[dropcap][/dropcap]OPINI

Swara Pendidikan.co.id (DEPOK) – Maraknya penjualan buku kumpulan soal atau kisi-kisi UN/USP di sejumlah sekolah dasar negeri di Depok yang disoal oleh sejumlah aktifis dan LSM membuat Sutrisno, warga peduli pendidikan, sentil kepala sekolah dan komite.
“Itu Kepentingan siswa atau kepentingan sekolah? Sebenarnya seberapa penting buku kumpulan soal-soal bagi siswa? Sampai-sampai siswa diharuskan membeli buku yang judul atau covernya harus sesuai dan sama yang dipegang sekolah,” tanya Sutrisno
“Atau jangan-jangan cuma akal-akalan sekolah dagang buku kerjasama dengan oknum Komite Sekolah karena cash backnya lumayan?,” katanya lagi.
Warga Mampang yang biasa disapa Mas Tris ini berpendapat, tidak semua sekolah, siswanya bisa dapat nilai tinggi. Paling-paling hanya beberapa siswa saja yang mampu, dan itupun pada mata pelajaran tertentu, sebab masing-masing siswa mempunyai kemampuan yang berbeda. Namun sepertinya sekolah memaksa siswa harus memiliki buku yang sama. Padahal bisa saja, sekolah tugaskan siswa mengunduh dari situs Kemendikbud, kisi-kisi soal USBN/UN. “Toh lebih murah dan terjamin karena kisi-kisi itu dari Kemendikbud,” tandas Mas tris.
Jadi jelas, kata Mas tris. Buku kumpulan soal yang sekarang ini dipaksakan harus dibeli siswa. Selain mahal juga tidak efektif, karena tidak semua siswa membutuhkan.
“Jangan sampai akibat kepentingan sekolah “nyari tambahan sampingan” membuat guru tidak kreatif dan siswa jadi tidak mampu berprestasi,” tegasnya.
Sebagai warga peduli pendidikan, dia mengingatkan kepala sekolah dan guru untuk lebih berinovasi dan kreatif, agar siswanya ketika lulus mampu menghadapi era globalisasi. Disamping memiliki karakter. (agus)