ADVERTISEMENT
  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara
Tuesday, May 13, 2025
No Result
View All Result
  • Login
No Result
View All Result
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

PEMBANGKANGAN SIPIL

by Redaksi
8 March 2024
in Opini, Suara Publik
0
PEMBANGKANGAN SIPIL
          

MULA-MULA rezim memicu perdebatan publik dengan wacana perpanjangan masa kekuasaan presiden menjadi tiga periode. Itu artinya undang-undang harus diubah. Datang penolakan dari masyarakat dan partai politik. Mereka surut, lalu menempuh jalan melingkar-lingkar.

Mereka mengajukan perpanjangan masa jabatan presiden barang dua atau tiga tahun karena alasan kedaruratan pandemi Covid-19. Setelah itu menyusul wacana presiden boleh maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilu berikutnya.

Kedua usul itu memuat tujuan yang sama, yaitu rezim ingin berkuasa lebih lama tapi tidak mau terkesan sebagai pelanggar undang-undang.

BACA JUGA

Militerisasi Pendidikan di Jabar: Solusi untuk Anak Nakal atau Masalah Baru?

MERAJUT KEKUATAN, MEMBANGUN MASA DEPAN GURU BERSAMA PGRI KOTA DEPOK

Depok 26 Tahun: Saatnya Maju Bersama Masyarakat

PENOBATAN GELAR PAHLAWAN SUHARTO, BAGAIMANA NASIB GURU SEJARAH?

 

Rezim menempuh jalan melingkar lain lagi. Mereka berhasil menyusupkan kroninya setelah menekuk undang-undang mengenai syarat umur bagi calon presiden dan wakil presiden di Mahkamah Konstitusi. Mereka berhasil.

Perpanjangan kekuasaan akan terjadi dengan sedikit modifikasi. Bukan Jokowi yang akan terus berkuasa sebagai presiden, melainkan anaknya yang akan menjadi calon wakil presiden terlebih dahulu. Anak itu akan ikut Pemilu yang harus dipastikan kemenangannya dengan segala cara, at any cost.

Publik menyebut dinasti politik di Indonesia hidup kembali, juga kolusi, korupsi, dan nepotisme sebagai musuh Reformasi 98. Tapi nyatanya tidak ada penolakan berarti, aksi turun ke jalan secara besar-besaran, apalagi pembangkangan sipil dari sebagian besar rakyat, setelah Komisi Pemilihan Umum mengumumkan hasil perhitungan suara yang mudah diduga hasil akhirnya.

 

Rezim sudah bisa menakar segala sesuatunya. Mereka punya semua peralatan untuk mengetahui mentalitas sebagian besar rakyat Indonesia. Mereka bisa mengetahui masyarakat yang bisa berpikir untuk kebaikan publik lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang setiap harinya harus berpikir tentang bagaimana menyambung hidup. Yang kedua inilah yang bisa dijadikan bantalan untuk memperoleh suara mayoritas. Mereka akan menyambut dengan gegap gempita program makan siang gratis.

 

Sepak terjang rezim itu centang-perenang, diketahui oleh sebagian besar masyarakat yang well informed. Mereka marah, mereka protes, mereka berteriak curang, tapi tetap saja rezim tak menggubris. Mereka mengetahui secara persis bahwa sebagian besar rakyat yang lebih memilih memenuhi kebutuhan perut daripada mempersoalkan etika, pelanggaran undang-undang, dan segala hal yang terasa jauh dari kehidupan sehari-hari mereka.

 

Syahdan,

Saya ingat lagi itu semua ketika sedang membaca buku Civil Disobedience, kumpulan tulisan yang diedit oleh William E. Scheurman, Cambridge, 2021, berisi tentang Pembangkangan Civil di berbagai negara, sejarahnya, perkembangan sosial yang melahirkan pembangkangan sipil, hasil kajian para ahli dunia. Saya membaca lagi ulasan terhadap tulisan-tulisan Henry David Thoreau, Gerakan Satyagraha Mahatma Gandhi, dan Martin Luther King, Jr., juga pemikiran para filsuf, pengacara, ilmuwan politik, yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk kajian tentang pembangkangan sipil seperti Hannah Aredt, Ronald Dworkin, Jürgen Habermas, John Rawls, dan Bertrand Russell.

 

Di ujung bacaan saya sadar, kondisi sosial sekarang, juga sepak terjang rezim dan calon penerusnya, sudah cukup menjadi raison d’etre bagi munculnya pembangkangan sipil. Pada satu titik manusia bisa sangat mengutamakan etika dan moralitas tinimbang soal-soal primitif dalam menentukan sikap terhadap rezim yang sudah sangat keterlaluan serakahnya. Sudah mereka menguasai ruang dan kekayaan selama kurun yang ditentukan, ingin pula mereka berkuasa selama-lamanya.**


Oleh : Alan ES’

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

BeritaTerkait

Militerisasi Pendidikan di Jabar: Solusi untuk Anak Nakal atau Masalah Baru?
GURU MENULIS

Militerisasi Pendidikan di Jabar: Solusi untuk Anak Nakal atau Masalah Baru?

by Redaksi
12 May 2025
0
0

Guru Menulis - Opini

Read more
MERAJUT KEKUATAN, MEMBANGUN MASA DEPAN GURU BERSAMA PGRI KOTA DEPOK

MERAJUT KEKUATAN, MEMBANGUN MASA DEPAN GURU BERSAMA PGRI KOTA DEPOK

10 May 2025
0
Depok 26 Tahun: Saatnya Maju Bersama Masyarakat

Depok 26 Tahun: Saatnya Maju Bersama Masyarakat

28 April 2025
0

PENOBATAN GELAR PAHLAWAN SUHARTO, BAGAIMANA NASIB GURU SEJARAH?

22 April 2025
0

Kebijakan Politik Mempengaruhi Pendidikan, Mengapa Guru Masih Relatif Bersikap Apolitis?

15 April 2025
0

Perubahan Dalam Persepektif Pendidikan Saat Ini

7 April 2025
0
Next Post
LLP 2024 Kecamatan Bojongsari,  Siswa SDN Duren Seribu 04 Borong Belasan Piala

LLP 2024 Kecamatan Bojongsari, Siswa SDN Duren Seribu 04 Borong Belasan Piala

ADVERTISEMENT

2025 © swarapendidikan.co.id

  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara
No Result
View All Result
  • Disclaimer
  • KARIR
  • KODE ETIK JURNALIS SWARA PENDIDIKAN
  • KODE ETIK JURNALISTIK
    • KODE ETIK JURNALISTIK
  • KONTAK IKLAN
  • Redaksi
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Swara Pembaca
  • swarapendidikan.co.id
  • Tentang Kami
  • Wawancara

2025 © swarapendidikan.co.id

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In