Swara Pendidikan (Depok) – Wakil Ketua DPRD Kota Depok dari Fraksi Gerindra, Yeti Wulandari, mengungkapkan bahwa pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kota Depok menunjukkan perkembangan luar biasa dalam waktu kurang dari satu tahun.
“Alhamdulillah, hingga saat ini di Kota Depok sudah terbentuk 80 Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG) atau Dapur Gizi dengan total penerima manfaat mencapai 223.213 orang, dari total siswa sebanyak 216.409 jiwa,” ujar Yeti Wulandari saat menghadiri lomba pembacaan dan penulisan puisi tingkat pelajar se-Kota Depok bertema ‘Makan Bergizi Gratis untuk Generasi Emas Indonesia 2045’ di Kantor PWI Kota Depok, Rabu (12/11/2025).
Program yang diluncurkan pada Februari 2025 ini, lanjutnya, menjadi wujud nyata kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pemenuhan gizi anak-anak sekolah dan ibu hamil.
“Mendirikan dapur gizi di kota sebesar Depok tentu tidak mudah. Namun dalam waktu kurang dari 10 bulan kita bisa mencapai 80 dapur gizi aktif. Ini menunjukkan kolaborasi yang luar biasa antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat,” tutur Yeti.
Untuk memastikan mutu dan keamanan pangan, lanjutnya, Pemkot Depok bersama DPRD telah mendorong pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Monitoring Dapur Gizi.
“Program makan bergizi ini menyangkut anggaran besar dan keamanan anak-anak. Karena itu, saya mendorong agar ada Satgas khusus yang mengawasi standar gizi, higienitas, serta potensi bahaya seperti bakteri E.coli,” jelas Yeti.
Ia menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan, agar makanan yang disajikan benar-benar sesuai standar Badan Gizi Nasional dan sejalan dengan arahan Presiden Prabowo: menyediakan makanan sehat, aman, dan bergizi bagi semua peserta didik.
Lebih jauh, Yeti Wulandari menegaskan, program MBG merupakan bagian dari visi besar Presiden Prabowo untuk menyiapkan generasi Indonesia Emas 2045.
“Presiden Prabowo sangat menaruh perhatian terhadap gizi anak bangsa. Beliau melihat bahwa kualitas SDM Indonesia masih tertinggal dibanding negara lain seperti Jepang, Vietnam dan Malaysia. Karena itu, program makan bergizi gratis ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan,” ucapnya.
Politisi partai Gerindra itu mengingatkan, sejak tahun 2008 Prabowo telah menggulirkan program Revolusi Putih, yaitu pemberian susu untuk anak-anak sekolah, sebagai langkah awal memperbaiki gizi nasional.
“Konsistensi beliau sudah terlihat jauh sebelum menjadi presiden,” tambahnya.

Antusiasme Anak Sekolah dan Dampak Sosial Positif
Menurut Yeti, pelaksanaan MBG di Depok mendapat sambutan antusias dari para pelajar dan guru. Banyak anak yang kini lebih semangat berangkat ke sekolah karena menikmati menu bergizi yang sebelumnya jarang mereka konsumsi.
“Saya datang langsung ke beberapa sekolah, dan luar biasa semangat anak-anaknya. Ada yang bilang baru pertama kali makan buah pir atau anggur muskat dari menu MBG,” ujarnya tersenyum.
Selain meningkatkan semangat belajar, program ini juga menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan melatih kemandirian.
“Anak-anak piket membantu mendistribusikan makanan, mengumpulkan wadah, dan menjaga kebersihan. Ini mendidik mereka disiplin, tanggung jawab, dan peduli sesama,” jelas Yeti.
Guru-guru pun mengakui, anak-anak kini lebih fokus belajar karena tidak lagi datang ke sekolah dalam keadaan lapar.
Gerakkan Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan Masyarakat
Yeti menambahkan, program MBG tidak hanya berfokus pada kesehatan anak, tetapi juga berdampak besar terhadap perekonomian lokal.
“Setiap dapur gizi mempekerjakan sekitar 41 orang pekerja, banyak di antaranya dari kalangan usia 50 tahun ke atas. Mereka kini bisa kembali produktif dan berdaya,” jelasnya.
Selain itu, bahan pangan seperti dimsum dan bakso sebagian besar disuplai dari UMKM lokal yang tergabung dalam Koperasi Merah Putih.
“Setiap hari, miliaran rupiah berputar melalui aktivitas dapur gizi di Kota Depok. Ini bukan hanya program sosial, tapi juga penggerak ekonomi rakyat,” ujar Yeti menegaskan.
Bonus Demografi sebagai Peluang Emas
Lebih jauh, Yeti menilai program MBG memiliki dimensi strategis jangka panjang dalam menyongsong bonus demografi tahun 2045.
“Kalau tidak dipersiapkan dengan baik, bonus demografi bisa menjadi beban. Tapi jika kita bangun SDM sejak dini dengan gizi yang baik, ini akan menjadi kekuatan bangsa,” tegasnya.
Ia berharap program Makan Bergizi Gratis terus mendapat dukungan masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan agar semakin luas dan berkelanjutan.
“Ini bukan sekadar program makan, tapi investasi besar bangsa untuk masa depan anak-anak Indonesia,” pungkas Yeti Wulandari. (gus)




