Oleh : Rissa Churria
Perempuan memiliki peran sentral dalam perkembangan tradisi dan kebudayaan di Indonesia. Sebagai penjaga dan penerus tradisi, perempuan memainkan peran yang tidak tergantikan dalam memastikan bahwa warisan budaya bangsa tetap hidup dan relevan di tengah perubahan zaman. Tradisi dan kebiasaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi sebagian besar dilestarikan melalui tangan-tangan perempuan.
Perempuan sebagai Penjaga Tradisi
Berbagai daerah di Indonesia, perempuan sering kali menjadi perawat utama tradisi dan kebudayaan. Mereka menjaga, melestarikan, dan meneruskan adat istiadat, bahasa, seni, dan nilai-nilai luhur kepada generasi berikutnya.
Peran itu bukan hanya sebagai pengasuh, tetapi juga sebagai pendidik yang menanamkan identitas budaya sejak usia dini. Misalnya, dalam tradisi tenun di Nusa Tenggara Timur (NTT), perempuanlah yang memiliki pengetahuan mendalam tentang teknik tenun ikat yang telah diwariskan selama berabad-abad. Mereka tidak hanya membuat kain tenun, tetapi juga mengajarkan keterampilan ini kepada anak-anak perempuan mereka, memastikan bahwa seni tenun tetap hidup dan berkembang.
Kain tenun bukan sekadar hasil kerajinan tangan, ia adalah representasi dari identitas, sejarah, dan cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui tangan perempuan, tradisi ini terus terjaga dan diwariskan sebagai salah satu warisan adiluhung bangsa.
Di Jawa, perempuan memainkan peran penting dalam melestarikan tradisi batik. Proses membatik, yang melibatkan teknik rumit dan memerlukan ketelitian tinggi, sering kali diajarkan dari ibu kepada anak-anaknya. Batik bukan hanya sekadar kain, ia adalah simbol dari kearifan lokal, nilai-nilai kehidupan, dan filosofi yang mendalam. Dengan melanjutkan tradisi ini, perempuan Jawa berkontribusi pada pelestarian budaya yang menjadi identitas bangsa di mata dunia.
Perempuan sebagai Guru Pertama
Perempuan juga dikenal sebagai guru pertama bagi anak-anak mereka. Di tangan perempuan, anak-anak mendapatkan pendidikan awal yang tidak hanya mencakup pengetahuan umum, tetapi juga pengetahuan tentang budaya, adat istiadat, dan nilai-nilai moral. Sebagai ibu, perempuan menanamkan nilai-nilai kebudayaan melalui cerita rakyat, lagu-lagu tradisional, upacara adat, dan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari.
Sebagai contoh, dalam keluarga Minangkabau, yang menganut sistem matrilineal, perempuan memiliki peran sentral dalam menjaga dan meneruskan adat serta nilai-nilai budaya. Mereka mengajarkan kepada anak-anak mereka tentang pentingnya gotong royong, saling menghormati, dan menjaga hubungan kekeluargaan. Pendidikan ini bukan hanya terjadi di dalam rumah, tetapi juga dalam kegiatan adat seperti pernikahan, upacara kematian, dan upacara adat lainnya yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan masyarakat.
Perempuan sebagai Penjaga Ritual dan Upacara Adat
Di berbagai daerah di Indonesia, perempuan juga memiliki peran penting dalam menjaga dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara adat. Mereka sering kali menjadi tokoh kunci dalam persiapan dan pelaksanaan upacara yang memerlukan pengetahuan mendalam tentang adat dan kepercayaan lokal.
Di Bali, misalnya, perempuan memiliki tanggung jawab besar dalam persiapan upacara keagamaan dan adat. Mereka membuat sesajen, menyiapkan perlengkapan upacara, dan memastikan bahwa setiap langkah upacara dilakukan sesuai dengan tradisi yang telah ditetapkan. Peran ini sangat penting karena upacara adat di Bali bukan hanya kegiatan keagamaan, tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari yang menghubungkan masyarakat dengan alam, leluhur, dan para dewa.
Akhirnya perempuan adalah pilar penting dalam pelestarian dan perkembangan tradisi serta kebudayaan di Indonesia. Melalui peran mereka sebagai penjaga tradisi, guru pertama, dan pelaksana ritual, perempuan memastikan bahwa warisan budaya bangsa tetap hidup dan terus diwariskan kepada generasi berikutnya. Di tangan seorang perempuan, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan warisan budaya dapat dilanjutkan, dijaga, dan dihargai sebagai warisan adiluhung yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.
Dengan demikian, menghargai dan mendukung peran perempuan dalam kebudayaan adalah langkah penting untuk menjaga keutuhan dan kelestarian warisan budaya bangsa. Perempuan bukan hanya penerus tradisi, tetapi juga penjaga identitas dan jati diri bangsa yang menghubungkan generasi ke generasi dengan akar budaya yang kuat.*
Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.