
[blockquote align=”none” author=””]Menurut Ki Hajar Dewantara, sekolah yang baik adalah sekolah yang menuntun kodrat anak agar mereka dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa, dan karsa.[/blockquote]
Pendampingan dan pembinaan bagi guru sangat penting untuk terciptanya iklim sekolah yang sesuai dengan ciri-ciri sekolah yang dicita-citakan. Terdapat empat ciri utama dari cita-cita sekolah yang berkualitas yaitu pembelajaran yang berpusat pada murid, pendidik yang reflektif, gemar belajar dan berkolaborasi, iklim sekolah yang inklusif, aman dan merayakan kebhinekaan serta kepemimpinan untuk perbaikan layanan berkelanjutan. Jika semua ciri tersebut dapat diimplementasikan maka tujuan menuju sekolah yang dicita-citakan dapat tercapai.
Adanya kegiatan observasi dan refleksi secara rutin yang dilakukan oleh kepala sekolah menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Salah satu tugas dari kepala sekolah adalah melakukan pengawasan (controlling) sebagai bahan evaluasi terlaksananya program sekolah.
Berdasarkan hasil observasi masih ditemukan sebuah kondisi di mana pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum sepenuhnya interaktif dan menyenangkan.. Masih ditemukan pembelajaran yang belum berpusat pada murid, pembelajaran masih bersifat konvensional, minimnya penggunaan metode dan media pembelajaran. Tentunya hal ini berdampak pada semangat siswa dalam belajar.
Strategi Homeroom Guidance Teacher adalah strategi yang digunakan untuk memberikan pendampingan kepada rekan guru dalam mensolusikan permasalahan dalam pembelajarannya. Strategi ini dipilih sebagai upaya pendekatan pendampingan tutor teman sebaya, dengan pertimbangan keterbukaan sesama guru dalam mengungkapkan permasalahan pembelajaran akan lebih terbuka jika dengan rekan sejawat, sehingga diharapkan komunikasi lebih efektif , membangun dan solutif..
Alur dari Strategi Homeroom Guidance Teacher yang dilakukan digambarkan sebagai berikut :
Sekolah Bahagia adalah cita-cita bersama. Diperlukan sinergitas dari semua pihak, baik dari warga sekolah, masyarakat dan pemerintah tentunya. Kebahagiaan merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan prestasi. Sekolah tidak boleh abai dengan hanya mementingkan ketuntasan kurikulum (paradigma lama). Aspek afektif adalah aspek dasar dalam peta jalan menuju kebahagiaan. Dalam proses aktualisasi diri, siswa dan guru harus memiliki rasa kenyamanan dan kasih sayang agar semua potensi yang dimiliki teraktualisasi.
Mari menuju sekolah bahagia, menuju ke sekolah yang dicita-citakan bersama. **
Penulis: Titin Supriatin, M.Pd (Kepala SDN Cipayung 2)