di Indonesia. Secara bersamaan, kebijakan telah bergulir dan tidak pernah menyentuh akar masalah. Undang-undang perlindungan guru pun telah ada namun berjalan tidak sesuai dengan harapan. Dampaknya membuat masyarakat semakin sinis dan pesimis melihat profesi keguruan meskipun secara bersamaan dianggap sebagai salah satu kunci bagi kemajuan pendidikan.

Menjadi tulang punggung bagi sekolah yang kekurangan tenaga pendidik adalah salah satu tugas utama yang menyebabkan dilema bagi guru honorer. Jam kerja yang sama dengan guru ASN tetapi gaji tidak sama merupakan konsekuensi dari berlangsungnya privatisasi dalam pendidikan di bawah kapitalisme. Tidak mengherankan jika beban kerja guru honorer adalah sama dengan guru ASN tetapi hanya dibayar sesuai kemampuan sekolah yang anggarannya pun terkadang tidak cukup untuk memberikan fasilitas yang laik dalam penyelenggaraan pendidikan. Meski demikian, hal tersebut sering kali membuat guru honorer tetap bertahan dalam dilema, hanya demi terdaftar dalam data pokok pendidikan guna mendapatkan bantuan atau tunjangan.

 

Ratusan Milyar Hilang Entah Kemana

Periode pemerintahan hari ini menjadi tahun bersejarah karena dana pendidikan mencapai bilangan tertingginya dari pada periode sebelumnya. Karenanya pencapaian tersebut membuat pemerintah berbangga diri. Tetapi dana tersebut seperti angka fiktif yang sama sekali tidak memberikan dampak signifikan guna mendongkrak pendidikan ke level yang lebih baik. Suara-suara kritikpun semakin pedas ditengah banyaknya kebijakan yang tidak mementingkan pendidikan secara esensial.

Beberapa tahun belakangan ini terkuak banyaknya kasus korupsi diantara staf-staf di instansi pendidikan. Namun kapitalisme pada dasarnya juga menyediakan hal ini. Krisis yang terjadi hari ini, membuat orang berlomba-lomba untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya agar hidupnya tetap terjamin. Sekalipun dana yang mengalir tersebut dihasilkan dari rakyat itu sendiri, tidak membuat para pelaku yang tidak beret dan bermoral tersebut berhenti melakukan praktik kotor yang menjadi headline utama masalah bangsa ini.

Ratusan seminar juga sosialisasi kebijakan pun sudah dilakukan demi memberantas korupsi di dunia pendidikan, tetapi ratusan milyar dana pendidikan pun tetap saja raib bersamaan dengan kualitas pendidikan dan kesejahteraan guru yang sangat memprihatikan. Para guru mungkin bisa menjadi teladan lebih tatkala memiliki etos kerja tinggi dengan bekerja atau berusaha sampingan, namun sebenarnya yang terjadi adalah kegagalan sistem dalam menjamin kehidupan manusia yang laik dan sahaja.

 

Nasionalisasi adalah jawabannya

Anggapan bahwa pendidikan telah menjadi komoditas dan hanya menghasilkan tenaga kerja baru di bawah kapitalisme hari ini tidak sepenuhnya salah. Kritik ini pun telah berlangsung lebih lama dari masalah yang kini kita ketahui bersama. kebijakan yang berpihak saja tidak cukup, dibutuhkan lebih dari apa yang disebut sebagai “adil”.

Kemapanan hari ini pada dasarnya telah memungkinkan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia dinasionalisasi. Ketika privatisasi dalam pendidikan kita ditiadakan, maka kebijakan akan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan yang ada. Tidak ada lagi sekolah yang menghasilkan profit kecuali ia akan mengalir kembali untuk kemaslahatan pendidikan, termasuk bagi para guru honorer.**

Penulis: Zulfian Haris Yudha Pramuji
Pengajar Tahsin Gema Qurani

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Jumlah Pembaca: 48

BeritaTerkait

PURBAYA YUDHI SADEWA: ANGIN SEGAR BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL
Artikel Dosen/Mahasiswa

PURBAYA YUDHI SADEWA: ANGIN SEGAR BAGI PEREKONOMIAN NASIONAL

by SWARA PENDIDIKAN
4 December 2025
0
0

oleh: Faizah Amaliyah Budiman dan Naily Utammima Mafaza*

Read more
Di Tengah Krisis Bencana, Kita Kembali Mencari Sosok Seperti Sutopo

Di Tengah Krisis Bencana, Kita Kembali Mencari Sosok Seperti Sutopo

3 December 2025
0
Menjemput Masa Depan Pendidikan Indonesia dari Negeri Ginseng

Menjemput Masa Depan Pendidikan Indonesia dari Negeri Ginseng

3 December 2025
0

Guru, Penjaga Peradaban di Tengah Dunia yang Terus Berubah

25 November 2025
0

Quo Vadis Pendidik: Dari ‘Pahlawan Relawan’ Menuju ‘Profesional Sejati’ di Era AI

25 November 2025
0

Ledakan Bom di SMAN 72: Alarm Serius bagi Keamanan dan Hukum di Dunia Pendidikan

23 November 2025
0
Next Post
Orang Tua Wajib Tahu: Ini Jalur SPMB SD Depok 2025 yang Harus Disiapkan

Orang Tua Wajib Tahu: Ini Jalur SPMB SD Depok 2025 yang Harus Disiapkan

ADVERTISEMENT
https://datapers.dewanpers.or.id/media/certificate

2025 © swarapendidikan.co.id

TENTANG KAMI

  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

Follow Us

No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KERJAMASA DAN IKLAN
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • LOKER / MAGANG
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In