
Oleh : Ujang Supriyatna, S.Ag, M.Pd.I*
Swara Pendidikan.co.id (BOGOR) – Banyak orang-orang yang berpuasa, namun kurang perhatiaan terhadap kwalitas puasanya, apalagi atsar yang diperoleh dari puasa, bagaimana menjadikan puasa, sebagai wasilah agent of change yang dapat merubah pola pikir, merubah pola hidup, dan utamanya perubahan pola ibadah, agar menjadi lebih baik. Sehingga akan terbentuk dalam kehidupan 11 bulan pasca Ramadhan. Sesungguhnya Ramadhan bulan yang syarat dengan aneka ragam kebaikan dan motivasi, menjadikan hamba yang tegar dan sadar akan kewajibannya, selaras kehidupan spiritualnya dengan kehidupan bermasyarakat. Sungguh merugi bagi orang mukmin, mana kala Ramadhan sudah berakhir, bulan yang penuh ampunan dan berlipat gandanya amal kebaikan, bulan yang penuh keberkahan. Namun sikap dan perilakunya masih jalan ditempat. Sejauhmana Ramadhan memberikan atsar/dampak positif kepada kita. Baik Untuk peningkatan ruhani kita, peningkatan kepedulian sosial kita dan melestarikan kebugaran fisik kita dalam memelihara kesehatan jasmani dan rohani. Minimal ada tiga hal penting yang harus kita fahami, dan renungi. Selanjutnya harus menjadi kebiasaan kita.
Pertama Puasa Kaitan Dengan NILAI RUHIYAH
Puasa menjadikan hati bening, Salah satu anugerah yang agung dari Allah SWT disamping diberikan akal, tapi juga kita diberikan hati. Hati terletak di dalam dada kita. Puasa melepaskan kekeruhan dalam hati, nafsu angkara murka terbelenggu dan lemah, oleh karena itu hati yg bening adalah impian setiap insan. Membuat hati menjadi bening itu tidak mudah. Banyak jalan yang harus ditempuh supaya hati menjadi bening. Segala sesuatu yang bening memiliki keindahan tersendiri. Hati yg bening memancarkan sikap yg positif. Bila hati kita bening, pikiran kita bisa berpikir pintar, cerdas. dan cermat, Akal kita berfungsi dengan baik. Kita menjadi ringan menyempurnakan amalan-amalan fardhu pada khususnya dan amalan sunnah pada umumnya, karna hati kita yg bening. Setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Bila kita berbuat dosa, hati yg bening menjadi keruh. maka Kita harus segera bertaubat dan beristigfar mohon ampun kehadirat Allah SWT. Bila hati kita bening, kita semakin patuh kehadirat Allah SWT. Semakin kita takut kehadirat Allah SWT, semakin kita tunduk dan pasrah yang dibarengi ikhtiar kehadirat Allah SWT. namun apabila hati kita keruh dinodai dengan sipat iri dengki, sumpah palsu dan menebar hoax, fitnah dan kebencian, maka semakin tertutuplah lentera Allah dalam dada kita, semakin kita kotori hati dengan pembangkangan kepada Allah, melanggar aturan dan merasa santai dalam kedurhakaan dan kemaksiatan, maka semakin jauh kita dengan Allah. semakin gundah gulana jauh dari ketentraman dan ketenangan. Disadari atau tidak, hati kita semakin sakit dan menderita. Puasa Ramdhan Mendidik kesabaran dan ketabahan, dengan pendidikan puasa, akan lebih mengendalikan diri. Sehingga dapat menghantarkan menuju orang yang taqwa. Seruan puasa Ramadhan dikhususkan bagi orang yang beriman, namun harus disadari, bahwa keimannan harus melalui proses ujian, tidak hanya sebatas terucap dengan kata-kata, tapi terwujud dalam dunia realita. Dalam al-Quran Surah Al-An-kabut ayat 2, Allah mengingatkan: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan,’Kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji.”
Salah satu amalan yang terpenting dalam puasa adalah sabar dalam pengendalian diri. Sabar dari niatan untuk melakukan kemaksiatan. “Antum kaifa musykilatukum”. Nilaimu berdasarkan tantanganmu. Semakin hebat godaan,, semakin kuat gelora nafsu dan semakin banyak kesempatan untuk maksiat. Puasa akan menjadi benteng, karena kekuatan taqwa kita kepada Allah, sungguh akan menghantarkan kita menjadi besar dan mulia kedudukannya di mata Allah, Nabi Bersabada: Puasa menjadi tameng “dari api neraka, seperti tameng sesesorang menghadapi perang (HR. Ahmad dan lainnya)
Puasa Ramdhan mendidik karakter himmatul aliyah.
Himmah tidak bisa dilihat secara dhohir karena Himmah adalah masalah hati dan akal pikiran manusia, bukan masalah amal. Rasulullah SAW. bersabda “Sesunggunya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaiakan dan kejahatan-kejahatan, kemudian menjelaskannya, maka barang siapa yang bermaksud berbuat kebaikan lalu belum sempat mengerjakannya, Allah mencatat disisinya sebagai satu kebaikan sempurna. Dan jika dia bermaksud berbuat kebaikan lalu dia mengerjakannya, Allah mencatatnya sepuluh kebaikan dan akan dilipat gandakan sampai tujuh ratus lebih, hingga dilipatgandakan yang banyak sekali. Dan jika dia bermaksud berbuat kejahatan, tetapi dia tidak mengerjakannya, Allah mencatat baginya disisiNya satu kebaikan yang sempurna. Dan jika bermaksud berbuat kejahatan dan melakukannya, maka Allah mencatat baginya satu kejahatan”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa mendorong Obsesi yang kuat dan positif, memberikan kemanfaatan dan menjadikan masyarakat yang kondusif dalam mencapai tujuan. Bukan obsesi yang rendah, tidak memberikan dampak yang bermanfa’at bagi masyarakat. Puasa mendorong Aktifitas yang baik Setiap orang berpuasa selalu ingin puasanya berkuwalitas, satu diantara kita tidak akan sama nilainya dihadapan Allah, ini pula yang diisyaratkan dalam hadist Qudsi “ Puasa itu untukKu dan Akulah yang membalasnya”. Sehingga para ulama pun memberikan tingkatan puasa yang berbeda-beda. Amal kebaikan apapun yang kita lakukan dengan ikhlas, baik melalui dzikir, qiyamullail, tadarus Alqur’an, semua itu seharusnya, akan menumbuhkan kesolehan invidual menuju kesolehan sosial. Maka implikasi dari nilai ruhiyah ini adalah untuk menjadikan ketaqwaan manusia, yang semakin besar dan mampu menumbuhkan kecintaan manusia kepada Allah diatas yang lainnya..
Ke-dua Puasa bernilai ijtimaiyah/Sosial
Puasa mendidik manusia Cinta keadilan dan kebersamaan, sewaktu kita dalam menjalankan puasa, terasa puasa memberikan implikasi kebersamaan, keadilan bagi seluruh ummat Islam dan kasih sayang dengan yang lainnya, memiliki nilai filosis persatuan dan kesatuan. Berlomba dalam kebaikan, dimana bisa kita lihat ketika waktu berbuka yang sama, waktu menahan yang sama, tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Disinilah letak kemuliaan manusia yang diukur dengan kadar keta’atan dan ketaqwaannya, semua harus berdampak dalam keadilan sosial, karena kekuatan hanya bisa kita miliki dalam persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. Bukankah Nabi Muhammad telah bersabda,” bahwa orang yang beriman dengan yang beriman lainnya, laksana satu bangunan yang saling menguatkan”. Sesungguhnya keadilan dan kebersamann, sangatlah penting, dan dapat membuat hidup tenteram dan tenang dalam bermasyarakat, tidak akan terjadi kesenjangan sosial dan sifat-sifat intolerant. puasa menjadikan kesolehan sosial, puasa bukan hanya sekedar menahan diri dari lapar dan haus, tapi membimbing manusia agar menjadi orang yang rendah hati, merasakan saudara-saudaranya, ketika mereka harus menahan haus dan lapar dalam lemah dalam himpitan ekonomi, sehingga rasa untuk berbagi, merupakan kecerdasan sosial yang terus terasah diluar bulan Ramadhan. Jika kecerdasan sosial kita tumpul ditengah-tengah hiruk pikuk ritual keagamaan, maka di khawatirkan, kita akan tersungkur menjadi golongan orang-orang yang mendustakan agama. Dalam Al-qur’an Allah Swt. Berfirman; “Tahukah engkau orang yang mendustakan Agama, maka itu orang yang enghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan anak yatim. (al-ma’,un; 1-3)
Puasa membentuk masyarakat yang aman dan damai, orang berpuasa otomatis membelenggu nafsu angkara murka, berusaha ,memiliki pemikiran yang positif, sense of belonging menjadi budaya masyrakat, maka kesolehan sosial yakin akan dicapai, karna kesolehan sosial muncul dari individu-invidu yang sholeh, jadi Implikasi dari nilai sosial puasa ini adalah menjadikan manusia menjadi dermawan,tidak kikir, senang berbagi, saling menjaga, saling mengamankan dan saling menjamin keamanan antar sesama, terhindar dari golongan pendusta agama.
Ke-3 Puasa memiliki nilai kebugaran
Jauh lebih awal 1439 tahun yang lalu, baginda Rosulullah bersabda: Artinya; “berpuasalah kalian semua, maka kalian akan sehat”. Ternyata kalau diperhatikan, ilmuan modern baru sekarang dapat membuktikan hebatnya puasa bagi kesehatan manusia. Peraih Nobel internasional dalam bidang kesehatan, kassis karel’ menyebut puasa adalah ritual semua peradaban. Menahan lapar sebentar saja maka akan menghasilkan kesehatan yang sangat luar biasa. Puasa satu hari mampu mengeluarkan racun yang telah tersimpan selama 10 hari. Oleh karena itu Islam mewajibkan puasa 30 hari ditambah sunnah 6 hari dibulan syawal agar sepanjang hari manusia tetap sehat terbebas dari racun dan penyakit. Ilmuan modern Hikolep bilue, juga menyatakan yang sama. Bahwa puasa mampu mempercepat kesembuhan yang yang sakit, seharusnya dapat dirutinkan 3 atau 4 minggu dalam setahun jika ingin tetap sehat dan usia semakin panjang. Al- Qur,an telah menyebutnya 14 abad yang silam dan kini ilmu pengetahuan membuktikannya. Demikian 3 hal ini, yang dapat dituangkan dalam tulisan sederhana ini, bahwa gembelengan puasa ternyata akan menciptakan mu’min yang sejati, yang selalu dekat, cinta dan patuh terhadap Tuhannya, namun serasi dan hormonis dengan lingkungannya, menjadi motivator, inovator dan motor dalam aktifitas kebaikan, dengan dilandasi badan yang kuat dan sehat karna terbentuk dari jiwa yang kuat dan sehat.
Wallahu A’lam Bishawab. ***
*Penulis adalah Kasi Penais Zakat Wakaf Kemenag Kab. Bogor)