Swara Pendidikan (Jepara) – Upaya pelestarian budaya kembali mendapat napas segar melalui inisiatif siswa SMKN 1 Kalinyamatan. Pada Selasa (26/8/2025) lalu, tiga siswa yakni Dani Alif dan Abdur Rahman dari Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), serta Galuh Melati dari Jurusan Kecantikan, mendokumentasikan seni payung lukis Jepara, sebuah warisan lokal yang kian terancam punah.
Didampingi guru mereka, Ahmad Khanafi dan Fitriya Styani, para siswa ini turun langsung ke kediaman Ibu Sukamah, perajin payung lukis legendaris di Desa Brantakjati, Kecamatan Welahan. Melalui wawancara dengan putra beliau, Abdul Rohman, mereka berhasil merekam detail proses pembuatan payung tradisional, termasuk penggunaan kertas semen yang dilukis dengan tangan.

Kegiatan tersebut bukan sekadar tugas sekolah, melainkan sebuah misi budaya. Melalui video dokumenter yang mereka hasilkan, seni payung lukis diperkenalkan kembali kepada masyarakat luas dengan pendekatan modern yang lebih mudah dipahami generasi masa kini.
Hasil kerja keras ini membuahkan prestasi membanggakan. Video dokumenter karya siswa SMKN 1 Kalinyamatan terpilih untuk dipamerkan di Festival Payung Indonesia (FESPIN) di Taman Balekambang, Surakarta.
Kisah ini menjadi bukti bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan seni tradisional. Mereka tidak hanya belajar di bangku kelas, tetapi juga berinteraksi langsung dengan pelaku budaya, menjembatani seni klasik dengan cara yang relevan di era digital.
Dengan adanya langkah nyata ini, harapan agar seni payung lukis Jepara tetap hidup dan berkembang semakin kuat. Aksi para siswa tersebut adalah pengingat bahwa masa depan warisan budaya terletak di tangan penerus bangsa yang peduli dan mau beraksi. **




