Pada siang hari, aku terbangun dari mimpiku. Mimpi yang menurutku aneh dan beda dari yang lain. Aku Ana, seorang anak kampung yang mempunyai sahabat kecil bernama Dyasha. Dyasha memiliki wajah yang cantik ber khas Belanda, berkulit putih bersih, tinggi, dan anggun. Aku dan Dyasha selalu bersama kemanapun kami pergi. Tapi, untuk kali ini aku tak mendapati Dyasha berada di sebelah ku.
Aku bertanya pada ibuku, “Bu apa ibu melihat Dyasha?”.
“Dyasha siapa nak?” jawab ibu, sambil mengeryitkan dahi.
“Dyasha sahabat aku, ibu tidak tahu?”
Ibu terdiam sejenak, kemudian langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat. Bukannya mendapatkan jawaban, aku justru di tinggal oleh ibu yang masih dalam keadaan bingung. Aku tidak mau menyerah, aku juga langsung bergegas berdiri lalu pergi keluar rumah untuk mencari Dyasha.
Malam hari pun tiba, aku masih belum menemukan dimana Dyasha berada. Aku menangis sejadi-jadinya di jalanan layaknya orang gila yang habis kehilangan seseorang yang ia sayang. Saat menuju arah pulang, aku tak sengaja menendang sesuatu benda.
Tuk
“Apa ini?” dengan rasa penasaran yang sangat memuncak, aku ambil benda itu. Benda itu ternyata seperti kalung liontin dengan warna kebiru-biruan, dan terdapat inisal bernama D. Yang artinya inisal nama dari Dyasha bukan?. Aku ambil langsung liontin biru itu, lalu aku langsung berlari menuju rumah. Aku simpan liontin itu di dalam peti kecil yang berisi aksesoris ku.
“Ayolah, kau adalah gadis yang manis. Bukan kah kau mencintai ku? Maka, ayo lakukan.”
“APA KAU GILA? APA KAU PIKIR DENGAN AKU MENCINTAIMU, AKU MAU MELAKUKAN NYA?!”
“Tentu. Aku gila karena mu! Aku mencintaimu, kau terlalu munafik jika kau tidak mau melakukannya untuk ku.”
“Aku memang mencintaimu, tetapi demi harga diri ku dan ibuku, aku tidak akan melakukan hal gila diluar nalar yang kau suruh pada ku. Kau pikir aku wanita apa? Aku bukan wanita murahan seperti yang kau kira!”
“Berani kau membentakku? Kurang ajar!”
PLAK
“Asal kau tahu, kau memang tidak jauh dari ibu mu. Bawa dia ke dalam, habisi segera!”
“Baik Raja”.
Nafas ku ter engah-engah setelah melihat kejadian sadis tadi. Aku melihat ke sekelilingku, ternyata aku masih di kasur yang sama. “Apa itu hanya mimpi? Siapa perempuan yang tadi?”.
“Ana…” terdengar suara lirihan yang tidak asing untuk Ana.
“Dyasha ya? Kamu dimna Sha? Aku kangen, hiks…” sahut Ana sesegukan.
“Aku di samping kamu”, Ana pun menoleh ke arah samping tempat tidurnya, terdapat Dyasha yang tengah duduk di bangku rias milik Ana.
“Ana… ada yang mau aku beri tahu boleh?” tanya Dyasha dengan suara lirihnya.
“Apa Sha?”
“Kamu habis mimpi buruk ya tadi? Aku minta maaf ya sebelumnya jika aku belum pernah memberi tahu kamu akan hal ini na.. Aku Dyasha korban perlakuan tidak senonoh sekaligus pembunuhan. Dan aku lah yang ada di mimpi mu itu”, sahut Dyasha yang membuat tangis Ana pecah sejadi-jadinya.
“J-jadi maksudnya? K-kamu…”
“Iya na.. aku arwah. Arwah yang belum bisa di terima di sisi tuhan maupun di muka bumi ini na… Jadi, aku tak tahu arah. Lalu aku melihatmu, begitupun sebaliknya. Akupun senang mendapatkan teman sebaik dan setulus diri mu na…”
“Jadi, aku ingin membuat satu permintaan. Setelah itu, aku janji aku akan pergi ke alam ku yang seharusnya na. Apakah bisa?”
“Tapi aku tidak mau kamu pergi dari aku Sha. Aku tidak bisa.”
“Harus bisa na, kita berbeda. Alam kita, sudah tidak sama. Tolong, kamu mandiin liontin itu, lalu kuburkan dengan layak ya na? Demi aku, demi aku tenang di alam aku…”
“Hiks,, hiks… Tidak bisa Sha..”
“Bisa maupun tidak, harus bisa. Demi aku na, demi aku bahagia.”
“Baiklah jika ini membuat mu tenang, maka pulanglah. Tapi tolong jangan pergi dari kehidupan aku.”
“Maaf na, aku hanya bisa menjaga mu dari kejauhan saja. Aku tidak bisa mengganggu ataupun memperlihatkan diri ku lagi padamu. Maaf ya na, kita harus berakhir sampai disini.”
Tangis Ana pecah sejadi-jadinya. Ana tak berdaya dan tidak bisa berkata apapun. Bayangkan saja, berteman sudah 12 tahun lamanya, tetapi beda dunia. Mau tidak mau, Ana pun menuruti kemauan Dyasha. Semakin lama Dyasha semakin tak terlihat, bintik cahaya satu persatu mengerumuni Dyasha. Dalam sekejap, Dyasha pun hilang.
***
Cerpen NADYA SYAFA FAJRINA
Kelas : XII Akuntansi dan Keuangan Lembaga 1 (XII AKL 1)
SMK Arrahman Depok