Peran Sekolah dalam Penanggulangan Sampah

by Redaksi
0 Komentar 12 Pembaca

Masalah sampah menjadi salah satu isu lingkungan terbesar di dunia, termasuk di Indonesia.  Di Kota Depok belaknagn masalah sampah menjadi issu yang seksi yang bergulir di masa kampanye Pilkada 2024 kemaren, oleh karena masyarakat menganggap pemerintah kota Depok tak mampu menangani perrmasalahan sampah yang semakin menggunung diTempat Pembungan Akhir di wilayah kecamatan Cipayung. Walaupun sesungguhnya upaya pengelolaan sampah telah dilakukan peemerintah melalui beberapa program seperti penyadaran masyarakat melalui pelatihan pengelohaan sampah di setiap keluarahan dan terbentuknya bank sampah di setiap RW  melalui fasilitas dana keluarahan, tetapi nyatanya program tersebut tak berdampak signifikan terhadap penguranagan produksi sampah yang mengalir ke TPA Cipayung. Permasalahan inilah yang terus menuai kritik masyarakat kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) sebagai instasni yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sampah di Kota Depok.

Kita memahami bahwa pengelolaan sampah yang kurang baik dapat berdampak buruk terhadap lingkungan, kesehatan, dan kualitas hidup masyarakat. Dalam upaya mengatasi masalah ini, peran sekolah sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran menjadi sangat penting  dalam membangun mindsite pengelolaan sampah sejak dini, bahwa keberadaan sampah adalah menjadi tanggung jawab bagi yang memproduksi sampah tersebut, “sampah kita yang memproduksi, maka kitalah yang bertanggung jawab”

 

1. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan

Sekolah dari mulai Pendidikan Anak Usia Dini(PAUD) sampai ke jenjang SLTA memiliki peran penting dalam memberikan edukasi kepada peserta didik mengenai pentingnya pengelolaan sampah yang benar. Misalnya dengan memasukkan materi terkait lingkungan ke dalam kurikulum, peserta didik dapat memahami: Jenis-jenis sampah (organik dan anorganik). Pentingnya prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dan Dampak buruk sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Melalui pendidikan formal ini, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga kesadaran untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.

 

2. Praktik Langsung di Lingkungan Sekolah

Sekolah dapat menjadi tempat praktik nyata untuk mengelola sampah dengan baik. Beberapa langkah yang bisa diterapkan di sekolah antara lain: Pemisahan Sampah: Menyediakan tempat sampah terpisah untuk organik dan anorganik, sehingga mempermudah proses daur ulang. Pengomposan: Mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos yang dapat digunakan untuk kebun sekolah. Program Daur Ulang: Mendorong siswa untuk membawa barang bekas seperti botol plastik atau kertas untuk didaur ulang. Melalui praktik ini, siswa akan terbiasa untuk mengelola sampah dengan cara yang benar dan bertanggung jawab.

 

3. Kegiatan Ekstrakurikuler Bertema Lingkungan

Kegiatan ekstrakurikuler seperti klub lingkungan dapat menjadi wadah bagi siswa untuk lebih aktif dalam kampanye penanggulangan sampah. Program seperti: Aksi bersih lingkungan. Workshop tentang daur ulang. Kampanye pengurangan penggunaan plastik, Melalui kegiatan ini, siswa tidak hanya belajar tetapi juga dapat menjadi agen perubahan di masyarakat sekitar mereka.

 

4. Kolaborasi dengan Komunitas dan Pemerintah

Sekolah juga bisa berperan sebagai penghubung antara komunitas, pemerintah, dan siswa dalam penanggulangan sampah. Contohnya: Menjalin kerja sama dengan dinas kebersihan untuk edukasi pengelolaan sampah. Mengundang aktivis lingkungan untuk berbagi pengetahuan. Mengadakan lomba kebersihan atau inovasi pengelolaan sampah dengan melibatkan orang tua dan masyarakat sekitar.  Melalui kolaborasi ini, sekolah dapat menunjukkan bahwa penanggulangan sampah adalah tanggung jawab bersama.

 

5. Membangun Budaya Hidup Bersih dan Ramah Lingkungan

Sekolah berperan penting dalam membangun budaya hidup bersih melalui kebijakan internal seperti: Melarang penggunaan plastik sekali pakai. Mewajibkan siswa membawa kotak makan dan botol minum sendiri. Memberikan penghargaan kepada siswa atau kelas yang paling peduli lingkungan. Dengan cara ini, siswa akan terbiasa menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan di luar lingkungan sekolah.

 

6. Peran Guru sebagai Panutan

Guru memegang peran penting sebagai teladan bagi siswa. Ketika guru menunjukkan kebiasaan positif, seperti membuang sampah pada tempatnya atau mendukung program lingkungan, siswa akan lebih termotivasi untuk mengikuti langkah tersebut. Guru juga dapat memberikan contoh dengan menggunakan barang-barang ramah lingkungan di kelas, seperti papan tulis elektronik atau materi pembelajaran digital.

Penulis ketika menjadi guru yang mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah selain melaksanakan program pemilahan sampah di sekolah, pernah pula menerapkan program Rabu Tanpa Jajan (RTJ) program ini selain mengukur seberapa banyak produksi sampah yang dihasilkan sekolah, juga dimaksudkan untuk membangun keakraban di antara peserta didik dengan cara bertukar makanan saat istirahat, makanan yang mereka bawa dari rumah. Dari sisi pengurangan sampah praktis di hari rabu kita tidak menjumpai sampah yang menumpuk di tong sampah sekolah, dan dari sisi membangun perilaku saling berbagi hal ini pun dapat dilakukan peserta didik.Bagian Atas Formulir

Semoga melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal terbangun kesadaran bahwa sampah adalah tanggung jawab bersama, masyarakat sebagai produsen sampah memiliki tanggung jawab memilih dan memilah sampah dari rumah, merasa malu membuang sampah sembaranagan, pemerintah menyiapkan program pengolahan sampah berbasis masyarakat dan program lain yang berdampak pada kehidupan sosial dan peningakatan ekonomi masyarakat.

Semoga bermanfaat

 

Penulis : Abu Mutolib
Pemerhati Pendidikan di Kota Depok

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel & foto di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi!!

Baca juga